Si tersangka, yang mematikan lagu gue dan dateng ngomel-ngomel—satu-satunya orang yang bisa keluar masuk sini dengan mudah, tentu saja Kak Johnny.
“I have to go out,” kata Kak Johnny, pamit.
“Ga nanya,” gue menjawab malas sambil memakan bubur yang dibelikan Kak Johnny.
Kak Johnny tersenyum kecut, “mau ditemenin sama siapa?”
“Ha?” gue menatap Kak Johnny, tak paham.
“Mau ditemenin sama siapa? Gue panggilin,” ulang Kak Johnny.
“Kayak pesen ae,” ucap gue sambil kembali melahap bubur favorit gue.
“Ya emang, tinggal pesen nih. Who?” tanyanya.
“Nggak usah, ah. Ngapain, juga, pake ditemenin,” tolak gue.
“We don’t know what will happen,” balas Kak Johnny.
“Nggak usah. Lagian aku bukan anak kecil lagi,” balas gue.
Kak Johnny mendengus, “batu.”
Gue membalasnya dengan dengusan.
“Take care of your self. Call me if something happen,” kata Kak Johnny sebelum meninggalkan gue sendirian.
Gue hanya mengangguk sambil bergumam, “sip, I'll call you if I'm die.”
“Jaga omongan,” Kak Johnny menjitak kepala gue.
Kini tinggal gue sendirian. Sendirian di rumah. Bokap nyokap gue nggak ikut balik ke sini setelah liburan panjang kemarin. Mereka masih di Chicago sementara gue dan Kak Johnny kembali ke sini dengan rasa sedikit terpaksa demi kuliah dan menggapai cita-cita untuk masa depan yang lebih baik. Yha:)
Setelah menghabiskan bubur gue, gue pun meminum air putih lalu terdiam sejenak.
Di saat-saat seperti ini, pikiran gue serasa kosong.
Setelah menghela napas panjang, gue pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar gue. Tujuan utama gue adalah dapur. Hmm, dapur ada di lantai satu sementara kamar gue di lantai dua.
Rasanya kayak jauh banget gitu ya.
Bahkan, dari kamar gue ke tangga itu rasanya udah kayak dari sini ke Chica—eh ya nggak sejauh itu sih.
Pada akhirnya gue sampai di dapur dengan perasaan lelah yang menjadi satu dengan rasa malas.
“Cuci, tidak? Cuci, tidak? Cuci, tidak?” gue bertanya pada diri sendiri di depan wastafel.
“Nggak. Biar Kak Johnny aja,” gue pun meletakkan mangkuk dan gelas gue di wastafel dan meninggalkannya begitu saja, "babu harus berguna."
Gue berjalan ke ruang keluarga. Gue duduk di sofa dan mulai menyalakan televisi.
Di jam-jam segini, biasanya ada SpongeBob. Kalau udah selesai, biasanya ada Kungfu Panda.
Hm, gue jadi pengen buat film, judulnya Kungfu Bunny.
Pemerannya ntar Kak Doyoung. Ntar yang jadi musuhnya dan babak belur itu Kak Johnny.
Nice👍 Gue suka endingnya.
Gue pun menikmati kartun si celana kotak dan bergabut ria di kala iklan. Ponsel gue ada di kamar dan gue terlalu malas buat balik lagi ke kamar.
Tingkat kemageran gue meningkat menjadi 90% di saat-saat seperti ini.
Dan di saat-saat lelah seperti ini, yang gue butuhkan adalah sandaran. Sayangnya gue udah nggak punya sandaran lagi sekarang.
Utututu:(
Jadi kangen masa-masa punya pacar:(
Ada yang peduliin, meski dengan cara ngomel:(
Huhu😭 Kok aku kangen Kak Doyoung😭
Kak Doy, ayo balikan:(
Aku tuh ga bisa nggantungin cerita:(
Jadi langsung aku pub yang ini:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless; k.doyoung, nct✔
Fanfiction[Doyoung x OC] Tak ada hubungan yang abadi. Start: Sept'18 End: Jun'19