Chapter 6 : ILLOGIC

1K 137 86
                                    

Ini adalah dua sisi, yang masing-masing tidak diketahui lawan di ujung jarak.
Dan juga ini adalah dua sisi, yang masing-masing tidak pernah bisa bertemu dengan elegi delusi paling baik sekalipun.

Dan juga ini adalah dua sisi, yang masing-masing tidak pernah bisa bertemu dengan elegi delusi paling baik sekalipun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo, sana, keluar."

Kim Wonpil mengibaskan tangan, kembali menilik seorang perempuan di balik mejanya. Itu salah satu perempuan yang bekerja di kantornya, yang telah terbiasa berdiri di ruang utama informasiㅡnamun sekarang, ia sedang berdiri takut-takut, menunduk di hadapan meja bosnya sendiri setelah melaporkan suatu keributan yang terjadi di lantai satu.

Seharusnya ia sadar akan nyalinya, yang, demi Tuhan, ia sendiri tidak yakin sudah segila apa dirinya sampai berani menerobos ruangan itu hanya demi menjelaskan akar masalah dengan baik-baik.

"Mau keluar, atau aku keluarkan saja?"

Perempuan itu bergidik ngeri, ia memang mempunyai tekanan selama bekerja di sini, tetapi di sisi lain ia juga sadar bahwa bekerja di dalam sini adalah sebuah keuntungan yang tidak bisa ia dapatkan di tempat lain.

Apalagi, perempuan itu ingat betul bahwa dirinya masih membutuhkan lembaran-lembaran nominal untuk melanjutkan hidup.

"Maaf, Tuanㅡ"

"Aku tidak butuh maafmu. Aku hanya ingin kau keluar." Kim Wonpil masih memandang layar komputer yang menyala, sesekali kembali melanjutkan kegiatan menggigit dan mengunyah sebuah apel di tangannya. "Sialan. Kau telah membuat rasa apel ini berubah."

"Tapi, Tuan, lelaki itu benar-benar memaksa untuk menemui Anda."

"Sudah kubilang, aku tidak peduli."

"Dia tidak mau pergi sebelum bertemu dengan Anda."

Kim Wonpil menghela napas kasar, tidak mengerti kenapa perempuan satu ini masih bertahan di sana meski ia tahu ia bisa saja mati di detik itu juga.
"Jika aku mempunyai pengganti, kupastikan aku sudah memecatmu sedari tadi, Jung." Wonpil menggeser atensinya, kini menatap lurus wajah tertunduk di hadapan meja. "Suruh dia pergi."

"Taㅡtapiㅡ"

"Kosongkan bar. Atur pertemuanku dengannya di sana, besok. Nah, kau butuh apa lagi? Masih harus kuberhentikan kau sekarang juga?"

"Maaf, Tuan. Permisi."

Perempuan bertubuh kecil itu segera meninggalkan ruangan sebelum Kim Wonpil menghabisinya lebih lanjut. Bersamaan dengan embusan napas yang lagi-lagi terdengar dari satu-satunya humani di sana.

Tatap kembali jatuh di atas layar terang di hadapan, Wonpil masih tenang mengunyah apel merah itu. Namun lambat laun halaman virtual yang tengah digulirnya terasa lebih menarik dibandingkan dengan buah di tangannya, lantas apel itu tergeletak begitu saja di atas meja, sedang Wonpil dengan kritisnya meneliti sebuah profil dan data diri yang muncul di layar komputer.

The Dark UndergroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang