(xix) regret

4K 511 13
                                    

"Hati-hati di jalan."

"Semoga bahagia."

Kalimat tersebut berarti positif.

Namun, di saat-saat tertentu, kalimat itu bisa menjadi negatif.

Dan itulah yang gue katakan pada Kak Doyoung sebelum pergi, tepat setelah gue berkata,

"Yaudah, kita putus aja kalo gitu."

Kalimat tersebut selalu saja terulang di pikiran gue.

Jangan hujat gue. Gue tau, gue goblok:")

Gue sendiri nggak percaya kalimat itu keluar dari mulur gue, disaat gue sendiri nggak mau berpisah.

But, this is an ending.

I can't turn back the time, even if I want.

Gue mengipasi wajah dengan tangan. Mencegah air mata keluar dari mata gue. Gue nggak mau nangis di pinggir jalan.

Gue nggak percaya, semua berakhir secepat ini.

Dan gue nggak tau, siapakah yang mengakhirinya.

Dengan langkah berat, gue terus melangkah. Pulang ke rumah gue yang tak terlalu jauh dari mall tempat gue nonton dan makan bersama Kak D-

Sudahlah.

Jarak rumah gue dan mall hanya dua kilo.

Ya, dua kilometer:) nggak pake kuadrat.

Udah lama gue nggak jalan kaki gini. Capek:"

Dulu, biasanya gue dari rumah jalan sendirian ke mall. Semenjak pacaran sama K– Hmm... semenjak itu, gue cuma ke mall sama dia doang.

Gak, ding. Pernah beberapa kali. Sama temen.

Gue terus melangkah. Masih belum setengah perjalanan, rasanya kayak udah lama gue jalan. Lelah. Lelah hati dan pikiran:)

Dan sekarang perut gue mulai sakit.

Mungkin efek dari makan pedes ditambah cola dan pulang jalan. Dan sebelum ini gue juga belum sarapan.

Hari ini dipenuhi dengan penyesalan.

Harusnya gue makan makanan yang lebih baik.

Padahal tadi K

Udah, Cha. Udah.

Gue pun menyesal karena telah membeli banyak buku, dan pada akhirnya gue nggak bisa pulang.

Gue mengipasi wajah gue dengan tangan lagi. Meskipun gue tau itu nggak berguna. Gue emang pengen nangis, tapi disaat-saat seperti ini, air mata gue nggak bakal keluar. Saking sakitnya, bahkan mata gue nggak mau keluar.

Dan rasa sakit di perut gue sudah semakin–

Hmm:)
























Gue mencari tempat duduk di pinggir jalan. Mengistirahatkan kaki gue, sedikit menghilang rasa sakit di perut gue, dan sedikit menjernihkan hati dan pikiran gue.

Hhhh, tiba-tiba gue nyesel. Nyesel ninggalin Kak Doyoung disaat gue nggak tau harus pulang naik apa.

Harusnya gue minta anterin pul-

Eh, nggak mungkin juga.

Atau kalo enggak, gue minta putusnya waktu udah sampe di rumah.

Eh

Tapi kan gua gamau putus juga😭😭😭

"Uhh," gue merintih pelan. Terlalu sakit. Sepertinya gue harus menelpon Kak Johnny buat nganterin gue pulang.

Entah gue bisa nunggu atau enggak.

Baru saja gue menyalakan layar ponsel gue,

"Cha. Masuk," teriak Kak Doyoung dari dalam mobilnya. Entah sejak kapan ia dan mobilnya berhenti di depan gue.

Kita udah gak punya hubungan apa-apa. Gimana bisa gue masuk ke mobilnya.

Orang asing:)

Tak mendapat jawaban dari gue, Kak Doyoung pun turun dari mobilnya.

"Cha," panggilnya. Gue hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Putus bukan berarti aku nggak perlu ngembaliin kamu dengan selamat."

Ngembaliin? Lo kira gue buku perpus?

"Ayo."

Pada akhirnya gue hanya mengalah. Tak ada cara lagi untuk pulang. Kak Johnny juga biasanya terlalu sibuk. Dan perut gue juga terlalu sakit untuk dibuat berjalan lagi.

 Dan perut gue juga terlalu sakit untuk dibuat berjalan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adegan putusnya mereka kayak biasa aja gitu nggak sih

Yaa mau gimana lagi, gue pacaran aja nggak pernah, apa lagi putus:)

Timeless; k.doyoung, nct✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang