Segala yang dimiliki semesta adalah seimbang, dan seisinya harus merasa cukup pernah menempati dua keadaan.
Pemandangan itu, tidak ada ubahnya sejak dua setengah jam yang lalu.
Masih dengan pemeran yang sama, masih dengan sarat penerangan minim yang sama, masih dengan brandy snifter yang sama terisi dengan rasa yang sama pula. Seandainya ia ingat jika ini bukan tempat kekuasaannya, mungkin sedari tadi ia sudah diteriaki atau bahkan diusir dari tempat hanya karena ia enggan untuk bergerak. Namun tentu untuk yang satu ini, tidak ada yang berani mempermasalahkan.
Kim Wonpil bebas mereservasi satu bar penuh untuk semalam atau dua malam, bahkan beberapa pengunjung yang tidak dikenalnya sudah beranjak karena penjaga-penjaga Illogic menyeret mereka secara paksa atas perintah yang diturunkan mendadak oleh sang pemilik bangunan.
Membiarkan pria Kim itu duduk seorang diriㅡjika bartender di balik dapur tidak kau hitungㅡdi antara ruang luas bersarat cahaya minim, deretan bangku kosong menemani kekosongan diri dan tatapan tiada arti yang nyaris tidak berpindah tempat. Bahkan satu botol kaca Grenache sudah berhasil ia tandaskan hingga kini menuju pada botol kedua, tetapi ia tetap masih berada di dalam kesadarannya yang paling utuh.
Seharusnya bartender gila itu menyiapkan yang lebih dari ini, gerutu Wonpil dalam diam sesaat setelah ia menandaskan gelas pertama dari botol keduanya. Tapi, toh, ia sedang malas berdebat, biar saja sekian-sekian botol kaca tersebut teronggok kosong di atas meja bar saat ia pulang nanti.
Kim Wonpil sebenarnya bukanlah seorang pecandu alkohol, apalagi membiarkan sembarang alkohol bertemu dengan lidahnya. Ia hanya minum tidak lebih dari dua puluh persen selagi ingin, tetapi tidak ada batas tertentu selagi ia butuh. Jadi, jika satu botol kaca Grenache sudah kosong tak tersisa dan ia masih berada di atas kesadaran, itu bukanlah pertanda yang baik.
Peduli setan dengan kesehatan jantungnya. Wonpil hanya ingin melupakan kesadarannya sejenak, atau lebih spesifiknya melupakan tentang segala yang telah didapatinya selama dua Minggu belakangan. Termasuk, soal malam singkat dengan jalan berbeda sebagai penutup.
Ya, wanita itu mengambil jalan yang berbeda dengan Wonpil di saat sekali lagi sang wanita kembali menekankan kata bahwa ia sama sekali tidak mengenalnya.
Maka Wonpil mendengus tidak karuan, memandangi gelasnya nanar seperti ia memandangi langkah sang wanita yang jejaknya hilang tersapu lautan manusia.
"Dunia pun tahu bagaimana caranya untuk kembali mempertemukan."
Ah, kalimat itu. Wonpil tidak mengerti, terkadang ia ingin sekali mengutuk otaknya yang terlalu kritis dalam hal berpikir panjang. Menerka-nerka apa arti dari kalimat itu, karena baginya, semua kalimat yang teruntai di dunia ini harus memiliki alasan. Tidak ada omong kosong.
Apakah itu akan berakhir baik atau buruk, ia tidak pernah menahu. Dan pada waktu-waktu belakangan, ia hanya berharap bahwa opsi pertama akan menjadi akhir dari ceritanya dengan sang wanita yang ditemuinya tempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Underground
FanfictionOrang-orang mengatakan, dunia memiliki banyak sisi. Maka inilah sisi gelap dunia yang belum banyak diketahui. Tentang kekuasaan, tentang hak, tentang kekejian, tentang tarik ulur pengkhianatan yang tidak pernah lepas dari jengkal hidup dan pararel. ...