BERCANDA SAMPAI TUA

7.3K 266 2
                                    

Sudah sebulan setelah HSG tidak ada perubahan yang terjadi. Haidku masih telat dan rasa mual ini kembali aku rasakan.

Pagi ini aku tidak bisa sarapan, apapun yang aku makan pasti keluar lagi. Akhirnya Rio izin tidak masuk kerja dan para orang tua datang menjenguk ku. Mama Olin sedang mengusap perutku dengan minyak telon dan ibu yang sedang membuatkan aku teh.

"Bener engga mau ke dokter?," ucap Mama Olin untuk yang kesekian kalinya.

"Engga ma, ini udah enakan kok dipakein minyak telon," aku memejamkan mataku, entah kenapa kali ini aku suka dimanjakan mama Olin seperti ini.

"Ini minum teh nya dulu," kata ibu sambil membawakan menu favoritku jika sakit, teh lavender dan sandwhich. Aku langsung memakannya dengan lahap tanpa tersisa.

"Tadi pagi kamu buatin sarapan apa sih, Yo?," tanya mama Olin sengit

"Sandwhich juga. sama yang kaya ibu buat, ma."

"Hmm berarti buatan kamu engga enak." ledek mama Olin

"Ya udah sekarang istirahat aja ya," kata ibu

"Tapi jangan pada pulang ya," kataku manja

"Iya kita semua tungguin kamu sampe kamu sembuh," jawab mama olin

.....

Setelah kurang lebih satu jam tertidur aku terbangun dengan perut yang terasa lapar. "Lapar" kataku pelan dengan mata masih setengah terbuka.

"Eh udah bangun," kata mama Olin mengagetkanku.

"Kaget ya?. Sebenernya mama ngumpet-ngumpet kesini terus tungguin kamu bangun, mama mau kasih ini," Mama Olin menyodorkanku beberapa test pack dengan merk yang berbeda

"Ma, Viola engga hamil. Bulan kemarin juga kaya gini, ini cuma gejala haid." kataku lemas

"Hey, gak apa-apa cuma coba. Kalaupun hasilnya negatif mama engga akan marah, Viola. Mama cuma ngerasa gejalanya sama kaya waktu mama hamil dulu."

"Tapi ma.."

"Viola, please. Cuma coba sayang," kata mama Olin sambil menangkup kedua pipiku

"Oke." kataku

.....

Aku dan mama Olin masih terdiam memandang hasil dari tiga test pack di depan kami. Positif. Ketiganya menunjukan hasil positif. Ya, aku hamil. Aku akan memiliki anak.

"AAAAAAAAAAK," mama Olin teriak kegirangan sambil memeluku erat.

*brak*

Rio membuka pintu  dan berlari masuk ke kamar disusul ibu, ayah dan papa.

"Ada apa, ma?," kata Rio panik

"Viola hamil, Rio. Mama bakalan punya cucu," Aku mengangguk antusias.

Ibu, ayah, papa bergantian memeluku dan yang terakhir Rio. Dia memeluku dengan mata berkaca-kaca "Ini beneran kan?," katanya. Aku mengangguk dan menghapus air mata disudut matanya.

Siangnya ibu masak banyak untuk kami, kak Julio dan kak Marina juga datang. Mereka ikut senang dengan kabar kehamilanku. Siang ini kami makan siang dengan bahagia, senyum tidak pernah lepas dari wajah kami semua terlebih Rio dan mama Olin. Aku tidak pernah melihat wajah Rio sebahagia ini sebelumnya, aku pernah melihatnya tertawa dan tersenyum tetapi kali ini berbeda.

"Kamu seneng banget ya ?," bisiku

"Iya. Makasih, Viola. Makasih," katanya lembut, tangannya juga tidak berhenti mengusap perutku "Aku sayang banget sama kalian berdua."

"We love you too, daddy."

.....

"Viola, hey," samar-samar aku mendengar suara Rio.

"Viola, ayo sholat subuh," Rio menepuk pipiku pelan. Aku langsung membuka mataku dan memegang perutku.

"Kenapa?," Rio menatapku dengan bingung.

"A..aku."

"Sshh. Minum dulu ya," Rio menyodorkan gelas dari atas nakas. "Ambil wudhu yaa, kita sholat bareng."

Selesai salat Rio mulai berdoa sedangkan aku terdiam memikirkan mimpiku tadi. Mengingat wajah bahagia Rio dimimpi itu membuat dadaku sesak. Rio membalikan badannya dan kucium tangannya pelan.

"Hey, kenapa?," Aku menggelengkan kepalaku

"Ceritain semuanya sama aku, jangan dipikirin sendirian."

"Tadi aku mimpi."

"Mimpi apa ?."

"Aku hamil," kataku dengan suara sangat pelan karena menahan tangisku.

"Sshh," Rio menariku kedalam pelukannya

"Dimimpi itu kamu bahagia banget Rio, maaf aku belum bisa bikin kamu bahagia," kataku sambil terisak.

"Denger ya, Viola. Kalo kita punya anak pasti akan nambah kebahagiaan aku dan kalo kita belum punya anak engga akan mengurangi kebahagiaan aku. Karena  sumber kebahagiaan aku itu kamu, Vio. Kamu mau rujuk aja udah bikin aku seneng banget, jadi jangan mikirin yang engga-engga ya," Rio menghapus air mataku dan mengecup pipiku.

"Jangan sedih lagi, Yang. Hari ini kan kita mau kerumah ibu, kalo kamu sedih gitu nanti kak Julio ngiranya aku ngapa-ngapain kamu. Masa kamu tega liat aku dimarahin kak Julio."

Aku tertawa melihat wajahnya yang memelas.

"Kamu mau bikin aku seneng gak?."

"Mau."

"Aku mau sarapan sop bakso, boleh ?."

"Boleh, boleh banget malah."

.....

"Yang, hp kamu bunyi-bunyi terus banyak pesan masuk"

"Buka coba, Yang," kataku yang sedang sibuk menggoreng bakwan jagung. Rio terdiam setelah membaca pesan itu.

"Siapa, Yang," kataku menghampirinya

"Ibu."

"Kenapa?," Rio membacakan isi pesan dari ibu, kak Marina hamil dan rencana kami untuk tahun baruan ke Bandung dibatalkan.

Aku terdiam cukup lama memandang layar hand phone. Aku senang mendengar kak Marina hamil, tapi jujur aku juga merasa iri. Kak Marina baru menikah dan sudah hamil sedangkan aku sudah bertahun-tahun belum juga dikaruniai anak.

"Yang, jangan sedih dong. Kamu tau gak ini artinya apa?."

"Apa?." kataku dengan wajah polos

"Kita harus berusaha lebih giat lagi, Yang," kata Rio dengan alis yang dinaik turunkan sedangkan aku masih mencerna maksud ucapannya.

"Hmm dasar suami mesum!," Kucubit lengannya. Bukannya kesakitan Rio malah tertawa kencang dan  balik menyerangku. Setelah puas menggelitik perutku, pipiku menjadi sasaran selanjutnya dia menciumnya berkali-kali dan diakhiri dengan bisikan "i love you, Viola. Semoga kita bisa bercanda kaya gini terus sampai tua nanti yaa."

BERSAMBUNG~

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang