PART 41 (GO HOME)

3.2K 138 10
                                    

Sejak tadi tidak ada yang ingin mengalah. Ian dan Keenan sama sama bersikeras memeluk Ara. Ara sendiri sudah lelah, dari dia keluar kamar hingga duduk di kursi ruang tamu 2 makhluk kecil itu terus mengekori nya.

"Udah dong sayang, kak Ara nya mau pamit"

Panggilan aunty sudah hilang. Apalagi kalo bukan Keenan yang juga ingin memanggil Ara kakak karena Ian juga memanggil Ara kakak.

"wleee..wleee kak Ara nya maunya sama Abang wleee"

Ian terus meledek Keenan. Panggilan abang sepertinya belum cocok untuk Ian.. Jangan tanyakan Keenan. Keenan sudah menangis kencang.

"HUAAAAA... KAK ARAA!!! GABOLEH PULANG!!! DI SINI AJA!! IAN JAHAT! KEENAN BAIK!! KAKAK DISINI AJA!!"

Sandra mengambil alih Keenan.
"cup cupp cupp sayangnya mommy, yang sopan dong sayang, panggil bang Ian ya"

"HUAAA!!!"
Bukannya mereda malah tambah parah.

"Sini sayang sama kakak"
Ara mengambil alih Keenan dan memangkunya. Agak terasa sakit sebenarnya. Tapi kasian juga Keenan.

"Keenan jangan nangis, nanti kak Ara sedih juga.."
"Yaudah kakak disini ya biar Keenan ga nangis"
Keenan menatap Ara. Sungguh... saat ini Keenan sangat menggemaskan.

 saat ini Keenan sangat menggemaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara menggelengkan kepalanya.
"Maaf Keen, kakak gabisa tinggal disini. Nanti kalo papanya kakak sedih gimana??"

Keenan tetap menangis meskipun hanya isakan kecil.
"Kakak janji, kakak kapan kapan main ke sini. Dan Keen kapan kapan juga bisa ke rumah kakak. Pokonya kalo Keenan ke rumah, pasti kakak bakal main sama Keenan. Keen juga bisa telfon kakak, bisa video call kakak yaa"

"Kakak harus janji yaa!?"
Keenan memberikan jari kelingkingnya.
"Iya kakak janji"

Keenan memeluk Ara. Sekejap raut muka Ara terlihat kesakitan. Aladri mengambil alih Keenan.

"Sayang jangan kenceng kenceng, kakak nya sakit tuh"

Keenan melihat Ara dan akan menangis.
"Engga sayang, kakak gapapa ko"

"Al, Sandra, Keenan kami semua pulang dulu"

Kini Bryan, Ian dan Ara telah berdiri. Bryan mulai memeluk Aladri yang menggendong Keenan.
"Terimakasih banyak Al, terimakasih"
"Saya juga senang membantu anda, Pak Bryan"
"Sudah panggil saja saya papa seperti yang lain. Keenan, panggil om Kakek ya"

Bryan mengelus kepala Keenan dan membuat Keenan mengangguk.
"Sandra kamu juga panggil saya papa, oke?"

Sandra mengangguk dan memeluk Bryan.
"Papa, hati hati di jalan"

Ian memeluk Sandra. Lalu saat akan memeluk Aladri mukanya malah terkena tangan mungil.
"No! No! No!"
Ian mencabikkan bibirnya. Semua orang di ruangan itu tertawa melihat tingkah laku Keenan dan Ian.

Kini saatnya Ara yang berpamitan. Ara memeluk Sandra terlebih dahulu. Mungkin karena sama sama perempuan, entah sejak kapan mereka berdua menangis.

"Makasih kak... Makasih banyak. Ara sayang kakak"

"Kakak juga sayang Araa.. Janji ya bakal jaga diri kamu baik baik"

Ara mengangguk beberapa kali, membuat Sandra tersenyum. Pelukan itu terasa lebih lama dari yang lain.

"Kamu ga mau peluk kakak?"
Aladri pun terkekeh melihat Ara yang agak ketakutan karena suaranya.

"Hfft, sudah beberapa kali kakak bilang Ara, suara kakak memang seperti itu. Ayo sini peluk kakak"

Ara beralih memeluk kak Adri.
"Hati hati dijalan, nanti kakak sama kak Sandra pasti akan ngunjungin kamu"

"HUAAA DADDY!!!KO KEEN GA DIAJAK??!!! DADDY JAHAT!!"
Baru aja Ara mau membalas ucapan Adri. Sudah kalah telak oleh teriakan monster kecil nan imut.

"Engga sayang, daddy kamu pasti akan ngajak kamu. Udah ya jangan nangis. Katanya tadi gaakan nangis? Keenan gaakan peluk kakak?"
Keenan sudah memeluk Ara dan mencium pipi Ara.

"Kakak harus setia sama Keenan ya"
Semua orang disana tertawa. Apaapaan anak ini.. Dari mana dia belajar kata kata seperti itu.

"Hahaha.. Ia sayang, kakak bakal setia. Kakak pulang dulu yaa"

Keenan mengangguk dan beralih ke gendongan Aladri.

Setelah semuanya pergi..
"Kayanya Keenan membutuhkan adik sayang..."
Sandra yang malu mencubit perut Aladri.

"AL!!"

Kali ini Bryan tidak ingin ambil resiko. Dia.. Ah lebih tepatnya Devano yang mempersiapkan jet, dokter yang dibutuhkan Ara dan Leo yang mempersiapkan penjagaan ketat dari rumah Aladri sampai nanti ke rumah sakit.

"Baby girl, kalo kamu ada pusing atau apapun itu langsung bilang ya, Vano udah siapin dokter buat kamu sayang"

Mendengar kata Vano, membuat Ara sedikit lebih senang. Ahh dia rindu Dev-nya. Tapi kali ini rasa ngantuk itu lebih besar dan membuat Ara segera menutup mata dan mengangguk.

"Pa, apakah ini hal yang wajar?"
Ian cemas melihat kakaknya. Padahal tadi Ara sama sekali tidak menguap.

"Sudah, biarkan kakamu istirahat. Kamu juga istirahat sana! Besok kan sekolah"

"Papaa!!"
Bryan tertawa, dia menggoda Ian saja. Dan dugaannya benar, Ian akan dengan mudah terpancing.

Bryan kembali ke tempat duduknya. Memandangi foto kecil yang selalu dibawa kemanapun ia pergi.
Aku sudah membawa pulang putri kita sayang. Kamu lega kan? Aku harap begitu dan aku harap kamu sudah bisa memperbolehkan aku menceritakan semua yang terjadi sebelumnya...

My Protective FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang