(v) salah paham

6.5K 748 9
                                    

"Eh, Cha!" sapa Kak Taeyong dengan tangan mengajak tos.

"Kak Yong," gue pun menepuk tangannya. Sementara Kak Doyoung memperhatikan.

"Young," sapa Kak Taeyong Kak Doyoung sambil melakukan hal yang sama seperti pada gue. Biasanya, Kak Doyoung bakal bales tosnya. Kadang juga, sampe pelukan singkat versi cowok.

Tapi, kali ini Kak Doyoung cuma diam sambil menatap Kak Taeyong dengan tatapan aneh. Kak Taeyong pun menurunkan tangannya dan menatap ke arah gue dengan pandangan bertanya. Gue pun membalas dengan menaikkan kedua bahu gue, tanda tidak tahu.

"Kalian mau kemana, nih?" tanya Kak Taeyong, memulai basa-basi.

"Mau jalan-jalan ke san-"

"Urusan lo?" Kak Doyoung memotong dengan kalimat menusuknya.

Kak Taeyong dan gue pun mulai bertelepati.

"Napa ni anak?"

"Entah, dari kemarin, Kak."

"Yaudah, lah. Gue nggak mau ikut campur."

"Yaudah, Cha, Young, gue duluan!" pamit Kak Taeyong sebelum pergi meninggalkan gue dan Kak Doyoung.

Jangan tinggakan aku bersama kediaman ini, Kak:((

Gue dan Kak Doyoung pun kembali berjalan. Entah kemana. Kita hanya mengikuti kebiasaan sehari-hari kita.

Di hari Jumat seperti ini, gue dan Kak Doyoung menyelesaikan kelas lebih awal. Kita pun menghabiskan waktu kosong kita untuk berjalan-jalan di taman kampus, sekalian menjernihkan pikiran.

Biasanya kita sambil ngobrol-ngobrol singkat, sambil bercanda-canda. Tapi kayaknya sekarang nggak mungkin bisa gitu.

"Kak, tadi kan ada tugas kelompok," gue pun memulai cerita.

"Semua udah dibagi bagiannya. Aku udah ngerjain bagianku. Tapi masa temen sekelompokku nggak ada yang ngerjain. Untung dosennya baik," jelas gue. Biasanya, peduli atau enggak, Kak Doyoung bakal ngejawab "sabar," atau tanya "terus gimana?"

Tapi sekarang Kak Doyoung cuma diem aja.

"Terus, di kelas keduaku tadi, kan aku ada presentasi. Waktu sesi pertanyaan, masa dosenku tanyanya kritis banget. Aku kan bingung," tambah gue lagi. Biasanya Kak Doyoung bakal tanya, "terus kamu jawab gimana?"

Tapi seperti yang sudah gue duga, dia cuma diem.

Biasanya, kita tuh saling bertukar cerita. Meski lebih sering gue yang cerita. Tapi dengan ke-badmood-an Kak Doyoung ini, kayaknya nggak ada gunanya gue cerita panjang-panjang.

"Hhhuhh," gue menghela napas pelan.

"Kak, Kakak kenapa sih? Dari kemarin diem mulu. Ngomongnya irit. Bensinnya abis?" tanya gue dengan bubuhan candaan yang jelas nggak lucu.

Tak ada jawaban dari Kak Doyoung.

"Kadoy kenapa sih?" tanya gue sambil menatap Kak Doyoung yang masih membuang muka.

"Kadoy marah? Kenapa?" tanya gue lagi.

"Kalo aku ada salah, bilang. Jangan diem aja," ucap gue.

"Kak," gue mengetuk lengan Kak Doyoung dengan jari telunjuk gue.

"Kak," gue mengetuk lengan Kak Doyoung lagi.

"Jangan diem mulu, napa," gue mengetuk lengannya lagi.

"Kak," lagi.

"Kak Doy," lagi.

"Kadoy," dan lagi.

"Kak, kenapa sih?" tanya gue sambil menoleh menatap Kak Doyoung.

"Kak," gue pun sedikit memajukan kepala gue agar bisa melihat wajah Kak Doyoung dengan lebih jelas. Sayangnya Kak Doyoung langsung membuang muka ke arah lain.

Gue pun berpindah ke sisi kanan Kak Doyoung dan melakukan hal yang sama, "kak."

Kak Doyoung pun membuang muka ke arah lain lagi.

"Kak," gue pun berpindah lagi dan melakukan hal yang sama. Kak Doyoung pun memalingkan wajahnya lagi.

"Kak," gue pun berpindah lagi dan Kak Doyoung membuang muka lagi.

"Kak," gue dan Kak Doyoung meakukannya lagi.

"Kak Doy," lagi.

"Kadoy," lagi.

"KAK!" dan ini yang terakhir, "KAKAK KENAPA SIH?"

"Kamu yang kenapa sama Taeyong?" sentak Kak Doyoung.

"Ha?" gue terdiam, bingung. Sementara Kak Doyoung kembali memalingkan wajahnya.

Jadi, maksudnya...

Kak Doyoung, cemburu?

Sama Kak Taeyong?

Hmmm

Gue nggak peduli gimana Kak Doyoung bisa sampe cemburu, tapi...

Gemes.

Tanpa sadar gue senyum. Antara senyum gemes dan malu. Kak Doyoung pun menoleh dan bingung melihat senyuman gue.

"Kok senyum? Kamu beneran ada apa-apa sama Bang Taeyong?" tanya Doyoung dengan wajah antara bingung dan panik.

"Ih, enggaaakkk," jawab gue, "nggak ada apa-apa, kok."

"Terus, kenapa kamu bohong?" tanya Doyoung.

"Apanya yang bohong?" tanya gue, tak paham.

"Kemarin lusa, kamu ke kafetaria bareng Bang Taeyong, tapi kamu bilang kamu kesana sendirian," jelas Doyoung, "kamu bilang kamu mau pulang sama Bang Johnny, tapi kamu malah berduaan sama Bang Taeyong."

"Ih, aku kesananya emang sendirian, kok. Kan Kak Johnny nggak bisa jemput, terus dia nyuruh Kak Taeyong buat nganterin aku pulang. Lagian, Kak Doy tau dari mana emang?" jelas gue.

"Kenapa kamu nggak bilang dari kemarin?" tanya Kak Doyoung tanpa menghiraukan pertanyaan gue.

"Kak Doy kan nggak tanya," jawab gue.

"Aku udah tanya," balas Kak Doyoung.

"Ha? Hmm," gue berpikir sejenak, "pertanyaan Kak Doy kurang spesifik."

"Hhh," Kak Doyoung pun kembali membuang muka. Sementara gue terkekeh pelan.

Gue pun memberanikan untuk meraih lengan Kak Doyoung, "ih, Kak, maaf deh. Aku kan nggak paham maksud pertanyaan Kak Doy."

"Hhh," Kak Doyoung hanya mendengus, sok kesal.

Kesalah pahaman kita pun berakhir disini.

Kesalah pahaman kita pun berakhir disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Timeless; k.doyoung, nct✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang