HP-15

340 21 1
                                    

Hi, i'm back.

Maaf, sudah lama tidak up cerita ini. Aku bakal usahain buat selalu up.

Give me vote and comment!

Sorry typo

Happy reading!

⚫⚫⚫

Di sepanjang jalan yang tidak terlalu ramai, ia hanya bisa menangis dalam langkahnya yang pelan. Isaknya tak terdengar seolah ia menahannya dengan kuat agar tak keluar. Entah menangis karena ia tak bekerja lagi atau menahan kesakitan dalam dirinya yang semakin lama semakin bertambah pula sakitnya, bisa juga karena keduanya, hanya Lara yang tahu dan merasakannya.

Orang-orang yang berlalu lalang ada yang melirik Lara terheran, ada juga yang tidak memedulikannya. Namun, Lara tidak ambil pusing dengan semuanya, justru ia sudah dibuat pusing dengan segala kejadian yang menimpanya.

Untuk saat ini, ia hanya bisa pasrah dan menerima semuanya, walaupun dalam hati ia sangat menentang keras akan nasibnya ini.

"Argh ..." lagi, ringisan keluar dari mulutnya.

Lara limbung, ia tak tahan dengan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia juga tidak mengetahui mengapa hal ini terjadi padanya, padahal selama ini ia merasa sehat dan kuat. Bahkan ia belum pernah merasakan sakit seperti tersengat listrik, ah yang jelas rasa sakit yang sekarang berbeda dengan sakit-sakit yang lainnya.

Ia mengambil langkah goyah untuk mencapai sebuah bangku taman, setidaknya jika ia berdiam diri akan mengurangi sengatan dalam tubuhnya.

"Rrhh ..."

"Oh God, ini sangat menyakitkan," lirihnya. Ia telah terduduk di kursi sambil bersandar.

Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya kuat yang mengakibatkan warna bibirnya menjadi merah, darah pun sudah keluar dari bekas gigitannya. Sebegitu sakitnya kah ia? Bahkan, mungkin saja gigitan yang ia lakukan tidak sebanding dengan sakit yang dideranya.  Air mata tetap mengalir di pipi mulusnya. Kini isakan kepiluan pun tak bisa ia tahan.

Lama ia bergumul, tiba-tiba ia teringat dengan Aaron. Ya, kekuasaan Aaron, segalanya dari Aaron.

Apa mungkin sakit yang aku terima berasal dari iblis itu? Batinnya bergejolak.

Seketika pikirannya terbuka lebar. Ia ingat akan semua yang Aaron punya, baik itu kepemilikan senjata, teknologi, obat-obatan, racun, dan tentu masih banyak lagi.

Lara paham betul dengan tingkah laku Aaron. Ia akan melakukan segala macam cara untuk mendapatkan sesuatu.

"Aku yakin, dia yang melakukannya," geramnya. "Tapi apa alasannya?"

"Ah shit! Tentu saja karena aku kabur darinya, dan sebelumnya ia telah mengantisipasi hal ini dengan melakukan sesuatu terhadap tubuhku," ia terlihat menahan amarah, sesekali meringis merasakan sengatan dalam dirinya. "Bodoh, tak sedikitpun aku menyadari akan hal ini."

"Pantas saja aku merasa aneh dengan tubuhku," lirihnya.

"Iblis sialan!"

"Argh ..."

Tidak salah lagi. Sangkanya dalam hati.

Pandangan Lara sudah mulai mengabur, kepalanya sangat berat dan pusing seakan ia telah dihantam benda berat. Ia menguatkan dirinya agar tetap sadar.

Tanpa pikir panjang ia mengambil ponsel dalam tasnya dengan tangan gemetar.

Klik

Ia mendial nomor Aaron. Nada sambung terdengar.

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang