HP-7

539 42 5
                                    

Update kembali, vote and comment!

Hope you like it!

Sorry typo

Selamat membaca!

⚫⚫⚫

DOR!

"Argh sshhhh ..."

Satu peluru dengan cepat menggores kulit tangan sebelah kanan orang yang sedang diikat pada kursi. Beruntunglah peluru itu tidak menembus tangannya, yang melakukan tembakkan itu memang sengaja dan ingin sedikit bermain-main dengan pria yang terduduk lemah sambil menahan sakit di depannya itu.

"Katakan!" suara dalam namun datar seseorang terdengar begitu menakutkan.

"..."

DOR!

"Aarrgghh ..."

Kali ini peluru menembus dalam pada paha orang malang itu. Sekali lagi, erangan kesakitan terdengar keras bergema dalam ruangan gelap yang pengap itu.

"Sekali bungkam, one shot to death."

"Sa-saya ... sshhh ... ti-tidak tahu sia--"

Bugh!

Bugh!

Satu dua dan berlanjut pukulan melayang dengan keras tepat pada wajah, dada, serta anggota tubuh lainnya, dan dalam hitungan detik darah pekat keluar melalui hidung serta mulut sandera itu, juga meninggalkan lebam yang terlihat jelas di wajahnya.

"Katakan!"

"S-sumpah s-saya ... sshh, tidak ta-tahu si-siapa orang i-itu,"

"You lie, you die."

"Tidak Tuan! Di-a mengancam saya, dan ke-keluarga saya menjadi taruhannya ..." lanjutnya dengan napas tersenggal dan tak lupa ia menahan kesakitannya.

Bugh!

Lagi, pukulan-pukulan telak dihantamkannya pada seluruh tubuh pria itu. Keras dan tidak dapat dihindari, siapa saja yang melihat itu pasti akan bergidik ngeri dan tidak berani untuk berurusan dengan orang kejam itu.

"Peluru, cincang, santapan hewan buas, pilih!" tawar pemilik suara dalam itu.

"Ti-tidak, kumohon Tuan ... ampuni saya ..." ucap pria itu memohon dengan pilu.

"Sepertinya peluru terlebih dahulu tidak buruk ..." ucapnya memberi jeda.

"Setelah itu, pisau kesayanganku ini akan merasakan kenyalnya dagingmu ..." seraya mengeluarkan pisau dari balik jaketnya.

"Lalu, hewan buas yang kupelihara akan dengan senang hati menyantapmu."

"Tidak buruk untuk kematianmu, bukan?" lanjut sang Tuan seraya memberikan seringaian yang amat mengerikan.

"Kumohon ... ampuni saya, Tuan. Sa-saya menyesal ..."

"Terlambat!"

DOR!!!

Ya, one shot to death. Peluru itu dengan tepat menyasar pada dada dan menembusnya hingga dalam, pria malang itu terkulai dalam duduknya. Tubuh penuh luka, darah berceceran disekitarnya, bau amis tercium, jika orang yang belum terbiasa mungkin akan segera memuntahkan isi perutnya.

"Urus mayat pengkhianat ini." perintahnya pada beberapa bodyguard yang sedari tadi menyaksikan aksi Tuan mereka.

"Baik, Tuan." jawab seseorang yang merupakan ketua dari para bodyguard sang Tuan itu.

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang