Orang-orang mengatakan, dunia memiliki banyak sisi.
Maka inilah sisi gelap dunia yang belum banyak diketahui. Tentang kekuasaan, tentang hak, tentang kekejian, tentang tarik ulur pengkhianatan yang tidak pernah lepas dari jengkal hidup dan pararel.
...
Selain dunia, tegaknya sebuah kepercayaan bisa memiliki sekian sisi yang berbeda.
Sisi yang akan menyelamatkan hidup, atau, sisi yang akan membuat kepercayaan menjadi terbalik sembilan puluh derajat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang Kim Wonpil, tidak tahu menahu, kenapa kantornya yang selalu lengang dan sunyi, akhir-akhir ini harus diisi dengan suara keributan dan kekacauan yang menurutnya sangat berisik itu.
Saat dokter muda itu datangㅡbeberapa hari lalu, Wonpil mungkin tidak tahu apa yang dokter itu lakukan di lantai satu kantornya karena ia sedang tidak ada di sana. Tetapi untuk yang satu ini, Wonpil bahkan belum sempat menjejaki lantai lift untuk menuju ruangan kerjanya, namun suara gaduh dari arah pintu masuk utama membuatnya menoleh dan mengharuskannya menghampiri asal suara.
Bisa Wonpil lihat, dua orang penjaganya yang memiliki tubuh sebesar lemari es itu tengah mengapit seorang lelaki berwajah tirus, pucat, lengkap dengan darah yang menghiasi sudut bibirnya. Wonpil menebak, pasti kedua penjaganya terlebih dulu menghakimi sebelum membawa sosok itu ke hadapannya.
"Biar aku tanya. Siapa yang datang sepagi ini?"
Lelaki itu mendongak lemah, namun usahanya untuk menyimpulkan seutas senyum masih berhasil meski tidaklah mudah. "Choi, Choi Sungyoon."
"Peneliti dan pengamat keuangan Black Swan." Wonpil tersenyum miring, bangga akan ingatannya yang begitu kritis di luar nalar. "Jadi, bagaimana kau bisa bebas? Bosmu itu, menghamburkan uang demi melepasmu dari balik jeruji?"
"Tiㅡtidak. Aku mendapat jaminan."
"Oh, kau beruntung." Kim Wonpil berbalik begitu saja, hendak pergi andai suara tercekat di belakang punggunggnya tidak lagi menahan.
"Kim, tunggu."
"Apa?"
"Aku ingin bicara."
"Bukan mudah kau datang kemari hanya untuk bicara." Wonpil mengalihkan pandang pada kedua penjaganya itu, dan seakan keduanya meminta persetujuan, Wonpil mengedikkan kepalanya, memersilakan. "Tunggu apa lagi? Lanjutkan."
Tentu tanpa menunggu perintah lagi, kedua lelaki itu kembali menarik tubuh lunglai Choi Sungyoon. Kali ini, ke lantai dua bangunan itu berada. Tempat yang rasanya lebih gelapㅡbahkan lebih mencekam dibandingkan dengan jeruji yang menampungnya di lima hari lalu. Tempat yang tidak pernah ditemuinya di tempat lain, paling tidak untuk Sungyoon.
Choi Sungyoon lantas bertanya dalam diamㅡdari segi panjangnya koridor ini, dari balik ruangan-ruangan kecil bersekat dinding dingin iniㅡkiranya sudah sampai berapa jiwa yang harus berakhir tewas mengenaskan di sini? Dan, apakah sebentar lagi dirinya juga akan menjadi satu bagian di antara mereka?