Ngevote sama ngomen napa diem-diem bae kek centang satu aja gak pernah dibales. Wkwk
Okey selamat membaca! Sorry typo.
⚫⚫⚫
Aaron masih berusaha bersikap tenang. Sebenarnya ia tak tahan ingin segera melesatkan peluru dari senjata miliknya.
"Kau menjadi seorang pedofil?" cibir Aaron meremehkan.
Arga terkejut lantas ia menggeleng dengan bibir yang masih tersenyum, "Kau benar-benar belum tahu, ya? Sangat disayangkan. Tapi tak apa. Jadi, berikan ia padaku, aku akan menjaganya tidak merusaknya, jika tidak kupastikan semua orang-orang yang mengenalmu akan hancur," lanjutnya dengan penuh penekanan.
"Bermimpilah."
Arga terkekeh seraya menyamankan dirinya, "Padahal jika kau bersedia menuruti permintaanku, dengan senang hati aku akan memberitahukan hal penting mengenai musuhmu. Ya, Shadow Mask laknat itu."
"Aku tak butuh bantuanmu."
Arga kini sudah berdiri, ia berjalan pelan mendekati dinding kaca bangunan itu. Ia melihat sejenak ke arah luar.
"Kau memang keras kepala," ujar Arga seraya terkekeh membalikkan badannya menghadap Aaron.
"Kau membuat waktuku sia-sia."
"Ya, mungkin bagimu, beda denganku," Arga melihat sepintas jam di tangannya.
"Aku memintamu dengan cara yang baik, apa kau menyukai kekerasan? Atau cara yang instan lainnya?" kini Arga sudah menunjukkan sisi dinginnya.
Aaron menyeringai, "Kau mengujiku?"
"Sebut saja begitu, hanya memastikan bahwa kau memang kuat," tukas Arga. Kemudian dirinya memberi kode kepada bodyguard yang bersamanya.
Tidak lama titik merah muncul dibagian dada Aaron. Tentu pria itu menyadarinya dan mengetatkan rahangnya keras. Ya, ia tahu bahwa Arga sudah mempersiapkan seorang sniper yang entah di mana posisinya. Tapi hal itu tidak menyulitkan dirinya karena ia dengan mudah menyingkirkan semua yang berani kepadanya.
"Kau pikir dengan cara ini aku akan tunduk padamu? Kau melupakan apa yang aku miliki," Aaron sudah bangkit. Arga hanya memerhatikan.
"Now."
Aaron berbicara kepada Bian dan tanpa Arga sangka titik merah yang di tujukan untuk Aaron kini menghilang. Justru kini titik merah itu sudah mengarah pada Arga. Ya, sniper bodoh dari Arga dengan mudah dilumpuhkan oleh anak buah Aaron.
"Aku tidak bodoh. Jadi, kau bisa pergi, aku sedang tidak ingin mengotori tanganku dengan darahmu."
Arga hanya tertawa keras menutupi amarahnya. Ia tahu ia salah dalam memilih lawan dan bermain di kandang Aaron. Namun, ia harus mencoba sabar untuk mendapatkan apa yang inginkan. Tinggal tunggu saja tanggal mainnya. Semua akan terkejut pada waktunya. Ia sangat menunggu waktu itu tiba.
"Well, baiklah, untuk kali ini aku tidak akan bertingkah banyak. Sampai jumpa ..." ucapnya memberi jeda ketika mendekati Aaron, lalu ia berbisik, "saat semuanya sudah terungkap."
⚫⚫⚫
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Pukulan keras terus dihantamkan pada samsak seolah-olah benda itu adalah musuh yang harus dilenyapkan. Terlihat keringat bercucuran dari seluruh tubuhnya karena ia hanya menggunakan celana sport pendek tanpa atasan, ya, ia bertelanjang dada menampilkan betapa gagahnya tubuh itu. Napasnya semakin memburu ketika dirinya menambah kecepatan dan kekuatan pukulannya. Kakinya pun tak ingin tinggal diam, kokohnya kaki itu membentur kuat benda keras di hadapannya dengan silih bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundo P (On Going)
General FictionSatu hari kelam mengubah segalanya. Rentetan peristiwa menuntun terungkapnya rahasia dan jati diri. ⚫⚫⚫ [Sneak Peek] "Who the hell are you?" "Kau harus mengenalku terlebih dahulu." "Cih, apa yang kau inginkan?" "Aku ingin kau." ... "Tubuhmu." ... "M...