Chapter 17 : Coma

579 92 74
                                    

Maka garis putus-putus itu, benar adanya.

Ketiganya sampai di depan kamar apartemen Wonpil tanpa persetujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiganya sampai di depan kamar apartemen Wonpil tanpa persetujuan. Wonpil tahu ini salah satu tempat teraman dan paling netral yang ia miliki, yang pada akhirnya juga, ia harus membiarkan tempat persembunyiannya ini diketahui orang lain.

Bahkan adiknya sendiri.

"Itu kamar kosong, kau bisa beristirahat di sana." Wonpil mengedik pada salah satu pintu yang tersedia.

Sementara Somyiㅡsatu-satunya gadis di situ dan yang masih belum terbiasa dengan bagaimana Wonpil bersikap, hanya mengangguk ragu sebelum akhirnya mengeluyur masuk ke dalam kamar.

Padahal sebenarnya, Somyi hanya sadar akan situasi. Dan ia tidak ingin ikut campur lebih jauh lagi, jika tidak terpaksa.

Tersisa dua humani lagi setelahnya. Wonpil memilih untuk duduk pada salah satu sofa panjang yang tersedia, kalau boleh jujur, sakit di sekujur tubuhnya masih amat terasa. Sedang Seungmin, masih enggan membuka suara, pandangannya mengarah ke mana saja, asal tidak pada sang kakak yang juga enggan bersuara terlebih dahulu.

Di detik yang sama pula, Wonpil sadarㅡtahu betul, apa yang selama ini ia takuti benar terjadi. Hanya saja, ia tidak menyangka ini akan terjadi di saat keadaan dan situasinya ada dalam fase terburuk.

Harus bagaimana Wonpil menanggapi ini semua?

"Aku sudah tahu, semuanya," Seungmin berucap lirih, menekan kata terakhir, "kenapa ... kenapa kau menyembunyikannya? Kenapa kau menyembunyikan semuanya?"

Kim Wonpil terdiam, pandangannya lurus-lurus terdiam, merasa tidak pantas untuk menyela, apalagi membantah.

Karena mau bagaimanapun caranya sang adik mengetahui, semua yang diketahuinya adalah benar. Dan Wonpil, tidak punya hak untuk membantah itu.

"Ayah bahkan belum meninggal, dan kau mengubah fakta dengan mudahnya." Seungmin menghela napas panjang, jemari di samping tubuhnya tergenggam erat, sesaat, kedua matanya terasa memburam. Basah. "Aku hidup dalam kebohonganmu. Aku kira kau adalah manusia terbaik yang pernah aku miliki, ternyata bukan."

"Aku melakukan semuanya untukmu. Semuanyaㅡ"

"Semuanya?" Seungmin menoleh, menjatuhkan gulir air matanya sebelum melanjutkan. "Kau bahkan membunuh orang-orang, berarti untukku? Kau melukai banyak orang lewat beragam cara, juga berarti untukku?"

"Itu sebabnya aku menyembunyikan, aku tidak mau kau terlibat."

"Ternyata kau telah melakukan apa yang selama ini aku tentang. Selama ini aku hanya tahu kau bekerja untuk rumah sakit? Tetapi ternyata, lebih dari itu," Seungmin tertawa kecil, membiarkan air matanya terus-menerus menghunjam wajah, "ternyata ... kau justru berurusan dengan hal-hal semacam itu. Obat-obatan terlarang, bisnis gelap, sampai nyawa orang lain sekalipun kau libatkan."

The Dark UndergroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang