HP-14

345 19 2
                                    

UP juga, jangan lupa follow, vote dan komen! Kalo nggak ntar panuan haha😂✌

Sorry typo

Selamat membaca!

⚫⚫⚫

Ruangan yang cukup luas bernuansa maskulin itu hanya berisikan Aaron seorang. Ia tengah duduk di kursi kerjanya dengan tenang. Mata indahnya menatap dengan cermat pada layar laptop di depannya, tangan kokoh bertumpu di atas meja, jari-jarinya bergerak dengan lincah pada keyboard, sesekali kerutan terlihat pada dahinya seolah memastikan sesuatu pada benda itu.

Beni meminta izin untuk masuk

Begitulah suara yang ditimbulkan dari alat canggih yang berada di ruangan Aaron. Alat itu untuk mengakses ruangannya. Berada di luar dekat pintu dan di dalam ruangan. Yang masuk ke dalam ruangan Aaron tidak sembarang orang, maka dari itu ia menggunakannya. Alat itu juga akan mendeteksi terlebih dahulu seseorang yang mencoba masuk ke ruangan Aaron.

"Accept."

Aaron bersuara. Seketika pintu ruangannya terbuka menampilkan sosok bodyguard--salah satu kepercayaan Aaron.

"Tuan," panggil orang itu. Aaron langsung mengalihkan seluruh pandangannya ke sosok itu.

"Nona tidak berada di mansion."

Melarikan diri, tepatnya. Lanjut Beni dalam hati tidak berani mengutarakannya.

Raut wajah Aaron masih terlihat tenang.

Eagle Eye.

Nama alat miliknya yang sedang ia pegang.

Ia segera mengulik benda yang selalu ia bawa ke manapun. Alat itu canggih, bisa mengakses apapun yang Aaron inginkan.

Terlihat di sana ada sebuah gambaran. Ruangan mansion miliknya. Ah, ternyata alatnya telah tersambung dengan CCTV yang berada di mansion.

Ia terlihat serius namun terkesan tenang dalam kegiatannya. Sesekali jari tangannya bermain pada benda persegi panjang itu.

Pada layarnya terlihat dua orang yang tengah berbincang. Tentu saja itu Lara dan salah satu anak buahnya.

Ia mempertajam tampilan dan suaranya. Jangan salah, alat penyadap berada di mana-mana di mansion-nya.

Ia mendengar secara menyeluruh percakapan itu.

Aaron hanya menyeringai. Lalu menyimpan benda itu di atas meja dengan elegan.

Bermainlah sepuasmu, Baby.

Beni masih berdiri kaku dari seberang meja Aaron.

"Penipu ulung," ujar Aaron datar.

"Apa yang akan Tuan lakukan?"

"Diam. Lihat. Tunggu."

"Maksud Tuan?"

"Maksudku sudah berapa kali aku katakan jangan memanggilku tuan jika kita sedang bersama, Pak Tua."

"Ck, baiklah. Dan jangan memanggilku pak tua, anak nakal."

Heran? Tidak perlu. Ingatkan bahwa Beni telah sejak lama mengabdi pada keluarga Miller, yang membuat Aaron sudah menganggap ia adalah bagian dari keluarganya. Aaron juga tidak segan untuk bersikap biasa pada Beni. Cukup baik, bukan?

"Maksudmu apa?"

"Tidak perlu kujelaskan, kau sudah tahu."

Beni menghela napas. Mungkinkah? Pikirnya.

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang