Punten slur ...
Tekan bintang satu dua eh kagak, terus komen yang banyak untuk part ini wkwk
Sorry typo. Hayu baca!
⚫⚫⚫
"PEMBUNUH!!!"
Teriakan Lara begitu terdengar menggelegar bagi mereka yang sedang bersamanya. Lara seolah tak peduli dengan apa yang dinamakan sopan santun dalam berbicara. Tentunya kata yang dilontarkan oleh Lara begitu mengejutkan bagi semuanya yang mendengar. Terutama Aleyda dan Angel, mereka tak bisa menahan ekspresi wajahnya yang penuh keterkejutan dan penuh tanda tanya. Aaron masih bisa mencoba untuk mengendalikan dirinya setelah mendengar teriakan Lara.
"Kau pembunuh itu! Mau apa kau bajingan?!" Lara sudah menunjuk seseorang yang sudah berada di hadapan mereka. Sang empu yang ditunjuk terkejut dalam diam atas tuduhan yang Lara berikan.
Ia sangat yakin, ia tidak mungkin lupa dengan wajah itu meskipun sudah bertahun-tahun lamanya. Wajah itu yang selalu menghantui dalam mimpinya. Wajah yang sekian lama ingin ia singkirkan dalam hidupnya.
Dengan sigap kedua bodyguard yang berada di belakang pria itu maju untuk menghalau Lara, namun segera ditahan dan pria itupun mengutus keduanya untuk meninggalkan mereka. Kini hanya mereka berlima yang berada di ruang tengah itu.
"Aaron, tolong singkirkan makhluk terkutuk ini!" pintanya pada Aaron, ia sudah memegang erat tangan Aaron meskipun dengan gemetar. Lara berusaha terlihat kuat agar tidak mudah untuk dijatuhkan oleh pria yang disebut pembunuh.
"Aku mohon Aaron, bantu aku kali ini, dia ... dia yang sudah menghancurkan hidupku, hidup keluargaku!" lirihnya namun sarat akan amarah, sepersekian detik air matanya jatuh. Aaron masih belum mengeluarkan suaranya, ia masih menatap dalam pada Lara.
"Apa maksudmu yang menuduh suamiku sebagai pembunuh, Lara?" kini suara Aleyda yang terdengar dengan raut wajah bingung serta berubah datar.
BOOM!
Bagaikan bom yang sudah meledak di kepala dan hati Lara, ia dibuat terdiam. Jadi, pria paruh baya yang sekarang berdiri tegak di hadapannya adalah kepala keluarga ini, seorang Cedric Miller. Ya, ayah dari pria yang ia cintai. Begitu menyesakkan akan kenyataan yang ada. Ia tak menyangka, ini semua benar-benar di luar dugaannya.
Lara menggelengkan kepalanya dengan raut wajah tak percaya seraya menatap satu persatu wajah mereka yang dikenal baik oleh dirinya.
Air matanya sudah luruh lagi dan lagi semenjak ia melihat sosok yang menciptakan mimpi buruk selama hidupnya. Hatinya begitu pedih menerima kenyataan menyakitkan yang bertubi-tubi untuknya. Lara begitu terpuruk atas itu.
Lara memegang kepalanya yang begitu terasa berat. Ia menyatukan setiap peristiwa yang ia lalui dengan keras. Lara menatap garang orang-orang itu.
"Jadi, Aaron, sejak pertama kau memang sengaja membawaku untuk menuntaskan aksi yang sebelumnya ayahmu belum terlaksana untuk membunuhku?!" Lara berucap dengan suara dingin yang tajam, sorot matanya kini berganti menjadi sarat akan kebencian. Aaron terdiam dengan rahang kokohnya yang sudah mengeras.
"Dan ... kau yang sudah aku anggap ibuku sendiri, kau sengaja menerimaku dengan baik agar aku dengan mudah hanyut dalam permainan kalian?" tatapannya beralih kepada Aleyda yang sudah mematung di sana setelah mendengar pernyataan dari Lara.
"Angel, dari awal kau mengatakan bahwa kau sangat menginginkanku menjadi temanmu, jadi ini maksudnya? Menjadi teman sesaat lalu kau akan menyingkirkanku juga?" desis Lara tajam. Angel menggelengkan kepalanya cepat, matanya sudah berkaca-kaca.
"Kak, itu tidak benar, aku--"
"Diam!" hardik Lara keras.
"Lara, jelaskan apa maksud dari tuduhanmu?" Aleyda berusaha untuk bertanya dengan tenang.
"Tidak ada yang perlu aku jelaskan, kalian semua pasti sudah mengetahuinya!" decih Lara yang tetap memandang mereka dengan kebencian.
Suasana di mansion itu tidak terkendali. Lara memundurkan langkahnya agar menjauh dari mereka. Air bening masih berlinang dari sudut matanya, napas Lara semakin memburu tak karuan. Ia masih mencerna semuanya.
"Siapa kau?" dengan masih diselimuti ketegangan pria yang Lara tuduh kini mengeluarkan suaranya.
Lara berdecih diselingi tawa miris, "Siapa aku? Kau bercanda menanyakan itu? Tidak ingatkah kau dengan kejadian 12 tahun yang lalu?" lanjut Lara dingin seraya menerawang.
Cedric terkejut dalam diamnya. Ia mengaitkan dengan apa yang pernah ia alami, rasanya ia ingat dengan kejadian lampau yang sangat tidak ingin ia ingat. Namun, untuk Lara, ia tidak tahu atau tidak ingat dengan perempuan yang ada di hadapannya.
"Siapa namamu?" Cedric tidak peduli, ia hanya ingin tahu siapa Lara sebenarnya.
"Kau pikir aku bodoh jika kau belum mengetahui siapa aku?! Tentunya anak sulungmu sudah memberitahukannya, benar?!" timpal Lara penuh penekanan dan mendelik pada Aaron.
Cedric menoleh kepada Aaron dan memberikan tatapan hanya mereka yang mengerti.
"Jadi, tunggu apalagi? Bukankah kalian ingin membunuhku? Lakukan!" tantang Lara. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih.
"Lara!" Aleyda sudah memekik tidak percaya dengan ucapan Lara.
Lara masih menatap mereka dengan tajam meskipun ada sorot sendu di dalamnya. Jauh di lubuk hati dan jiwanya ia rapuh setelah mengetahui kenyataan ini. Orang yang ia cintai sampai akhir hayat ternyata orang yang akan mengakhiri dirinya juga kelak. Orang yang ia percaya ternyata diam-diam yang akan menjatuhkannya juga kelak. Ia menangis keras, dadanya sangat sesak.
Aleyda dan Angel terbawa suasana, mereka saling merangkul dan menangis juga melihat kondisi Lara yang kacau. Mereka sebenarnya tidak mengerti atas apa yang Lara bicarakan tentang, damn it pembunuhan itu.
Aaron melangkah ingin mendekati Lara dengan pandangan yang sulit diartikan. Lara yang sadar segera beringsut menjauh.
"Menjauh Aaron! Aku tidak sudi disentuh olehmu!"
Aaron mengetatkan rahangnya, tangannya sudah terkepal erat, tak ketinggalan sorot matanya sudah menajam. Entah apa yang sedang Aaron pikirkan.
"Dan kau pembunuh! Bukankah ini yang kau tunggu-tunggu? Cepat lakukan! Kau sudah mendapatkanku!" Lara sudah tertawa miris diakhir perkataannya.
"Aku tidak mengerti atas tuduhanmu, sebaiknya kita bicarakan ini," sahut Cedric mencoba untuk tenang.
"Tidak! Aku ingin semua penderitaanku selesai detik ini juga!"
Rasanya mereka ingin tenggelam setelah mendengar Lara mengatakan ....
"Bunuh aku!"
"Lara kau sudah melewati batasmu," geram Aaron dingin.
Aaron tidak peduli dengan Lara yang kian menjauh. Ia dengan cepat membawa Lara ke dalam pelukannya. Lara meronta-ronta dalam pelukan Aaron, ia terus berusaha melepaskan diri, ia sadar yang dilakukan Aaron hanya untuk menenangkannya, tapi ia tak bisa. Aaron semakin mengeratkan lingkaran tangannya pada tubuh Lara, tanpa pikir panjang ia mengangkat tubuh Lara dan membawanya segera ke kamar miliknya tanpa pamit.
Kejadian itu tak luput dari pandangan Cedric, Aleyda, dan Angel. Mereka masih terdiam dengan pikirannya masing-masing.
"Suamiku, apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Aleyda yang sudah menatap Cedric dengan matanya yang masih berkaca-kaca.
Cedric hanya menggelengkan kepalanya dan menghela napas kasar, "Rasanya aku melihat diri seseorang di dalam dirinya, tapi aku ragu, kita tunggu Aaron untuk menjelaskannya."
Dan itu hanya menyisakan tanda tanya yang besar.
⚫⚫⚫
TBC
Makin seru gak? Semoga suka ya!
Xoxo, L
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundo P (On Going)
General FictionSatu hari kelam mengubah segalanya. Rentetan peristiwa menuntun terungkapnya rahasia dan jati diri. ⚫⚫⚫ [Sneak Peek] "Who the hell are you?" "Kau harus mengenalku terlebih dahulu." "Cih, apa yang kau inginkan?" "Aku ingin kau." ... "Tubuhmu." ... "M...