Orang-orang mengatakan, dunia memiliki banyak sisi.
Maka inilah sisi gelap dunia yang belum banyak diketahui. Tentang kekuasaan, tentang hak, tentang kekejian, tentang tarik ulur pengkhianatan yang tidak pernah lepas dari jengkal hidup dan pararel.
...
Sedikitnya, bunga-bunga buruk itu datang untuk menenggelamkan tiap entitas sebagai peringatan.
Atau mungkin, lebih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sudah aku katakan, berhentilah menelan obat itu."
"Kau tidak tahu apa-apa."
"Yang kau minum itu adalah obat tidur, dan kau selalu menelannya lebih dari dosis yang dianjurkan, padahal, dosis berlebihan dapat membuat candu. Bagian mana yang aku tidak tahu?"
"Masalahku. Kau tidak akan pernah tahu seperti apa masalahku. Jadi, bukankah lebih baik kau diam?"
"Aku ini peduli, karena aku masih ingin melihatmu hidup, Direktur Kim."
"Lalu? Pikirmu aku bisa melupakan masalahku begitu saja hanya dengan berceloteh padamu? Jangan bercanda."
"Aku tidak bercanda. Aku bisa membuatmu berhenti menelan obat-obat itu, jika kau mau."
"Kau yakin?"
"Jika, kau, mau."
Sempat terbesit puluhan lembar malam yang menyimpan cerita sama, tentang kesendirian dan kehancuran yang akan terasa di satu waktu setelah susah payah ada hati yang mencoba melupakan.
Di waktu lain pukul dua dini hari, pria di balik kursi merasakan insomnia kembali menyerang setelah kilas balik tiada ujung mulai bermain, layaknya yang terjadi pada tiga hari belakangan. Layar biru komputer pribadinya masih tampak menampilkan panjang data-data kewarganegaraan, padahal jika benda tersebut adalah manusia, mungkin ia sudah berteriak pada sang pemilik kalau ia ingin memejamkan mata dan beristirahat sekarang juga. Namun justru, data-data di atas layar itulah alasan terbesar yang membuat sang pemilik seperti tidak mengenal lagi barang kata tidur.
Kim Jibeom.
Di negara berpenduduk lima puluh satu juta, bukan mudah untuk mencari seseorang. Banyak, marga serupa, nama persis, dan sialnya, tidak ada yang tahu pasti tepatnya seperti apa wajah seorang Kim Jibeom yang ditargetkan dalam incaran ini.
Mungkin terdengar tidak begitu menarik, tetapi nyatanya hal itu lebih dari cukup untuk membuat Wonpil nyaris gila hampir di setiap awal dan penghujung hari. Bahkan keadaan itu, memaksanya untuk kembali menelan dua obat tidur seperti kemarin. Itu pun tidak lantas membuat rasa kantuk menyambangi dalam hitungan detik, Wonpil masih harus memikirkan tentang ini dan itu yang malah membuat ia terserang tremor mendadak, ia selalu berakhir menghela napas panjang nan gelisah di setiap menitnya.
Kim Wonpil mengerling, lagi-lagi, pada tangan yang menggenggam tiga butir obat tidur, ia telah berpikir panjang lebar untuk kembali menelan dan membiarkan racun tersebut hancur di dalam tubuh, menyusul dua lainnya yang mungkin tengah berusaha mati-matian melumpuhkan si pengonsumsi.