HP-8

490 37 0
                                    

Seperti biasa 2nd update, vote dan komen!

Sorry typo

Selamat membaca!

⚫⚫⚫

Ruangan berukuran lumayan besar itu hanya terdengar suara dentingan sendok. Tidak ada pembicaraan. Aaron duduk di kursi utama meja makan sedangkan Lara berada di sebelah kanan Aaron. Di sana juga ada seorang bodyguard yang berdiri kaku, yaitu Bian. Ia salah satu kepercayaan Aaron yang sudah lama mengabdi kepadanya.

Seraya menyantap sarapannya, pikiran Lara melayang ke kejadian kemarin saat Aaron mengatakan dirinya akan menjadi milik Aaron. Tidak, tidak ada kegiatan apapun selain Aaron yang mendekap hangat dirinya, Aaron meminta dengan paksa agar Lara menemaninya untuk tidur, ya just sleep, no more. Dan setelahnya Aaron mengatakan bahwa dirinya sudah menjadi miliknya. Lelaki itu memang aneh.

Ah, pipinya memerah mengingat hal itu. Ia membuang jauh bayangan-bayangan semalam.

Huft

Lara yang merasa suasana ini tidak mengenakkannya kemudian memberanikan diri untuk berbicara.

"Hm, Aaron,"

Langsung saja Aaron menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Lara datar.

"Izinkan aku untuk pergi kuliah," pintanya tanpa menatap lawan bicara, jari tangannya saling terpaut di bawah meja makan, sesekali ia menggigit bibir bawahnya.

Aaron tidak menjawab ia malah melanjutkan makannya yang tadi tertunda.

"Aaron, please ..." mohonnya sekali lagi dengan nada memelas.

"Bian," panggil Aaron tanpa mengindahkan permohonan Lara.

Lara yang merasa diabaikan hanya mencebikkan bibirnya, lalu melahap sarapannya dengan malas.

"Ya, Tuan."

"Ponsel,"

Bian segera mengambil ponsel yang dimaksud Aaron, tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Ini Tuan." seraya menyerahkan ponselnya.

Aaron yang telah menerima ponsel itu lantas menyodorkannya kepada Lara.

"A-apa ini?" tanya Lara.

Ia bingung dan kaget tentunya, kenapa juga Aaron harus memberinya ponsel. Yang perlu kalian ketahui, ponsel ini baru dan masih lengkap dengan segala isi maupun luarannya. Catat! Ponsel ini baru dirilis dan limited edition yang berlogokan apple. Jangan ditanyakan lagi seberapa mahalnya i-Phone ini. Oh God, ia tahu betul bahkan harga yang harus dibayar ini cukup untuk segala biaya kehidupan Lara selama sebulan bahkan bisa sampai beberapa bulan.

"Ponsel."

"Ck, maksudnya kenapa kau berikan aku yang baru? Ponsel lamaku mana? Aku ingin ponselku!" ujarnya dengan agak keras.

"Sudah kubuang."

"Apa?! Aku membeli ponsel itu hasil jerih payahku bekerja, dan sekarang dengan teganya kau membuangnya! Kenapa?!" ucap Lara dengan nada tinggi. Ia sudah beranjak dari tempat duduknya. Aaron tidak berniat untuk meladeni Lara.

"Kau anggap itu sampah, hah?!" amarahnya sudah menguar. "Justru kau lah yang sampah!" makinya keras.

Aaron tetap diam dan kini matanya menatap tajam juga dingin tepat pada manik Lara.

"Tidak mengertikah dirimu bagaimana perjuanganku untuk mencari uang sehingga aku bisa mendapatkannya?!"

"Kau pikir kau siapa? Orang sepertimu tidak akan pernah merasakan bagaimana susahnya mencari sesuap nasi! Bagaimana rasanya kau berjalan tanpa alas kaki dengan pakaian yang lebih pantas disebut lap melekat tak indah di tubuhmu, ditambah aroma yang tercium bukanlah dari parfum mahal yang selalu kau gunakan tapi ternyata itu bau busuk yang berasal dari tempat sampah! Apa kau tahu? Tidur di teras toko sangat tidak nyaman? Apa kau tau? Cacian, makian, hinaan, sebutan gila, kotor, sampah, itu merupakan santapan hangatku setiap hari! Kau tidak akan pernah merasakan bagaimana jadi aku!" ucapnya penuh penekanan. Air mata yang sudah lama ia tahan kini menetes juga.

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang