Hari ini ulang tahun Ezra yang pertama. Tidak ada pesta mewah atau meriah, kami cuma mengundang keluarga dan teman-teman untuk makan siang di rumah kami. Sepulangnya para tamu Ezra heboh ingin membuka semua kadonya di ruang tamu sedangkan aku membantu bu Sri membereskan rumah
Bu Sri mencuci alat masak dan alat makan dan aku membantu menatanya di lemari. Aku mendengar derap langkah kecil di belakangku "Ngapain ke sini, Zra?" kataku tanpa menoleh ke belakangan
"Ami.." katanya pelan. Aku membalikan tubuhku, di dekat meja Ezra sedang berdiri dengan kado di pelukannya. Matanya sembab dan ada bekas air mata di pipinya. "Kenapa nangis, sayang?" aku memeluknya
"Ka," Ezra menyodorkan kadonya
"Buka sama daddy ya," Ezra menggelengkan kepalanya lalu kembali menangis. Aku menggendong Ezra ke ruang tamu.
"Kamu apain Ezra sih?"
"Tadi Ezra minta bukain kado terus engga aku bukain karna.."
"Karna Ezra engga mau panggil kamu daddy?" aku memotong ucapannya, Rio tersenyum tanpa dosa. Aku menatapnya tidak percaya, ingin rasanya aku memarahi Rio tapi aku harus menahan amarahku di depan Ezra. Aku memandang Ezra yang ternyata sudah tertidur sambil memeluk kadonya di gendonganku.
Aku membawa Ezra ke kamar dengan perasaan kesal. "Kenapa sih engga mau ngalah banget sama anak," aku menggerutu sambil membasuh badan Ezra dengan handuk basah. "Emang apa sih salahnya dipaggil papi," lanjutku lagi.
Dua bulan yang lalu Clara menginap di rumah kami cukup lama karena sedang ada masalah dengan Gerald. Selama Clara tinggal dia selalu memanggil Rio dengan sebutan papi akhirnya kata pertama yang diucapkan Ezra adalah "pi.. api" alias papi. Padahal selama ini aku selalu membiasakan memanggil Rio dengan sebutan daddy tapi entah kenapa justru papi yang diingat.
Rio yang tidak mau dipanggil papi sedikit melakukan 'pemaksaan' ke Ezra. Sedikit-sedikit pasti bilang "Panggil daddy dulu," dan lucunya Ezra selalu menolak yang berujung Ezra menangis.
Setelah selesai membersihkan Ezra aku menghampiri Rio yang sedang menonton club sepak bola kesayangannya bertanding dengan kotak pizza dipangkuannya.
"Rio."
"Hmm," matanya tetap fokus ke tv karena kesal aku matikan saja tv nya dan aku sembunyikan remote tv nya
"Kamu kenapa sih?"
"Aku mau ngomong serius."
"Nanti aja ya abis aku nonton MU, nyalain tv nya dong, yang,"
Aku menatapnya dengan galak. Akhirnya Rio mengalah, dia memindahkanku ke pangkuannya sekarang posisi kami saling berhadapan dengan aku yang duduk di pangkuannya.
"Mau ngomong apa, sayang?"
"Aku mau kamu berhenti maksa Ezra untuk manggil kamu daddy. Yang, papi atau daddy artinya juga sama dan kamu harusnya senang kata pertama yang Ezra ucapin itu papi aku aja iri," kataku sambil mengusap kepalanya
"Aku cuma engga terbiasa aja, Yang. Hmm ini gara-gara dramanya Clara sama Gerald nih. Lagian ya Clara dilamar malah kabur udah gitu kaburnya ke rumah kita kaya gak ada tempat kabur yang lebih jauh aja," oceh Rio
"Hei jangan ngatain orang kamu lupa kalo dulu juga drama?" Rio menariku ke dalam pelukannya "jangan ingetin aku soal itu, aku malu, yang. Aku hampir kehilangan kamu karena waktu itu aku cemen banget engga bisa pertahanin kamu di depan mama dan aku malah nurutin mama untuk.." ucapan Rio terhenti karena aku mengecup bibirnya
"Kok bahasannya jadi panjang sih, udah ah jangan diinget-inget. Kembali ke topik tadi ya pokoknya aku mau kamu ngalah sama Ezra gak boleh maksa dia buat panggil kamu daddy lagi, okay?"
Rio diam tidak menjawab. "Rio!" Tegurku
"Okay mami," Akhirnya Rio menyerah. Aku mengembalikan remote tv yang tadi aku sita lalu kami menonton pertandingan bola dengan aku yang masih di pangkuan Rio sampai kami mendengar suara tangisan dari dalam kamar
"APIIIIIII" jerit Ezra dari dalam kamar
Ezra menangis dengan mata masih terpejam, aku menghampirinya terlebih dahulu "Sshh sayang," aku mencoba merebahkan Ezra kembali tapi dia kembali duduk dan menangis
"Apiii," katanya katanya lagi
"Papi di sini, Zra," ucap Rio. Ezra mengusap air matanya lalu memandang Rio "dedong, pi," Ezra mengulurkan tangannya tanda minta digendong, Rio langsung menggendongnya.
"Ado, pi."
"Buka kadonya besok lagi ya, sekarang Ezra bobo. oke?" Ezra mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di dada Rio, Rio menepuk pantat semok Ezra dengan pelan lalu membawa Ezra keluar
"Mau kemana?" tanyaku
"MU-ku belum habis," sahut Rio sambil berjalan keluar kamar
Kalau kalian pikir Ezra itu #teammommy seperti waktu hamil kalian salah Ezra ini #teamdaddy banget. Pagi maunya mandi sama daddy, sarapan bareng daddy, makan siang harus video call daddy, malamnya engga mau tidur kalau daddy belum pulang. Apa-apa daddy deh.
"Yessss menang, Zra" Bisik Rio lalu kembali menepuk pantat Ezra. Aku terus memperhatikan Rio sambil tiduran di sofa, Rio berkali-kali mencium pucuk kepala Ezra karena kesenangan club sepak bolanya menang.
Setelah itu Rio berjalan melewatiku kearah kamar kami, tidak lama Rio kembali "ada yang ketinggalan," begitu katanya. Aku langsung melihat sekeliling mencari barang yang tertinggal tapi tidak ada apapun selain kotak pizza yang sudah kosong dan kaleng soda.
"Apa?" kataku
"Maminya Ezra yang ketinggalan," katanya sambil tersenyum manis
👫👫
Aku kok kaya gak mau pisah ya sama mereka, masih mau bikin cerita yang ringan-ringan gini tentang mereka bertiga. Kalo kalian masih mau baca kisahnya Rio, Viola sama Ezra jangan hapus cerita ini dari library kalian ya karena aku masih bakalan update hehe 🥰🥰
Bonus video waktu Rio cari tempat tidur untuk Ezra~
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Fiksi UmumApa yang kamu lakukan jika pasanganmu tidak bisa menerima kekuranganmu, lepaskan atau bertahan ? ...... "Maaf Vio, kayanya aku engga bisa lagi ngelanjutin semua sama kamu" "Maksud kamu?" "Aku engga bisa lagi jadi suami kamu Vio, aku udah engga taha...