PART 48 (MEET UP)

809 74 3
                                    

Butuh waktu hampir 17 jam untuk kembali ke Indonesia dari Milan. Mata Ara yang sembab sangan terlihat jelas. 17 jam yang lalu Ara tidak bisa tidur setelah mengetahui bahwa adiknya kecelakaan dan belum mau makan sebelum kakaknya pulang. Meskipun Bryan telah menjelaskan berkali kali bahwa kecelakaan tersebut tidak begitu serius namun tetap saja Ara mengeluarkan air matanya dan menyalahkan dirinya sendiri.

Ketegangan terjadi di bandara saat papanya menyuruh Ara untuk kembali ke rumah dan beristirahat sebentar dan membuat Ara hampir kabur dan menaiki taksi agar bisa langsung ke rumah sakit. Dan hal inilah yang membuat Bryan mengiyakan permintaan putrinya. Meskipun Bryan sangat khawatir dengan keadaan Ara saat ini dengan mata sembab dan muka yang pucat.

Jam 17.30 Ara telah sampai ke rumah sakit dan langsung pergi ke ruangan adiknya. Ara membuka pintu dan melihat ada Ian yang tengah tertidur dan di sampingnya ada Leo. Leo refleks langsung berdiri dan memeluk adiknya.
"Baby... Kamu kemana aja hmm? Kakak kangen banget sama kamu byy"

Ara melonggarkan pelukan Leo dan langsung bertanya
"Ian gapapa kan kak? Ian ga luka parah kan kak?"
Ara kembali menangis. Dan Leo baru menyadari keadaan adiknya yang pucat dengan mata sembabnya.
"Shhh... Ian ga kenapa napa by, Ian lagi tidur aja lagi istirahat nanti juga bangun kok. Sekarang giliran kanu yang harusnya istirahat oke?"
"Aku mau nungguin Ian aja kak"

Ara melepas pelukannya dan langsung duduk di kursi samping kasur adiknya. Bryan masuk ke ruangan dan langsung menarik Leo untuk keluar sebentar.
Belum juga Leo mengeluarkan pertanyannya, Bryan sudah lebih dulu berbicara.
"Kamu pasti tau jawabannya kenapa papa sama ara sekarang disini, gimana keadaan Ian? Dokter bicara apa aja?"
"Tangan Ian harus digips sementara soalnya tulang di tangan Ian ada yang patah, terus katanya Ian kekurangan cairan dan nutrisi pa. Kayanya beberapa hari ini Ian gamakan apa apa pa"
Bryan menghela nafas. Ian sangat keras kepala.

"Maafin Leo pa, harusnya Leo jagain Ian"
"Ini bukan salah kamu Leo, makasih ya udah jagain Ian"
"Gapapa ko pa. Oh iya Leo mau ke kantin, papa mau nitip?"
"Papa pengen kopi sama sekalian beli makan ya buat kita semua"
"Oke pa"

Ara tengah memperhatikan keadaan Ian. Sesekali Ara mengeluarkan air matanya kembali.
"Baby girl, udah ya nangisnya? Ian bentar lagi bangun, kata dokter Ian juga gapapa sayang"
Ara memeluk Bryan dan kembali menangis
"Aku egois banget paa, harusnya aku kasih tau Ian aku dimana biar Ian ga khawatir. Kalo aja aku bilang aku dimana pasti Ian baik baik aja"
"Shhh udah udah, nanti Ian nya sedih juga liat kakak nya nangis. Udah ya nangisnya?"

Ara melepaskan pelukannya pada Bryan dan menghapus jejak jejak air mata. Dan kembali memperhatikan Ian yang masih tertidur. Leo baru kembali dengan membawa makanan dan minuman lalu membuka semua makanan agar bisa langsung dimakan oleh Papanya dan adiknya.
"By.. Ayo makan dulu sini"
"Nanti aja kak, kalo Ian udah bangun"
"Dari tadi di pesawat kamu belum makan loh sayang"
"Nanti aja pa, Ara lagi ga laper"

Bryan dan Leo sama sama menghela nafas. Mereka berdoa agar Ian secepatnya bangun. Dan ternyata tuhan mengabulkan permintaan Bryan dan Leo.
"Mmhh... Kakak..."
Ian membuka mata dan melihat Ara ada di sampingnya. Ara senang bukan kepalang melihat adiknya telah bangun.
"Jangan panggil dokter kak... Ian pengen disuapin kakak aja, Ian laper"
"Tunggu sebentar ya, biar papa telfon perawat dulu buat bawa makanan Ian"
"Yaudah Ian minum dulu ya, Ian pasti haus kan?"
Ian mengangguk dan mulai meminum air yang diberikan oleh kakaknya dengan sedotan.
"Ian kenapa gak mau makan?"
"Ian kangen kakak"
Ian malah merentangkan tangannya yang sebelah kiri meminta pelukan dari kakaknya. Ara memeluknya dengan hati hati takutnya ada luka yang tidak sengaja ia tekan.

Perawat datang dan membawa makanan Ian. Ara langsung mengambil nampan dan mulai menyuapi Ian.
"Rasanya ga enak kak"
"Besok kakak bikinin kamu makanan yang enak, sekarang makan ini dulu ya"
Ian menganggukkan kepalanya.

"Kak abis makan kita pulang ya"
"Eh apa apaan!!? ga boleh! Kamu masih sakit udah disini aja!"
"Kasurnya ga enak kak, enakan yang ada di rumah. Badan Ian sakit kalo bobo disini"
Ara kembali memasang muka khawatir, takutnya kasur yang ada di ruangan ini memang membuat Ian kesakitan. Bryan dan Leo sama sama tau kalo itu hanya alasan Ian agar bisa pulang dan nanti kakak nya bisa menemaninya tidur.

"Nanti kakak minta ganti sama perawatnya ya biar diganti kasur yang lebih empuk"
"Kasur disini mana ada yang empuk kakak!!"
"Yaudah yaudah nanti biar kakak tanya dokter dulu ya boleh pulang atau engga. Sekarang abisin dulu makanan nya"

"Yeu alesan doang tuh si Ian"
"Kakak... Bang Leonya tuh!!"
"Kak.. Jangan usilin Ian, Ian lagi sakit"
Ian tersenyum senang karena kali ini dia yang memenangkan pertempuran. Ian memeletkan lidahnya dengan muka mengejek Leo. Sedangkan Leo hanya berdecak.
Awas aja bocah! Tunggu aja kalo lo udah ga sakit!

Makanan di tangan Ara telah habis.
"Kakak udah makan?"
"Ian, suruh kakaknya makan juga. Dari tadi di pesawat belum makan dan katanya gamau makan sebelum liat kamu. Eh sekarang katanya bilangnya nanti aja"
"Yang bener pa!?"
"Iya bener"

Ian mulai memperhatikan kakaknya. OMG! Mata bengkak, bibir sangat pucat. Oh tidak tidak!!!
"Kakak!!! Ayo makan! Kok kaka belom makan sih!? Di pesawat kan hampir 17 jam an!!! Sini Ian suapin"
"Heh! Tangan lo dulu tuh sembuhin! Mau main suapin suapin! Udah sama kakak aja by disuapin nya"

Ara tertawa mendengar omelan Leo. Ara tahu sebenarnya Leo juga menyayangi Ian sama dengan Leo menyayangi Ara. Hanya saja cara memperlihatkan nya beda.
"Oke oke, kali ini gue ngalah sama lo bang tapi engga buat nanti. Liat aja!"
"inggi biit ninti. Liit iji"
Leo meledek Ian
"Kakak!! Abang ngeledek Ian terus kak!"
"Kak Leo ih! Udah jangan dijailin terus Ian nya"
"Hilih bocah dasar ngadu aja terus!"
"Kakakk itu abangnya!!!"
Lagi lagi Ian merengek kepada Ara dan membuat Ara gemas hingga hampir mencubit pipi Ian yang sedikit tergores akibat kecelakaan kemarin. Sedangkan Bryan tertawa melihat interaksi anak-anaknya.

Maaf banget buat yang bingung sama nomor partnya aku lagi coba benerin satu satu soalnya emang ada part yang nomornya sama maaf banget yaa

My Protective FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang