Orang-orang mengatakan, dunia memiliki banyak sisi.
Maka inilah sisi gelap dunia yang belum banyak diketahui. Tentang kekuasaan, tentang hak, tentang kekejian, tentang tarik ulur pengkhianatan yang tidak pernah lepas dari jengkal hidup dan pararel.
...
Ketika dua dunia yang tidak pernah sama harus mencuri jalur turbulensi. Mungkin di titik itu pula, masing-masing langkah harus berangkat menjadi lebih kritis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan tatapan diam, seraya menunggu waktu, Kim Wonpil kembali mematut diri di depan kaca kabin mobilnya. Penampilannya, terlihat seperti biasa, yang membedakan hanyalah ia baru saja menghiasi wajah dengan kacamata tebalnya. Pangkal hidung bangir itu sangat membantu untuk mempertahankan letak kacamatanya agar tetap di tempat.
Dan, inilah salah satu hal yang sangat jarang sekali diketahui orang-orang. Tentangnya yang hanya akan menggunakan kacamata jika sedang berurusan dengan pekerjaannya yang sehat. Tidak, bukannya ia memiliki dua kepribadian, hanya saja ia merasa dengan ini identitasnya lumayan tersembunyi.
Wonpil memandang bangunan besar nan menjulang di hadapannya kini. Ramai. Sepersekon kemudian senyumnya tampak tertarik naik, mengingat bahwa rumah sakit sebesar ini dapat mempercayainya dalam mengurus semua akses keluar-masuk jalur obat-obatan. Ia terkadang tidak mengerti, seahli itukah dirinya sampai tidak ada seorang pun yang tahu jika ia adalah seorang penyelundup? Atau, ia sedang beruntung saja?
Membelah hiruk-pikuk ramainya koridor rumah sakit, Kim Wonpil berjalan tenang dengan tiga orang kawalan yang mempunyai porsi tubuh lebih besar darinya. Wonpil sendiri tidak akan mau menggunakan pengawal seperti ini di dalam lingkaran gelapnya, ia begitu berani untuk menghadapi apapun seorang diri, ia tahu ia bukan seorang pengecut. Tetapi untuk yang satu ini, mungkin ia hanya sekadar butuh untuk eksistensi dan penyamaran yang baik.
Banyak pasang mata memerhatikannya, tentu. Tampilannya terlihat tidak steril seperti seorang dokter, namun tidak juga terlihat merakyat seperti orang-orang pada umumnya. Modenya berkelas tinggi, pastilah mereka yakin, bahwa pria dengan garis rahang tegas ini adalah satu dari sekian orang penting, atau paling tidak, berpengaruh di bidang negara.
"Lewat sini, Tuan."
Seorang perempuan menyambutnya di depan pintu lift. Langkahnya kini mengekori sosok kecil itu, yang membawanya pada sebuah koridor sempit dengan sebuah wajah pintu yang menjulang tinggi di ujung dinding.
"Silakan masuk, ketua ada di dalam."
Dengan itu Kim Wonpil kini melangkah sendirian menuju ruangan yang pernah ia masuki sekali atau duakali. Tanpa mengucap terima kasih atau apa pada ketiga kawalan dan perempuan kecil tadi.
Ah, jangan berharap yang seperti itu pada Wonpil.
Sekat pintu terbuka, menampilkan sesosok lelaki berjas putih dengan rentan usia limapuluh tahunan itu sedang terduduk menghadap meja, namun menyadari ada keberadaan humani lain, ia sesegera mungkin bangun saat mendapati Wonpil telah menginjakkan ruangan.
Senyumnya terulas, menciptakan kerutan-kerutan yang semakin jelas menghias wajah. Ia mendekati Wonpil, dengan tangan yang terulur senang menyambut.