PART 33 (CRANKY)

2.8K 176 12
                                    

Setelah kejadian itu Ian mogok makan sebelum Ara mau untuk putus dengan Dev. Leo sebenarnya kecewa dengan keputusan Bryan kemarin. Makannya sekarang dia entah pergi kemana. Yang pasti menenangkan pikirannya.

"Papa setuju dengan hubungan kalian. Asalkan kamu harus menjaga Ara dengan sebaik baiknya. Jika tidak kamu tau sendiri akibatnya"

"Ian.. Kamu belom makan dari pagi loh nanti kamu sakit! Yann!! Buka pintunya kakak mau ngomong!"

Ceklek
"Jadi kaka mau putusin si itu?"

"Mending kamu makan yu sama kakak, kaka baru masak tadi"

"Ga!"

Pintu ditutup kasar. Ara menunggu di sofa depan.

Dev
Udah makan by?

Me
Belum:(, kamu udah makan belum?

Kriingg kriingg

"Makan sekarang by, nanti sakit kalo gamakan!"

"Dev... Mmm.. Gimana kalo kita pu.."

"GA!"

"Tapi Dev.."

"Kenapa?"

"Ian gamau makan dari pagi, aku takut dia sakit"

Terdapat helaan nafas Dev.

"Tolong Ra, jangan ngomong gitu lagi. Aku gak suka"

Arapun bingung. Ian yang belum makan dari pagi dan Dev yabg terdengar sangat sedih.

"Dengerin aku by, sekarang kamu ke dapur, makan, abis itu tidur. Masalah Ian sama Leo nanti biara aku yang urus, kamu ngerti kan?"

Ara mengangguk

"Kamu ngerti kan by?"

"Aku tadi udah ngangguk Dev"

"Baby, kita ini lagi voice call bukan video call. Mana aku tau kalo kamu ngangguk?"

"Hehe"

"Good night by, sleep well, Love you more than anything"

"Good night too Dev"

Ara mematikan sambungan telfon itu. Apa yang Dev perintahkan tidak dituruti oleh Ara. Ara malah diam di sofa depan kamar Ian. Berharap semoga Ian keluar kamar karena lapar.

Hingga jam 10 malam pun Ian belum keluar dari kamarnya. Hingga akhirnya Ara tertidur di sofa.

"Ka..Ka.. Bangun"

Ian menepuk nepuk pipi Ara.

"Mmm.. Ian udah keluar? Ian udah laper? Ayo kakak temenin makan"

Meskipun sangat terlihat bahwa Ara masih linglung. Tapi ara memaksakan diri untuk bangun.

"Kakak udah makan?"

Ara menggeleng polos.

"Kok kakak belom makan sih? Kalo nanti kakak sakit gimana?"

"Ian kan belom makan juga"

"Kak, nanti lagi jangan kaya gini ya. Ian takut kakak sakit"

"Iya, iya kakak ga akan kaya gini lagi. Yu makan"

Ara membawa Ian ke meja makan. Ara mulai menghangatkan makanan.

Setelah selesai, mereka pergi ke kamar tidur Ara terlebih dahulu.

"Kak"

Ara berbalik.

"Iya kenapa Yan?"

Ian langsung memeluk Ara erat.

"Maafin Ian"

Ara yang bingung hanya mengelus pelan punggung Ian.

"Maafin Ian karena Ian bikin kakak telat makan. Maafin Ian karena Ian bikin kakak tidur di sofa. Ini semua gara gara Ian"

"Shhh.. Udah ko, kakak gapapa"

"Ka please, janji sama Ian!"

"Janji apa?"

"Kalo Vino bikin kakak nangis selain nangis bahagia kakak harus bilang ke Ian! Kalo Vino kasar ke kakak. Kakak juga harus bilang ke Ian. Pokonya apapun yang bikin kakak sakit bakal aku buat orang itu ngerasain sakit yang lebih dari apa yang kakak rasain"

"Iya iya kakak janji. Udahan dong pelukannya kakak ngantuk Yan"

"Tapi Ian masih kangen kakak. Kakak sih ga ada terus!"

"Eh eh ko nyalahin kakak sih!? Siapa yang tiba tiba ngambek!?"

"Kakak"

Dengan tampang sok polosnya Ian menjawab bahwa Ara yang ngambek. Padahalmah Ian duluan. Tapi pelukan itu masih tetap berlanjut hingga akhirnya Ara mengalah membiarkan Ian tidur disamping Ara dan jangan lupa pelukan Ian yang belum dilepas juga.

 Tapi pelukan itu masih tetap berlanjut hingga akhirnya Ara mengalah membiarkan Ian tidur disamping Ara dan jangan lupa pelukan Ian yang belum dilepas juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Protective FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang