Orang-orang mengatakan, dunia memiliki banyak sisi.
Maka inilah sisi gelap dunia yang belum banyak diketahui. Tentang kekuasaan, tentang hak, tentang kekejian, tentang tarik ulur pengkhianatan yang tidak pernah lepas dari jengkal hidup dan pararel.
...
Dunia tahu dirinya tidak pernah bisaberhenti berjalan, Dan dunia juga tahu, siklus akan selalu terulang karena dirinya kembali menjejak jalan yang sama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di bawah cahaya ruang yang tidak sepadan, di antara pasang bangku panjang yang kosong, di sana sosok hancur itu tidak pernah berhenti berlutut. Menunduk. Menahan jatuhnya air mata tiap kali memori berputar sebagai kilas balik.
Sendirian.
Hanya di hadapan pembaringan lambang kesucian dan kepergian tersebut, ia bisa menjerit sejadi-jadinya. Menangis tanpa ada yang mengusik, menyalahkan takdir serta orang lain di hadapan Tuhannya sendiri.
Hanya di sana, Yoon Dowoon merasa jatuh, kehilangan arah tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Tuhan tidak menyetujui rencanaku, Ren."
Yoon Dowoon menghela napas, singkat, menahan kembali jatuhnya air mata, frustrasi dengan dirinya sendiri setiap ia melibati pikiran dengan potongan detik, yang mengharuskan kedua netra menyimpan memori bagaimana ketika embusan napas wanita yang dicintainya konstan menghilang ditelan waktu. Memudar, layaknya cita-cita yang sudah digambarkan oleh Dowoon sendiri.
Hancur. Bukan hanya dirinya yang hancur. Semuanyaㅡsemua rencana baiknyaㅡluluh lantak tanpa pernah bisa dibangun kembali. Semua tidak lagi sama.
"Padahal, keberangkatan kita hanya tinggal menghitung hari. Aku tahu, kita bisa hidup bahagia di sana, Ren. Aku tahu kau akan bahagia di sana, bersamaku. Tetapi ... kenapaㅡkenapa seperti ini?"
Namun gagal. Dowoon selalu gagal atau bahkan kalah dari gulir bening yang lagi-lagi tidak malu-malu untuk mengaliri lekuk wajah, seperti beberapa menit lalu. Dowoon tidak bisa berbohong atas ini.
Mungkin jika ada yang harus diakui, Dowoon sudah harus mengakui bahwa kelemahannya kini adalah tangis yang terus terdengar memilukan rungunya sendiri. Semakin ia mendengar isaknya yang tak sampai tertahan, semakin pula rasa sakit dalam relung hatinya tidak bisa terbendung.
Semakin jua ia ingin menyalahkan takdir atas kepergian Renata. Kebahagiaan yang pernahㅡatau bahkan tidakㅡmembuatnya utuh.
"Baru saja aku kembali bertemu denganmu. Baru saja aku kembali memelukmu. Baru saja aku memanggil namamu. Akuㅡ" Lagi. Tangisnya lagi-lagi pecah membumbung tinggi memenuhi setiap sudut gereja. Air matanya enggan berhenti meluruh, terus-menerus mengelukan sakit yang tidak pernah ia duga.
Seolah doa tidak lagi mampu terucap, maka jemarinya mendekap pigura yang kini tampak menyedihkan itu di atas peristirahatan wanitanya, namun, wajah penuh kesedihan dan kesakitan miliknya tetap menunduk dalam, membiarkan suara tangisnya terus terdengar hingga waktu yang belum bisa ditentukan.
Yoon Dowoon tidak pernah tahu, ada sirat kehilangan di balik kesempurnaan segala pola rencana. Dan ia sendiri, salah satu yang terjebak di dalam rencana itu.