Chapter 16 : Blood & Truth

511 89 39
                                    

Kebenaran datang,
Dengan jejak sebagai sejarah.
Dengan bukti sebagai memori.

Tidak sesuai dugaan yang mengira bahwa jam studinya akan berakhir paling cepat setelah samar matahari tenggelam di ufuk, nyatanya, langkah teratur itu kini berjalan ringan menyusuri selasar tempatnya biasa pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak sesuai dugaan yang mengira bahwa jam studinya akan berakhir paling cepat setelah samar matahari tenggelam di ufuk, nyatanya, langkah teratur itu kini berjalan ringan menyusuri selasar tempatnya biasa pulang.

Kesepuluh jemarinya saling bertautan, berusaha menghangatkan diri sendiri dari serangan dingin yang sudah merangkak naik sedari pagi tiba. Untungnya, salju sedang enggan menjatuhi bumi seperti kemarin.

Kim Seungmin sudah siap dengan senyumnya, pun sudah memiliki nyali untuk memberi kabar kelewat baik soal studinya pada sang kakak. Ia sudah cukup meyakinkan diri sendiri bahwa ia berhasil, dan tidak akan sedikit pun mengecewakan orang yang paling disayanginya.

Belum sempat Seungmin menghentikan langkah, netra lebih dulu menangkap kilauan bening berserakan di depan pintu utama rumahnya yang terbuka lebar. Ia tahu, itu semua adalah pecahanㅡdan ... darah. Mata Seungmin kontan melebar saat mendapati beberapa pecahan tajam di sana bercampur dengan pekatnya warna merah.

Kim Wonpil.

Tanpa berpikir panjang, Seungmin berlari menerobos masuk rumahnya yang sudah tidak lagi tampak seperti sedia kala. Hancur. Beberapa bagian perabot rusak, noda darah terlihat di mana-mana.

Kacau. Berantakan.

Otaknya tidak mampu berpikir lebih banyak tentang kemungkinan, kedua kakinya membawa raga berjalan ke lain ruang dengan lemas, tiada harapan pun bayangan. Ia tetap mengikuti ke mana langkahnya pergi, rasanya seperti ada yang memanggil dalam diam.

Dan benar saja, sampai pijak Seungmin berhenti di ambang sekat dapur, kedua netranya langsung mendapati pun mengenali sosok seorang gadis yang sedang terduduk di tengah ruang.

Ragu-ragu, Seungmin mendekati.

"Somyi?"

Gadis yang dimaksud tersentak, refleks ia berbalik menghadap Seungmin sebelum ia sempat menyembunyikan wajahnya yang sudah terlanjur kacau.

Tanpa diberitahu, Seungmin paham Somyi sudah sedari tadi menghentikan tangisnya.

"Seungminㅡ"

"Aㅡada apa? Apa yang terjadi? Wonpil, mana?"

Somyi bungkam sesaat, tangan kanannya yang sedikit bergetar meraih jemari tangan pemuda di hadapan, mencoba menyalurkan ketenangan walau dirinya sendiri tampak tidak terlihat demikian.

"Somyi."

"Sekumpulan orang membawa kakakmu pergi dengan paksa, Seungmin. Beberapa jam yang lalu."

"Apa?" Seungmin merasa tidak lagi punya tenaga sekadar untuk menopang dirinya sendiri, sisi lain dirinya masih enggan untuk percaya. "Tidak. Kau pasti bercanda."

The Dark UndergroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang