Chapter 15 : Threat Points

512 86 52
                                    

Kala waktunya tiba,
Ancaman bukan lagi selintas kata.

Yang harus dipertanyakan,
Setelahnya, masih sanggupkah manusia kembali merangkai kata?

Yang harus dipertanyakan,Setelahnya, masih sanggupkah manusia kembali merangkai kata?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada malam-malam berikutnya, Wonpil mungkin tidak perlu khawatir soal apa pun. Dan jika ada, mungkin itu justru adalah hidupnya sendiri.

Karena, Wonpil bahkan tidak pernah mendapat aba-aba soal bagaimana perebutan satu nama perusahaan kecil itu akan dimulai. Tahu-tahu, ia sudah menemukan dirinya dengan wajah yang memanas, satu tangannya terkepal kuat, sementara tangan lainnya masih berusaha tenang mempertahankan benda persegi tersebut di dekat telinganya.

Si pembawa kabar buruk.

"Kenapa kau tidak bilang?!"

Kim Wonpil masih membiarkan pengkhianat di ujung telepon ituㅡShin Hyunㅡmembeberkan alasan. Alasan yang membuat Wonpil sama sekali tidak punya persiapan atas penyerangan ini, atau alasan yang membuat mantan koleganya itu bergerak secara tiba-tiba.

Semua direksi tidak ada yang tahu jika Yoon Dowoon sudah bergerak, katanya. Pria itu memulainya tanpa rencana, sendirian. Saat semuanya sudah terlihat berantakan, barulah ia memanggil jajaran anak buahnya untuk membantu mengacaukan.

Alasan yang sederhana, namun mampu membawa Wonpil pada puncak amarahnya.

"Laporkan kuncinya padaku, kirimkan pembahasan pada alamat yang telah aku berikan." Wonpil berucap dingin, terlampau tidak bisa mengatur napasnya.

Tetapi, suara Shin Hyun tidak lagi terdengar menyahut. Sesaat setelahnya, kedua netra Wonpil bergerak tak karuan, rahangnya mengeras, tanpa sadar ia pun sudah menahan vokalnya agar tidak bersumpah macam-macam.

"Selamat malam, Direktur Kim. Ingin berbicara dengan Shin Hyun? Maaf," suara berat tersebut menjeda, "tapi sepertinya dia sudah mati."

Kim Wonpil belum sempat menjawab, otaknya sudah lebih dulu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tak pasti.

Termasuk, tentang apa yang akan dilakukan atau dikatakan oleh Yoon Dowoonㅡpria yang telah mengambil alih panggilan pengintaian menjadi panggilan penuh ancaman.

"Kau pikir, untuk apa aku mengadakan pertempuran tanpa membawa namanya?
Tentu karena aku tahu dia pengkhianat, sama seperti tuannya yang mungkin sudah mati di tanganmu?"

Yoon Dowoon tertawa sebentar, detik-detik berikutnya tidak kunjung ia dapatkan balasan, maka ia kembali melanjutkan.

"Jika mau, kau bisa mengambil mayatnya sekarang juga. Kantorku terbuka lebar untukmu, Kim."

"Padahal kau sudah merencanakannya. Agar aku masuk ke dalam perangkapmu itu?"

"Aku sedang tidak berbicara soal dirimu, sebenarnya. Tetapi, kalau kau bersedia, kita bisa mulai membahasnya? Tentang tiga poin yang pernah aku presentasikan padamu, masih ingat?"

The Dark UndergroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang