HP-30

234 8 0
                                    

Malam minggu kali ini cuaca sangat mendukung. Ya, di luar hujan deras huhu. Tapi tenang aku up cerita menemani rebahan kalian hehe

Vote, komen, dan follow!

Sorry typo

Selamat membaca!

⚫⚫⚫

Dalam keheningan malam, Lara tidak bisa mendiamkan dirinya di kamar, kini ia berada di ruang tengah mansion megah itu. Ia sedang menunggu sosok pria dengan kadar ketampanan tingkat dewa yang selalu membuatnya gemetar. Ia melirik jam digital yang berada di sana, sudah menunjukkan hampir tengah malam tapi Aaron tak kunjung datang. Rasanya ia seperti seorang istri yang sedang menunggu suaminya pulang, setelahnya mereka melakukan hal nikmat, membayangkannya saja membuat Lara panas dingin.

Tentu Lara khawatir dan takut jika sesuatu yang buruk menimpa Aaron, tapi ia berusaha berpikir positif. Sungguh, ia belum pernah merasakan perasaan yang membuatnya tidak karuan seperti sekarang ini.

Okay, waktu terus berjalan tanpa adanya tanda-tanda kehadiran Aaron. Lara sudah mengantuk, tapi ia tetap menunggu Aaron dan memastikan bahwa pria yang ia damba baik-baik saja, tentu juga untuk sedikit melepas rindunya.

"Ara."

Deg deg deg!

Debarannya tidak pernah membohongi Lara bahwa ia sangat mendamba sosok itu.

Kini pria yang Lara tunggu datang dan memanggilnya berbeda. Lara merasa bahagia dengan kehadiran Aaron dan mendengar panggilan baru untuknya.

Lara berbalik dan menatap penuh pada Aaron. Sebelumnya ia akan memandang Aaron dengan sinis, sebaliknya sekarang Lara menatap Aaron dengan binar bahagia di matanya.

"Aaron?"

"Hm."

Aaron sudah berdiri di hadapan Lara. Sang empu hanya diam seraya menahan napasnya gugup dengan kedekatan itu. Ia bersusah payah hanya untuk meneguk salivanya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Lara seraya mendongak melihat langsung pada mata Aaron yang membuatnya tenggelam dalam keindahan.

"Ya," jawab Aaron tanpa sadar sudah mengangkat tangan kanannya yang kini sudah mengusap pipi mulus Lara.

Mata Lara mengerjap cepat setelah mendapat perlakuan manis itu. Ia sangat meleleh dibuatnya.

Lalu Lara menyentuh dengan lembut tangan Aaron yang masih bertengger manis di pipinya. Tiba-tiba Lara melotot dengan apa yang sudah ia lihat.

"I-ini kenapa? Kamu terluka! Apa yang sudah terjadi?" Lara panik setelah melihat tangan Aaron yang lukanya memerah basah. Lara tahu luka yang didapati Aaron masih baru.

"It's okay," ujar Aaron menenangkan seraya menangkup wajah Lara.

"Tidak! Ini harus segera diobati, ayo cepat!" Lara sudah menuntun Aaron untuk duduk di sofa. Aaron hanya diam.

Lara sudah bergegas mengambil keperluannya. Ia dengan cekatan mengobati Aaron. Rasanya Lara sedih melihat Aaron terluka meskipun tidak seberapa.

"Apa yang sudah terjadi?"

"Tidak ada."

"Aaron," ucap Lara memelas.

"Hanya latihan."

"Ya?"

"Ya."

"Bisakah kamu berjanji padaku?"

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang