HP-21

279 13 0
                                    

Hallo welcome back!

Jangan lupa follow, vote, dan komen ya!

Sorry typo

Happy reading semua!

⚫⚫⚫

"Eungh ..."

Dengan posisi masih terbaring, Lara perlahan membuka matanya, ia menatap sekeliling dengan rasa bingung sekaligus takut. Tubuhnya serasa kaku tuk bergerak, ia sadar bahwa tangan dan kakinya terborgol kuat.

"Apalagi ini? Dimana aku?" gumamnya lirih seraya menggerakkan tubuhnya.

"Sshh ..." Lara meringis kesakitan.

"Siapapun tolong aku!"

"Sialan!"

"Keluarkan aku dari sini!"

"Argh ... tolong!"

Ia terus saja berteriak tanpa memedulikan pita suaranya.

Tak terasa air mata mengalir di pipi mulusnya. Ia merasa begitu tak berdaya.

"Apa ini akhir dari hidupku?" ucapnya lebih kepada diri sendiri.

"Jika benar, tak apa, karena aku akan segera bertemu dengan orangtuaku," lirihnya diselingi dengan senyum miris.

Klik

Pintu terbuka lebar menampilkan dua sosok pria bertopeng yang hanya menutupi bagian matanya. Terlihat gagah dalam balutan kemeja hitam yang digulung sampai sikut.

Lara membulatkan matanya.

Tidak mungkin! Mereka orang-orang gila bertopeng itu! Dan cih, tidak lebih gagah dari Aaron. Sialan! Batin Lara mendengus.

"Welcome, sweetie pie," ucap salah satu pria yang tingginya tidak melebihi pria di sampingnya. Pria itu tertawa, bagi Lara tawanya terdengar mengerikan, "kau sangat berisik, tak akan ada yang menolongmu, sweetie pie."

Dengan rasa takut yang menyelimuti Lara tetap menatap tajam pria di hadapannya itu.

"Jangan menatapku seperti itu, sweetie pie," tatapannya dibuat seolah terlihat miris, "jika kau ingin menyentuhku, silakan! Aku milikmu,"  lanjutnya dengan tertawa lagi.

"Cih," Lara berdecih, "aku tidak sudi, keparat!" Ia masih mengontrol emosinya.

"Ah, kau sungguh manis," timpalnya seraya melangkah mendekati Lara.

Lara sudah meronta-ronta dalam ikatannya, ia tidak ingin disentuh oleh keparat itu.

"Tetap di sana!"

"Jangan mendekat!"

"Menjauh, bedebah!"

Pria itu tidak mengindahkan ucapan Lara, ia semakin mendekat tak lupa seringaian tajam tercetak jelas pada bibirnya. Lara merasa semakin takut dibuatnya.

"Don't touch her, Jimmy."

Okay, sekarang pria satunya yang diam sedari tadi kini bersuara. Ia memanggil pria mengerikan yang hampir menyentuh Lara.

"C'mon, aku ingin menyentuhnya lagi."

"Lagi?"

"Ya, sebelum kau kemari aku sudah menyentuh wajah indahnya itu."

"Brengsek!" bukan, itu bukan suara pria yang melarang Jimmy. Ya, suara itu berasal dari Lara yang semakin muak dengan mereka.

"Jika kau menyentuhku lagi, kupastikan kau mati, brengsek!"

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang