Chapter 13 : Around Her

619 102 53
                                    

Tidak ada yang salah di sini,
Karena hati tetaplah hati.
Yang menjadi kata lain untuk pulang.

Sejauh apa pun jarak melintang,
seburam apa pun imaji terlihat,
Pulang tetaplah pulang.
Yang menjadi kata bahwa hati telah bertemu.

Suara dentingan pendek kembali terdengar, menjadi penanda keenam belas pesan masuk dari nomor asing tersebut, yang terus mencoba memenuhi notifikasi layar ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dentingan pendek kembali terdengar, menjadi penanda keenam belas pesan masuk dari nomor asing tersebut, yang terus mencoba memenuhi notifikasi layar ponsel. Sedang si wanitaㅡsang pemilik ponsel berisik itu justru tampak acuh tak acuh, buku di tangannya terlalu menarik untuk dijadikan pusat atensi.

Sedikit-sedikit ia juga berharap, bahwa nomor pengganggu itu bukanlah milik seseorang yang sedang dihindarinya, akhir-akhir ini.

Beberapa menit sekian berlalu, si wanita yang terlampau tidak peduli akhirnya menyerah pada nomor yang tidak kunjung berhenti menghunjam ponselnya dengan banyak-banyak pesanㅡterlebih, ketika nomor kelewat asing itu pada akhirnya mencoba untuk memanggil, dan bodohnya, si nomor lebih dulu memutuskan sambungan bahkan sebelum si wanita sempat mengangkat.

+82822xxxxxxxx
Kau bisa menyimpan nomor ini, jika kau mau.

Sang wanita mengerutkan dahinya, bukankah ini sekadar nomor jail belaka? Tetapi mengapa seserius itu untuk berusaha mencari perhatiannya?

Dibukanya pesan lain secara acak, dan matanya sedikit melebar kala membaca serta menggeser satu pesan ke pesan yang lain.

+82822xxxxxxxx
Aku tahu kau adalah wanita yang keras kepala. Itu sebabnya aku datang.

+82822xxxxxxxx
Percaya, tidak? Aku melihatmu.

+82822xxxxxxxx
Sendirian.

Dengan ragu, ia menoleh ke sembarang arahㅡke mana pun, asal ia bisa menemukan si pengirim pesan berisik ini.

Namun tidak banyak yang didapatinya dari bar sederhana langganannya ini, hanya tampak beberapa pelayan yang sedang berbincang dengan bartender di samping dapur racik, dan dua orang pengunjung di meja lain yang sudah terlihat kehilangan kesadaran. Diamnya berbisik, tidak satu di antara mereka, mereka terlihat biasa saja.

+82822xxxxxxxx
Mencariku, ya? Tenang, aku sedikit jauh darimu, jangan takut begitu.

Kedua netra sang wanita mengedar jauh menitik sekat kaca pembatas antara ruang utama dan koridor masuk, namun tetap tidak ia dapatkan apa-apa. Begitu pun ketika ia memandang rentetan anak tangga menuju lantai dua, gelap, sepi, terlihat kosong, seperti biasa.

Wanita dengan setelan kasual itu sekali lagi mencoba untuk tidak peduli, tetapi, satu pesan terakhir yang masuk agaknya membuat ia muak hingga memutuskan untuk menyeret tasnya pergi, meninggalkan bar sepi yang telah dipijaknya kurang lebih dua jam terakhir.

The Dark UndergroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang