Agustus 2015
Sudah seminggu Rio di Bali, semoga dia cepat kembali. Aku sudah tidak tahan dengan topik yang sering dibicarakan ayah, ibu dan kak Julio yaitu tentang calon pengganti Rio. Sejak mengetahui obrolan ibu dan tante Aisyah soal tidak menunda kehamilan, ayah mulai ikut-ikutan membicarakan masalah ini dan melupakan semua ucapannya "Setelah semua ini selesai, ayah engga akan memaksa kamu untuk memulai sebuah hubungan lagi. Ayah yang akan jaga kamu sampai ayah tua nanti"
Ingin rasanya aku beri tahu mereka kalau aku dan Rio sudah rujuk tetapi aku tidak mau keluargaku nantinya menilai Rio tidak jantan karena berita ini tidak disampaikannya secara langsung.
Hari ini ayah dan kak Julio tidak ke bengkel karena sibuk mendata siapa saja tamu yang akan diundang di pesta pernikahan kak Julio nanti.
"Ini nih si Robi sekarang udah jadi pengusaha, makin ganteng lagi," ucap kak Julio
"Robi yang mana sih?."
"Itu yah yang dulu antar Julio pas Julio jatoh dari motor. Cowok yg pake behel, sekarang dia udah copot behel. Nih ayah liat deh." kak Julio menyodorkan hand phonenya ke ayah
"Ooooh dia, wah haruslah dia datang. Siapa tau ..," belum selesai ayah bicara, ada yang membunyikan lonceng pagar rumah kami
"Ada tamu!," pekikku sambil berlari ke arah pagar
Orang yang datang ibu Dewi dari pengadilan agama. Aku segera menyuruhnya masuk.
"Silahkan duduk bu," kataku
"Iya terima kasih."
"Saya kesini mau ngasih surat undangan ke pengadilan minggu depan untuk menghadiri pembacaan ikrar cerai dari pihak suami."
"Ikrar cerai? Berarti setelah itu udah selesai kan bu?," kata ayah
"Iya nanti setelah ikrar cerai, ibu Vio sudah sah cerai dari suaminya,"
"Engga mungkin! ibu Dewi pasti bohong!,"
"Viola!," tegur ayah
"Ibu Dewi pasti bohong, yah. Gimana bisa proses cerai ini selesai, aku sama Rio aja engga pernah dateng ke persidangan," kataku panik
Ayah dan ibu terlihat kaget saat mendengar ucapanku.
"Iya karena itu. Jadi jika tergugat tidak menghadiri sidang dengan alasan yang tidak jelas maka hakim memiliki kewenangan untuk memutuskan perkaranya ibu. Ini yang dinamakan verstek"
Sejujurnya aku dan Rio tidak mengetahui tentang adanya peraturan seperti ini, yang kami tahu jika datang ke sidang maka proses dilanjutkan jika tidak datang maka proses dihentikan.
Aku berlari ke kamar sambil menangis. Meninggalkan ibu Dewi dan keluargaku yang masih berbicara di ruang tamu.
Tangisku semakin menjadi karena Rio tidak juga menjawab teleponku.
"Hallo kenapa, Vio. Aku lagi meeting , aku telpon sejam lagi gimana?," akhirnya Rio menjawab teleponku
"Rio, Aku mau kamu pulang sekarang," kataku sambil menangis
"Kok kamu nangis, kenapa? Coba- ..,"
"Kamu harus cabut gugatan itu sekarang."
"Sssst Vio, kamu tenang dulu dong. Ngomong pelan-pelan, ada apaan sih?."
"Barusan ada orang dari pengadilan agama datang, karena kemarin kita engga dateng berkali-kali perkara kita udah diputus sama hakim. Terus si ibu dateng bawa surat undangan buat dateng pembacaan ikrar cerai minggu depan."
"Loh kok gitu sih aku engga tau peraturannya begitu. Ck gimana ya, partner aku barusan pulang dadakan ke Jakarta karena istrinya melahirkan. Aku pasti engga diizinin pulang, Viola."
"Kamu tuh jangan mikirin kerjaan kamu aja dong. Kamu serius engga sih mau rujuk sama aku?."
"Aku serius mau rujuk sama kamu, Viola. gini deh aku telpon papa dulu sekarang. Aku pastiin bakal balik sebelum pembacaan ikrar itu oke."
"Ya udah."
*klik*
Ya tuhan aku engga mau pisah sama RioBERSAMBUNG!
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Художественная прозаApa yang kamu lakukan jika pasanganmu tidak bisa menerima kekuranganmu, lepaskan atau bertahan ? ...... "Maaf Vio, kayanya aku engga bisa lagi ngelanjutin semua sama kamu" "Maksud kamu?" "Aku engga bisa lagi jadi suami kamu Vio, aku udah engga taha...