“Nonton lagi, yok,” ajak Rose ketika kita baru saja selesai menonton film kartun.
Sesungguhnya, gue merasa seperti anak kecil. Studio ini dipenuhi dengan banyak anak kecil:)
Dan gue juga nangis di bagian sedihnya:(
Gue menatap ke arah Rose lalu tersenyum lebar, “gapunya uang lagi.”
“Yaah,” Rose berkeluh sedih, “gue pengen ngebayarin, tapi yaaa gimana yaaa.”
“Hmm,” gue menepuk-nepuk bahu Rose, bagai prihatin.
Sebenernya gue lebih prihatin sama dompet gue, sih.
“Yaudah, ayo keluar,” ajak Rose. Kita pun keluar dari studio yang sudah bagai taman kanak-kanak.
Mau balik TK aja:(((
“Mau kemana, nih, sekarang?” tanya Rose.
“Terserah, sih. Tujuan gue kesini, kan, cuma buat memenuhi hasrat-ingin-menonton-film-kartun gue. Hehe,” balas gue.
“Yeuu,” Rose mengipaskan pelan bekas tempat popcorn ke wajah gue.
“Yaudah, temenin gue beli buk–"
“Ih, Rose,” gue memotong ucapannya.
"Kenapa?!" Tanya Rose dengan nada terkejut yang kentara.
“Jangan, ntar gue khilaf,” ucap gue.
“Yeee,” Rose mengipaskan pelan bekas tempat popcorn ke wajah gue lagi.
“Ayok, temenin,” Rose menarik gue.
“Ntar kalo gue khilaf, lo yang bayarin, ya!”
🕓🕖🕙
“Sama apa lagi?” tanya Doyoung.
“...” balas seseorang di balik telepon.
“Bentar, gue cari,” Doyoung pun berjalan ke rak lain dan mencari sebuah buku.
“Biasanya dimana?” tanyanya.
“...”
“Deketnya rak buku import? Lah buku import itu tempatnya dimana, lur?” Doyoung mulai kesal.
“...”
“Yaa kalo gitu mending gue dari tadi nanya ke petugasnya. Huh,” Doyoung mendengus, mulai lelah dengan temannya yang satu ini.
“Yaudah, nggak ada lagi, kan? Gue tutup, ya, Kun.”
‘tut’
Doyoung pun menutup sambungan telepon.
“Punya temen kok gini banget, sih,” keluhnya sambil mencari buku yang diminta oleh Kun.Setelah berkeliling sebentar, Doyoung akhirnya menemukan rak buku dengan papan petunjuk besar bertuliskan ‘importation book’
Doyoung segera berjalan ke arah sana, mencari buku Kun yang katanya berada di dekat sana.
Akhirnya Doyoung menemukan tempatnya. Ia segera memperhatikan setiap buku yang ada di sana, mencari buku dengan judul yang sama seperti yang diminta.
“Sha, buku ini bagus banget. Pengen beli.”
Sebuah suara sedikit mengganggu konsentrasi Doyoung. Suaranya tak asing tapi tak familiar.
“Ih, Je, ntar gue khilaf. Gue jadi pengen beli juga.”
Suara tersebut sangat familiar. Namun, sudah asing di telinga Doyoung.
Doyoung mengangkat kepalanya, mencari sumber suara tersebut.
“Ah, Roje. Aku nggak liat, aku pake topi.”
Doyoung menemukannya. Tepat di rak buku import yang ia lewati tadi. Mungkin tadi Doyoung tidak menyadari keberadaan mereka karena mereka sedang berjongkok, mencari buku di rak bagian bawah.“Hmm, mahal, Sha,” kata Rose.
“Yaa daritadi emang mahal, Je,” balas gue, “makanya, nggak lucu kalo gue khilaf disini. Lebih baik, kalo gue khilaf, gue khilafnya di tempat buku yang murah.”
“Huh, yaudah,” Rose mengambalikan buku yang ia bawa ke tempatnya, “ayo, keluar aja.”
Gue terdiam sejenak sementara Rose sudah berjalan mendahului beberapa langkah di depan gue.
“Jadi lo kesini nggak mau beli apa-apa, gitu?” tanya gue sambil berjalan menyusul.
“Nggak, liat-liat doang.”
“Hmm,” gue tersenyum penuh arti, “thanks, loh, Rose.”
“You’re welcome.”
Doyoung masih menatap jejak kepergian mereka dengan wajah tak berekspresi.
Ia menghela napas pelan lalu kembali mencari buku Kun.
Setelah akhirnya ia menemukan buku Kun, ia pun berjalan ke arah kasir. Melewati rak buku import.
Ia terhenti ketika melihat sebuah buku. Buku yang sedari tadi diperdebatkan oleh kedua orang tadi.
Ia berjalan mendekat dan meraihnya.
“Hm, mahal.”
Aku kemaren nemu buku import, kayaknya bagus:( harganya juga nggak semahal buku import lainnya, tapi sayang uang:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless; k.doyoung, nct✔
Fanfiction[Doyoung x OC] Tak ada hubungan yang abadi. Start: Sept'18 End: Jun'19