HP-9

489 38 0
                                    

Holla!

Yoo vote dan komennya jangan lupa!

Sorry typo

Happy reading!

⚫⚫⚫

Di depan cermin inilah Lara
berada. Ia terduduk kaku, wajahnya dirias sedemikian rupa. Sapuan-sapuan make-up sang penata rias di wajah Lara dilakukannya dengan halus.

Jangan tanya kenapa Lara bisa sampai dirias seperti itu. Ingatkan kembali pada Aaron yang meminta Lara untuk menemani dirinya, katanya akan pergi ke suatu acara, entahlah. Bukan dengan cara halus ia diminta untuk itu, sedari awal Lara menolak dengan keras, tetapi kalian sudah mengetahui bahwa Aaron selalu memaksakan apapun yang ia inginkan. Dengan atau tanpa persetujuan siapapun.

Riasan pada wajah Lara sudah selesai. Pada dasarnya Lara tidak terbiasa dengan wajah bermake-up tebal, maksudnya ia selalu berpenampilan natural dengan sedikit bedak dan lipstik tipis.

Matanya masih terpejam, ia tidak ingin melihat wajahnya yang ia duga akan terlihat, hm, aneh. Pasalnya ya begitu, ia tidak terbiasa. Namun, lambat laun ia memberanikan untuk melihat dirinya.

"I-itu aku?" kata pertama yang ia keluarkan setelah melihat tampilan dirinya yang terpantul lewat cermin. Tampilannya berubah dan ia sempat tidak mengenali dirinya.

Hell no, mengapa aku terlihat cantik? Pujinya sedikit dalam hati. Tidak ada salahnya kita memuji diri sendiri, bukan?

"Anda sangat cantik, Nona." ucap sang penata rias memuji.

"Ah, hmm, ini juga berkat kau, terima kasih," balas Lara sedikit salah tingkah.

"Iya. Nah, sekarang kenakan gaunmu, Nona tinggal memilih ingin pakai yang mana," penata rias itu menunjuk ke arah gaun, lalu Lara mengikuti arah pandang dan bangkit untuk melihat lebih dekat.

Tiga buah long dress yang indah terpampang rapi di hadapannya. Semua gaun itu terlihat pas untuk ukuran Lara. Ketiganya berbeda warna dan tanpa lengan. Warna merah maroon begitu terlihat glamour, warna hitam yang bagian punggungnya terbuka lebar memberi kesan sexy, sedangkan warna putih dilihatnya sangat elegan.

"Hm, apakah tidak ada yang lebih tertutup gaunnya?"

"Maaf Nona, tidak ada."

Lara tertunduk lesu, ia sebenarnya tidak ingin mengenakan gaun yang semuanya terbuka bisa memperlihatkan sebagian dari tubuhnya. Tapi apa boleh buat? Lagi-lagi ia terpaksa.

White long dress lah yang akhirnya ia pilih. Ia segera memakainya. Lara memandang takjub akan dirinya setelah memakainya, ia terasa lengkap dengan make-up dibuat sehalus demikian dan gaun yang melekat indah pada tubuhnya yang memerlihatkan bahunya yang mulus.

"Anda benar-benar cantik Nona. Beruntunglah Tuan," puji penata rias lagi.

"Ah, kau berlebihan,"

"Tidak Nona. Oh, ya ada satu lagi," penata rias itu segera mengambil barang yang tak jauh dari sana. "Sepatu untuk Nona kenakan," ia kemudian memberikan sepatu itu pada Lara.

"High heels ya, apa aku boleh memakai flat shoes saja?" pinta Lara sedikit meringis. Penata rias itu tertawa kecil.

"Maaf Nona, Anda harus mengenakan itu. Lagipula itu cocok untuk Nona, Anda akan terlihat semakin cantik, Tuan pasti terpesona pada Nona," ucap penata rias sedikit menggoda Lara dengan senyum jahilnya.

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang