"Kau pikir kau bisa kabur dariku, Baby?"
Tubuh Lara seketika menegang. Suara lelaki yang begitu terdengar tidak asing baginya, tapi siapa? Rasanya sangat sulit hanya untuk sekedar mengingat suara milik siapakah itu. Ah, jangan lewatkan suaranya yang terkesan sangat sexy, apalagi suaranya yang dalam dan sedikit serak-serak basah--membuatnya terbuai.
Sial! Pikiran macam apa itu. Umpatnya dalam hati sedikit kesal karena ia bisa-bisanya terbuai hanya dengan suara.
Kemudian ia menoleh dengan cepat ke arah sumber suara, ingin segera menepis semua rasa penasarannya. Ketika telah menemukan titik tujuannya, dengan amat sangat Lara tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya pada apa yang ia lihat sekarang. Sungguh rasanya ia tidak percaya dan tidak pernah mengira bahwa dia lah orangnya.
"KAU?!" teriaknya sambil menunjuk orang itu. Yang ditunjuk hanya menampilkan wajah datar dengan tatapan tajam yang siap menghunus siapa saja.
"Hm."
"Jadi kau rupanya! Sudah lancang menyentuhku dan sekarang kau menculikku?! Apa keinginanmu, sialan?!" Lara sudah tidak bisa menahan emosinya, si lelaki yang berada di hadapannya ini membuat Lara begitu marah.
"Well, sudah kukatakan aku ingin kau." ucap orang itu seraya berjalan dengan tenang mendekati Lara, tak lupa aura yang ia pancarkan begitu mendominasi.
"Apa yang kau inginkan dariku?!" sadar bahwa lelaki itu akan mendekat, Lara berdiri dan segera mundur beberapa langkah.
"Tubuhmu." setelah mendengar jawaban yang dilontarkan, Lara langsung menegang, ia kalut.
"Tidak! Jangan mendekat!" ujarnya seraya menjulurkan tangannya ke depan seolah-olah melarang.
Lara mundur untuk menjauh tetapi lelaki itu malah semakin maju untuk mendekat. Tubuh Lara sudah terpojok pada tembok dan itu membuat Lara tidak bisa melangkah lagi untuk mencari celah. Kini lelaki itu sudah berada tepat di hadapannya, tubuhnya semakin mendekat beberapa senti pada Lara. Lelaki itu mengurung Lara dengan kedua tangannya yang bertumpu pada tembok tepat di samping kanan-kiri kepala Lara. Lara tidak bisa berkutik saat posisinya seperti itu. Bisa-bisa jika ia bergerak sedikit saja itu akan menimbulkan suatu hal yang tidak diinginkan. Napas pendek mereka beradu pada jarak sedekat ini.
Aroma maskulin tercium oleh Lara. Ini sangat memabukkan. Aromanya sangat menggoda sehingga ingin rasanya ia mencicipi setiap jengkal tubuh lelaki itu dan menghirup dalam aroma darinya dengan puas dan buas. Damn! Lagi-lagi ia memikirkan hal yang tidak pantas. Sadarlah!
"Ma-mau apa k-kau?" Lara tergagap.
"Merasakanmu." Lara merasakan hembusan napas lelaki itu ketika berkata.
"A-apa ma-maksudmu?"
Tanpa menjawab pertanyaan Lara, lelaki itu segera mendekatkan wajahnya pada Lara. Wajahnya sangat tampan dilihat sedekat ini. Seketika Lara memejamkan mata takut-takut melihatnya. Hidung mereka menyatu. Lara yang memang sangat terkejut hanya bisa menahan napasnya. Degup jantungnya berdebar begitu kencang. Ini salah, alarm tanda bahaya pada dirinya kini memperingatinya untuk menjauh, tapi ia seakan tak mampu untuk sekedar mendorongnya. Apa dia akan menciumnya? Pikirnya. Tetapi ia belum--ah tidak--merasakan apapun. Lalu ia membuka matanya perlahan, ia baru menyadari bahwa lelaki itu sudah menjauhkan wajah darinya. Blush, pipinya memerah menahan malu, ia merasa terbodohi.
"Ingin kucium, eh?" goda lelaki berwajah datar sambil menyeringai.
"Ti-tidak! Menjauhlah!" teriak Lara sambil mendorong tubuh lelaki itu yang membuatnya mundur beberapa langkah.
Kemudian sang lelaki membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu kamar. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Lara masih memusatkan perhatiannya pada lelaki itu dengan perasaan; campur-aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundo P (On Going)
General FictionSatu hari kelam mengubah segalanya. Rentetan peristiwa menuntun terungkapnya rahasia dan jati diri. ⚫⚫⚫ [Sneak Peek] "Who the hell are you?" "Kau harus mengenalku terlebih dahulu." "Cih, apa yang kau inginkan?" "Aku ingin kau." ... "Tubuhmu." ... "M...