Agustus 2015
Sudah saatnya aku suntik tapros yang ketiga. Kali ini aku tidak ditemani siapa pun karena orang tuaku sedang sibuk dan aku masih mengabaikan Rio sejak telpon malam lebaran itu. Sejak malam itu aku sudah memantapkan diri untuk tidak lagi berkomunikasi dengan Rio. Walaupun kami tidak pernah datang di persidangan tetapi proses perceraian tetap berjalan kan dan pada akhirnya tetap saja kita benar-benar berpisah. Jadi aku mau membiasakan diri hidup tanpa Rio.
"Jadi ini suntik terakhir, tan?"
"Iya, jadi setelah suntik ini kamu engga akan haid selama dua bulan. Setelah itu kita cek lagi kalau sudah bersih berarti sudah siap untuk program hamil" jelas tante Aisyah
"Oh gitu, Alhamdulillah"
"Inget ya, kista itu bisa disebut temen seumur hidup di badan kamu. Dia bisa muncul lagi kapan pun, jadi tante saranin jangan menunda kehamilan ya"
"Ahh i.. iya tante" jawabku pelan sambil memikirkan kalimat terakhir tante Aisyah
....
Baru saja aku mau menyalakan mesin mobilku, aku mendapat sms dari ibu Sri. Ibu Sri adalah asisten rumah tanggaku dan Rio, dia hanya bekerja dua hari sekali itu pun hanya setengah hari karena beberapa tugas rumah tangga seperti memasak dan berbelanja aku lakukan sendiri. Ibu Sri mengirimkan pesan menanyakan obat yang biasanya Rio minum jika sedang sakit. Rio memiliki alergi terhadap beberapa antibiotik jadi dia tidak bisa sembarang minum obat.
"Astaga, Rio sakit" kataku pelan
"Saya kesana sekarang"
setelah membalas pesan bu Sri, aku langsung berangkat ke arah rumah kami dulu. Tak lupa aku pergi ke apotek untuk membelikan obat untuknya.
....
Ada perasaan aneh ketika aku memasuki rumah ini lagi. Rumah yang sudah tiga bulan tidak aku tempati lagi. Ibu Sri kusuruh pulang karena sudah sore dan aku ingin mengurus Rio sendiri.
Aku berjalan cepat kearah kamar Rio, di sana aku melihat Rio sedang tertidur. Kulihat tangannya ada bercak merah itu berarti dia sudah meminum obat lain dan menimbulkan alergi. Kuguncang badannya untuk membangunkan Rio. Dia terlihat kaget ketika melihatku.
"Kamu ngapain kesini," kata Rio dengan suara serak
"Kamu minum obat apa tadi?."
"Aku minum obat warung, abisnya aku udah engga kuat Vio."
"Kamu tuh engga bisa sembarangan minum obat, Rio. Kamu kan tau kalo punya alergi."
"Tapi aku beneran engga kuat, kepala aku sakit banget."
"Kenapa bisa sakit? Kamu telat makan?."
"Iya. Semalam aku pulang malam karena banyak kerjaan terus aku lupa makan."
"Biar aku masakin kamu ya, abis itu minum obat ini yang udah aku beliin."
....
Aku memasak sop tanpa bakso karena di kulkas tidak ada bakso. Aku tahu sebenarnya aku tidak perlu repot mengurusinya seperti ini, tetapi ini sudah menjadi kebiasaan selama dua tahun terakhir ketika Rio sakit yang tidak bisa aku lupakan begitu saja.
"Kamu kalo kerja jangan lupa waktu gitu dong, jaga kesehatan. Kamu masih minum vitamin yang biasa kan, jangan bilang udah engga kamu minum!. Jangan suka nyepelein kesehatan gitu lah. Kamu tuh kalo sakit ribet, obatnya engga ada di warung. Belum lagi harus makan sop baru mau makan" omelku panjang lebar
Reaksi Rio hanya tersenyum sambil menyuap potongan apel yang terakhir. Rio memakan masakanku dengan lahap. Sop, telur dadar dan apel di meja sudah habis dalam sekejap.
"Kamu dengerin aku ngomong engga sih?," tanyaku sewot
"Aku denger semua, Viola," Rio masih tersenyum memandangku
Langsung saja aku berdiri dan membereskan piring-piring yang ada di atas meja. Aku memilih menyibukan diri dengan mencuci piring dari pada harus duduk disana dan terus dipandangi oleh Rio. Aku tidak suka dengan senyumannya. Aku takut luluh lagi.
"Aku engga bisa lama-lama ya, Rio," kataku sambil mencuci piring
"Hah kenapa?."
"Aku harus pulang."
"Temenin aku dulu, please." katanya yang tiba-tiba sudah di belakangku
Aku pegang dahinya untuk memeriksa suhunya, semua sudah normal.
"Kamu udah sembuh, Rio. Berarti udah engga perlu aku ada disini lagi."
"Please ,Vio. Pleaseeee."
"Kamu kenapa sih, Rio?," kataku hendak pergi
Rio langsung memeluku.
"Aku kangen kamu, Viola," katanya pelan tepat di telingaku
Aku hanya diam mendengar ucapan Rio dan dia memperetat pelukannya. Aku diam tidak bisa menjawab ucapannya.
"Aku kangen banget, Sayang." katanya lagi.
"Aku juga kangen kamu, Rio" batinku. Dengan ragu kubalas pelukan Rio
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Ficção GeralApa yang kamu lakukan jika pasanganmu tidak bisa menerima kekuranganmu, lepaskan atau bertahan ? ...... "Maaf Vio, kayanya aku engga bisa lagi ngelanjutin semua sama kamu" "Maksud kamu?" "Aku engga bisa lagi jadi suami kamu Vio, aku udah engga taha...