Chapter 24 : The Things Left Unsaid

482 55 38
                                    

Waktu memang dapat menenggelamkan puing-puing perasaan,
Namun barisan kata tetap ada di sana, tetap pada tempatnya.

Utuh tanpa pernah menjadi tampak.

Dari segi ingatan, Wonpil tidaklah lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari segi ingatan, Wonpil tidaklah lemah. Ia masih ingat dengan baik segala tata letak jalan, koridor, pintu-pintu kaca serta dinding bisu lainnya yang sedikit sekali berubah sejak terakhir kali ia menginjakkan kakinya di rumah sakit ini. Kecuali satu, sebuah gedung berlantai lima lain yang fasadnya masih tampak segar di sisi barat gedung utama, dahulu tidak ada, mungkin itu adalah aset tambahan yang diperluas.

Bahkan, deretan bangku tunggu yang sudah bergeser sedikit dari tempat awalnya masih memaksa ia untuk mengingat bagaimana kehancuran atas kepercayaan itu bermula. Dan ia tidak pernah tahu, bahwa saksi-saksi diam itu akan ada di sana selama yang mereka mau, seabadi memori yang terkunci rapat dalam ingatan.

Namun ingatan tidak selamanya berakhir permanen dalam jangka panjang, terbukti sewaktu Wonpil menginjakkan kaki di ruang tujuan utama, kerutan pada dahi dan gerak tangan yang berhenti di atas tumpukan kertas berbau obat menyambut kedatangannya. Bersama hening yang menjeda, membuat Wonpil berpikir kiranya apa yang sedang dipikirkan oleh dokter di hadapannya ini sehingga caranya menatap jadi sedemikian asing.

"Kau siapa?"

Kim Wonpil tertawa singkat, retinanya menilik tanda pengenal yang tersemat di atas saku jas putih kedokteran tersebut, sebelum akhirnya kembali pada atensi bingung sang dokter yang tampak cepat-cepat ingin mengusirnya dari ruangan ini.

"Kim Wonpil, kalau kau lupa."

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Aku kemari bukan untuk membuatmu sulit, Dokter Kang." Wonpil menghela napas panjang, sebilah tangannya lantas bersembunyi di dalam saku jasㅡsalah satu sifat yang menunjukkan jika ia sendiri sedang berusaha bersabarㅡsementara tangan lainnya masih mengerat pada sebuah kertas dokumen. "Begini saja, aku hanya ingin bertemu dengan ayahmu. Dengan begitu kau tidak perlu repot-repot untuk mengingat."

Bagi seorang dokter seniorㅡsekaligus pewaris tunggal rumah sakit iniㅡKang Younghyun mengakui bahwa ia memiliki ingatan yang sedikit buruk ditambah banyaknya orang-orang asing yang ia temui. Namun kali ini Younghyun benar-benar berusaha mengingat, kiranya, siapa pria bertubuh tegap bernama Kim Wonpil dengan kacamata yang membingkai sepasang mata tajam dan gelap itu.

Oh, gelap.

Rasanya Younghyun tidak pernah mengenal atau melihat sepasang iris gelap seperti itu, tiada harapan. Hanya dua bola mata sekelam langit malam yang mengintimidasi. Dan hanya pria Kim ini yang memiliki lukis tersebut.

Tetapi sekarang Younghyun yakin, pria ini pasti mengenal sang ayah dengan sangat baik, terlihat dari caranya berbicara dan menerobos masuk ke dalam ruang kerja utama ini tanpa janji sebelumnya.

The Dark UndergroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang