AKU JUGA

10.6K 444 3
                                    

Mei 2015

Agenda sidang hari ini adalah mediasi. Aku ditemani ibuku dan kak Julio ke pengadilan agama. Sesampainya di sana aku melihat Rio sedang merokok sendirian di pinggir tempat parkir. Rio bukan perokok aktif dia hanya merokok jika sedang stres. Dia segera membuang rokoknya ke jalan dan menginjaknya ketika melihatku. Dia tetap sopan seperti dulu, dia mencium tangan ibu dan memberi salam ke kak Julio.

"Kamu sendirian aja Rio?," tanya ibu

"Engga bu, ada mama duduk di sana," kata Rio sambil menunjukan posisi tempat duduk ibunya

Ibu dan kak Julio jalan duluan ke arah mama Rio, sedangkan aku dan Rio masih berdiri di tempat parkir.

"Gimana keadaan kamu, Vio?."

"Udah mendingan," jawabku dingin

Keadaan menjadi canggung dan kami jalan perlahan ke arah mama

"Aku datang malam itu Vio..." katanya tiba-tiba dan kami menghentikan langkah kami

"Kapan?."

"Setelah kamu operasi."

"Oh ya?."

"Aku mau masuk tapi engga jadi."

"Kenapa?."

"Aku lihat kamu lagi asik bercanda jadi aku engga enak mau ganggu kamu."

"Oh.."

"Mereka siapa?."

"Teman kak Julio sama anaknya."

"Kok cuma berdua, istri dia mana?."

"Sudah cerai."

"Oh duda."

"Iya, kenapa tanya-tanya?."

"Ehm engga, apa engga sebaiknya kamu tunggu akte cerai sebelum mulai yang baru."

"Maksud kamu apa?."

"Maksud aku, setidaknya tunggu sampai kita beneran cerai baru cari pengganti aku."

Ingin rasanya aku menjejali mulutnya dengan cabai karena ucapannya barusan. Dia tetap menatapku seperti minta jawaban dari ucapannya tetapi aku memilih untuk pergi meninggalkannya.

Mama Rio langsung memelukku dengan erat saat melihatku, aku juga bisa merasakan mama Rio menangis saat memelukku.

"Gimana keadaan kamu?."

"Udah mendingan, ma."

"Harusnya engga usah datang, istirahat dulu sampai sembuh. Sidang kan bisa ditunda."

"Gak apa-apa, kasian Rio kalo sidangnya harus ditunda ma."

Rio kaget mendengar jawabanku, dia menatapku lama tapi aku tidak balas tatapannya.

"Maafin mama ya sayang."

"Engga apa-apa ma, tujuan menikah kan memang untuk punya anak. Kalo aku engga bisa kasih anak buat apa masih dinikahi," kataku dengan suara bergetar karena menahan tangis

Mama Rio langsung memelukku dan menangis. Berkali-kali mama Rio terus mengucapkan kata maaf sambil memelukku.

....

Karena giliran untuk mediasi masih agak lama, kami memutuskan untuk menunggu di kantin sekalian makan siang. Ibu dan kak Julio memesan gado-gado, mama soto ayam, aku nasi padang dan Rio memesan makanan kesukaannya bakso.

Satu sendok

Dua sendok

Dan aku menghentikan tangannya saat dia ingin menuangkan sambal ke mangkok baksonya lagi. "jangan banyak-banyak," kataku masih memegang tangannya.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang