(xxxxv) Ruang Seni

3.7K 428 8
                                    

“Lo mau pulang sendiri?” tanya Rose.

“Ya iya, lah. Emang mau sama siapa?” balas gue.

“Lo tuh baru aja sembuh, loh, Sha. Liat, nih, wajah lo juga masih pucet."

“Iya, gue putih. Makasih,” canda gue sambil tersenyum tipis.

Ya lagipula, gue baru sembuh lalu kenapa? Udah sembuh kan?

Lagian sakit gue kemaren juga cuma kecapekan, pusing, agak demam juga katanya.

Gak berbahaya menurut gue.

“Yeuu,” Rose membuang muka, kesal.

“Lo pulang bareng gue aja. Ntar gue dijemput supir gue. Tapi lo tungguin gue dulu, ya,” ucap Rose.

“Tungguin apa?”

“Gue mau ke ruang seni dulu, mau diskusi bentar sama Kak Hayi,” jelas Rose.

“Ruang seni?”

“Iya,” Rose mengangguk.

“Cuma diskusi berdua aja atau rapat?” tanya gue.

“Diskusi doang, tapi di sana yaa nggak cuma berdua doang. Di sana ada beberapa orang lain. Paling-paling gue sama Kak Hayi mojok di belakang.”

Gue berpikir sejenak.

🕓🕖🕙


“Gue nunggu di kafetaria atau kantin aja, lah, Je,” ucap gue pada Rose ketika kita baru saja sampai di depan pintu ruang seni.

“Lah, ngapain? Gue nggak lama, kok,” ucap Rose, “lagian, ya, Sha. Kalo lo pergi sendiri, terus terjadi sesuatu gimana? Kalo tiba-tiba lo pingsan, gimana?”

“Halah, alay. Gak bakal ada apa-apa.”

Yakali gua yang strong ini pingsan gara-gara baru sembuh dari sakit doang.

“Nggak usah, lo masuk aja, Sha. Lo ikut mojok aja sama gue,” Rose menarik tangan gue lalu membuka pintu dengan tangan yang satunya.

Duh, nggak peka banget sih:’(

Pintu pun terbuka, tampaklah beberapa orang disana. Rose pun berjalan masuk, tak lupa menarik gue masuk.

“Nggak ada, kok, Sha,” ucapnya tiba-tiba.

“Ha? Nggak ada apa?"

"Mantan."

Oh, peka ternyata:)

Jelasnya, Kak Doyoung juga anak seni. Keberadaan Doyoung di ruangan ini adalah sebuah kemungkinan dan gue lagi gak mau ketemu sama Kak Doyoung.

Oke, lupakan gue yang kemaren pengen balikan. Kini, bahkan melihat wajahnya sekilas saja sudah membuat mood gue hancur.

Tapi masih kangen sih:(

Setelahnya Rose langsung mengajak gue masuk dan gue pun masuk dengan tenang.

Ini pertama kalinya gue masuk ruangan ini, mungkin. Kak Doyoung nggak pernah ngajak gue kesini dulu. Dia nyuruh gue nunggu di kantin ataupun kafetaria.

—eh, tapi kenapa Kak Doyoung gak pernah ngajak gue masuk ya? Jangan-jangan dia malu sama temen-temennya disana:(

Oke lupain.



Sejujurnya gue agak merasa malu dan nggak enak ketika masuk ke dalam karena gue bukan anggota sini. Untungnya gue mengenal beberapa orang yang ada di sini sekarang.

Gue dan Rose berjalan mendekati Kak Hayi, lalu duduk di dekatnya. Sementara Kak Hayi dan Rose mengobrol, gue menatap ke sekitar.

Tak jauh dari gue—atau bisa dibilang memang cukup dekat— ada sesosok yang tak asing di mata gue.

“Kak Taeil?” panggil gue. Kak Taeil yang sedang berjalan mondar-mandir bagai menunggu orang pun berhenti dan menoleh.

“Eh, Echa,” sapa baliknya.

“Kak Taeil ngapain disini?” tanya gue dengan pandangan menyelidik, “nggak lulus lagi?” canda gue.

Kak Taeil hanya terkekeh lalu menggelengkan kepalanya. Baru saja ia membuka mulutnya untuk membalas—










Pintu ruangan terbuka. Tampaklah seorang lelaki berkulit sedikit gelap dan pipi gembul yang langsung berteriak—

“Hai Kakak-kakak semua! Salam kenal! Gue Haechan–manusia paling tampan yang ada di—

“Mars,” seseorang memotong ucapannya dengan ketus.

Orang tersebut berada di belakang Haechan. Agar bisa masuk ke dalam, ia pun mendorong kepala Haechan yang menutupi pintu dengan tangannya.

“Eh, eh. Ah, Bang Doy nggak seru, ah,” keluh Haechan.

Setelah sadar siapa orang di belakang Haechan tersebut, gue pun sedikit membuang muka meski beberapa kali mencuri pandang.

Dari hasil melirik, gue bisa liat dia masuk ke dalam ruangan dengan santai. Dari hasil melirik pula, gue bisa melihat dia tersentak ketika menemukan keberadaan gue.

Dengan (sok) santai, ia pun membuang muka dan berjalan ke arah Kak Taeil, tak lupa menarik Haechan yang sedang berbicara dengan kepercayaan diri tingkat ketinggian.

Gue menghela napas lalu menatap ke arah Kak Hayi dan Rose. Kapan mereka selesai:(

🕓🕖🕙


Dalam hidup gue, meskipun gue tuh lemah walau strong, gue tuh jarang pingsan.

Jumlah gue pingsan seumur hidup bahkan masih bisa dihitung dengan hitungan jari dalam satu tangan. Yah, nggak sampai lima kali.

Karena itulah gue selalu saja merasa santai, walau sedang sakit. Toh kemungkinan gue bakal pingsan tuh kecil banget.

Sayangnya hari ini berbeda.

Padahal gue merasa baik-baik saja sebelum ini. Namun tiba-tiba pandangan gue berangsur-angsur menggelap.

🕓🕖🕙


“Loh, kok gue ada di kamar?” ucap gue setengah sadar ketika terbangun dan menemukan diri gue berada di kamar gue sendiri.

“Tadi gue kan masih di ruang seni. Masa gue ngelindur? Jangan-jangan gue tidur sambil jalan? Gue tadi ketiduran?” tanya gue pada diri sendiri.














Gue terus bergumam hingga tak sadar ada seseorang lain di depan pintu kamar gue.










"Kamu pingsan," ucapnya dengan tangan terlipat di dada.

"Kamu pingsan," ucapnya dengan tangan terlipat di dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hm🍃

Timeless; k.doyoung, nct✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang