Ini udah hari ke dua setelah ka Leo sakit. Dan kalian tau ga? Ian masih dalam mode ngambeknya.
"Ian masih ngambek sama kaka? Masa masih ngambek sih yan? Kemaren kan ka Leo sakit jadi kaka kha.." "Terus aja terus sebut namanya"
Aku menghela nafas, susah untuk mengembalikan Ian lagi kalo dia lagi ngambek.
Ini jalan terakhir. Tuhan lancarkanlah segala urusan ku.
Aku mengahampiri Ian yang sedang berdiri didekat kulkas dan memeluk dari belakang.
"Maafin kaka dong Yan please... Kaka gamau kita berantem terus, kaka janji deh seribet apapun keadaannya kaka pasti bakal ngasih kabar ke Ian, ayo dong Yan maafin kaka"
Sepertinya cara ini akan berhasil, karna Ian sepertinya sedang berfikir. "hmmm.. Oke kalo gitu Ian bakal maafin kaka asal dengan 1 syarat!" Akhirnya Ian berbalik dan memelukku juga. "Apa syaratnya?" "Besok sabtu kaka harus quality time sama aku dari mulai pagi sampe malem pokonya gabisa nolak titik gapake koma." "Sampe sore aja ya, kaka udah janji mau dinner sama ka Leo" "Tuhkan baru aja Ian mau maafin sekarang yang diprioritasin bukan Ian lagi. Cukup tau"
Duh Ian kenapa jadi baperan banget sih.
"Iya deh iya kaka batalin janji sama ka Leo yang penting Ian maafin kaka"
Hari ini aku terbangun karena suara berisik yang sudah pasti itu adalah Ian, hufft aku hanya ingin tidur sebentar lagi.
"Ka ayo bangun, mana katanya mau di maafin ian ayodong bangun" "Iann!!!! Ini tuh masih jam 7, kaka ngantuk" "Ayo bangun kaaa kita sarapan bareng, udah 3 hari loh kita ga sarapan bareng ka" "Itu salah kamu ya kemana kamu 2 hari ini?"
Aku sangat ingin menyadarkan Ian bahwa dialah yang salah. Ian pergi sangat pagi 2 hari kemarin! Dan menurut kalian siapa disini yang salah!?.
"Ya itukan Ian lagi ngambek ke kaka" "Ish dasar udah sana ke ruang makan kaka mau cuci muka sama gosok gigi!"
Aku langsung pergi ke kamar mandi karna tidak ingin mendengar ocehan Ian yang lain di pagi ini.
Setelah sarapan aku membersihkan kamarku dan bersiap siap untuk berangkat menuju Dufan. Jangan fikir aku berangkat ke dufan jam 8! Aku berangkat kesana jam 11 siang.
Dari wahana yang ekstrim ke yang biasa aku dan Ian terus menjajal semua wahana yang ada.
Dan berakhir dengan bianglala. Aku dan Ian sangat suka melihat sunset dan ya ini jam yang pas untuk sunset dan naik bianglala.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ka maafin aku ya, kemaren aku malah marahan sama kaka" "Iya Ian kaka udah maafin ko, lagian wajar kalo Ian khawatir sama kaka, tapi jangan kaya gitu lagi ya, kaka ga maksud nomor 2 in kamu, keadaan ka Leo lagi bener bener down, kaka ga bisa tinggalin ka Leo begitu aja" "Iya, Ian ngerti ko"
Aku memberikan senyuman untuk Ian. "Ka" "Hmm?" "kaka tau ga kenapa Ian khawatir pas kaka gaada di rumah?" "Emang kenapa Yan?"
Flashback
"Yan, ayo pulang nanti dicariin ayah!" "Yaudah ayo!"
Aku jalan berdampingan dengan Ian dan tiba tiba ada yang menarik tasku.
"Kalian berdua serahin barang berharga kalian atau pisau ini bakal nusuk kalian satu satu!" aku yang melihat pisau refleks memberikan tas dan berjalan mundur.
"Heh lo yang satu lagi kasihin tas lo sekarang juga!" "Ga gue ga mau ngasih tas ini ke Lo!"
Aku terkejut, ini hal yang gawat dan ga bisa Ian lawan orang ini ditambah dia membawa pisau.
"Yan jangan gila deh udah kasih aja tasnya!" "Gabisa ka! Aku bisa lawan dia!" "Yan kaka gamau kamu kenapa napa!" "Heh lu berdua banyak bacot ya! Serahin tas satu lagi atau kalian gue tusuk!"
Akhirnya terjadi pertandingan sengit antara Ian dan si perampok itu. Dan saat Ian tersungkur aku melihat perampok itu mau menusuk Ian dan aku langsung melindungi Ian dengan cara menghadang perampok itu.
"Ka!!!" Perampok itu terlihat gelisah dan langsung pergi dari TKP tubuhku terasa sangat lemas dan saat aku akan jatuh. "Ka, kaka harus tetep bangun ka jangan tinggalin Ian" "Kamu gapapakan Yan?"
Setelah itu aku tak ingat lagi dan terbangun setelah 3 hari tak sadarkan diri.
Flashback off
"Padahal itu kan udah lama Yan" "Ian gabisa ilangin memori itu dari kepala Ian ka, yang Ian harus lakuin setelah itu cuman harus lindungin kaka kapanpun!" "Oh jadi dulu pas kamu ga ngizinin kaka buat ke london gara gara itu?" "Hehe iya... Janji ya ka gaakan ninggalin Ian?"
Ian mengangkat jari kelingkingnya. Aku tepis tangan nya. "Yan, kaka ga bisa janji ke kamu" "Kenapa!?" "Kematian itu gaada yang tahu Yan, gimana kalo misalnya kaka meninggal besok, kan gaada yang tahu?" "Ih kaka ngomong apaan si, pokonya harus janji dulu sama Ian kalo ga Ian bakal ngambek lagi ke kaka!" "Yaudah kaka janji bakal terus sama Ian semampu kaka" "Ko janji nya kaya git..." "Udah ah tuh udah bagian kita turun!"