HP-6

548 41 8
                                    

Vote dan komennya ya, aku pantau lho haha

Sorry typo

Hepi membaca!

⚫⚫⚫

Sekian lama berdiam diri di dalam kamar dengan tingkat kejenuhan yang tinggi, akhirnya Lara tidak tahan juga dan memutuskan untuk keluar kamar, hanya sekedar untuk menghilangkan rasa bosan pada dirinya dengan cara berkeliling melihat mansion asing itu. Toh, tidak ada larangan baginya, kan?

"Wow!" kata pertama yang ia ucapkan setelah dirinya beberapa langkah keluar dari pintu kamar.

"Ini sangat mewah ... arsitekturnya benar-benar bisa memanjakan mata hanya sekali lihat," gumamnya penuh kekaguman melihat mansion itu.

Ia lantas melangkah mendekati tangga, perlahan ia menuruni tangga itu dengan hati-hati, sesekali ia menatap sekeliling ruangan yang sangat luas itu.

Setelah mencapai anak tangga ia sedikit keheranan, matanya menjelajahi seluruh ruangan yang ada, suasana di mansion ini begitu sepi. Seharusnya di tempat yang megah ini banyak penghuninya, ya setidaknya keluarga dari si Tuan penculik dirinya. Tidak ada juga pelayan atau bodyguard yang muncul. Sangat disayangkan, tempat yang begitu luas ini sangat sepi dan sedikit penghuni.

"Apa Tuan sialan itu tidak takut tinggal di sini dengan keadaan hm ... seperti pemakaman," gumamnya sambil bergidik.

Ia terus melangkahkan kakinya menuju halaman belakang. Di sana terdapat kolam renang luas, terlihat juga air mancur serta di dekatnya ada sebuah air terjun buatan yang mengalir ke bawah melalui dinding kaca. Lara sangat tergoda untuk menceburkan dirinya ke kolam renang itu, tapi ia urungkan karena rasanya tidak benar bersenang-senang di rumah orang tanpa izin.

Kemudian ia melihat ada sebuah taman tak jauh dari sana, ia pun tergerak ingin menikmati suasana indahnya taman itu. Banyak tumbuhan yang tertata rapi sedemikian rupa. Ia menelusuri setiap tanaman yang ada.

Setelah dirasanya cukup menikmati aroma tanaman yang menguar, ia melihat ada sebuah ayunan, segera ia mendekat dan duduk di ayunan itu. Ia memejamkan mata sejenak untuk menjernihkan pikirannya, hembusan napas lelah terdengar olehnya sendiri.

Lama berkutat dengan ketenangan, ia bergegas untuk kembali ke dalam. Kemudian ia berbalik berniat meninggalkan tempat nyaman itu.

Ia berjalan dengan langkah gontai dan kepala yang ia tundukkan dalam.

"Aw ..." ringisnya setengah berteriak setelah ia merasa dirinya menabrak sesuatu dengan keras. Lalu ia melihat apa yang ia tabrak.

"Kau?!" tunjuknya pada sosok yang di hadapannya.

"Gara-gara kau menghalangi jalanku! Aku jadi menabrakmu! Dan ini rasanya sakit," keluh Lara seraya mengusap dahinya yang berdenyut nyeri.

"Kenapa kau diam saja?! Tidak ingin meminta maaf padaku, hah?!" ucapnya dengan sinis.

"Salahmu."

"Justru itu salahmu menghadang jalanku!" timpalnya keukeuh.

Orang itu hanya diam sambil menatapnya tajam.

"Ah sudahlah, mau apa kau kemari Tuan penculik?!" ya he is back, si Tuan itu menaikan sebelah alisnya.

"Ini tempatku. And don't call me like that."

Lara berdecak, "Lantas harus aku panggil kau apa? Dan perlu kau ingat, aku tidak tahu kau siapa sebenarnya, Tuan," ucapnya jengkel.

"Kau harus menge--"

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang