HP-19

320 12 2
                                    

Hallo, akhirnya up lagi. Mohon maaf ya lama aku gantungin ini cerita. Mulai sekarang aku akan berusaha terus up cerita ini.

Follow, komen, dan vote teman!
Sorry typo. Enjoy!

Selamat membaca!

⚫⚫⚫

Di kamar luas milik Lara, terlihat dia sedang duduk berhadapan di atas ranjang king size seraya bercengkrama dengan Lisa, mereka tertawa lepas atas pembicaraan mereka. Lara seakan melupakan semua hal yang menimpa dirinya.

Tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang, Lisa berinisiatif untuk membukakan pintu. Terlihat dua pria bertubuh kekar berdiri di hadapan Lisa.

"Di mana Nona Lara?" ucap pria dengan bekas luka di pipi kirinya seraya menelisik ke dalam kamar.

"Siapa kalian? Saya baru melihat kalian," kernyitan terlihat di dahi Lisa, dia tidak mengenal dua pria di depannya itu.

"Kami bodyguard baru, kami diutus untuk membawa Nona Lara menghadap tuan."

"Tidak mungkin, tuan tidak berpesan apapun padaku."

"Ya, karena kami yang mendapat pesan untuk menjemput Nona Lara."

"Malam-malam begini? Apa tidak salah?" Lisa semakin curiga.

"Tolong, kami sedang bertugas dan ini perintah tuan."

"Tapi--"

"Anda tidak ingin tuan murka bukan?"

"Baiklah ..."

Lisa menghampiri Lara dan memberitahukan perihal penjemputannya.

Lara menurutinya dengan setengah hati dan kini mereka sedang berada di dalam mobil range rover hitam.

"Ekhm ... memangnya Aaron menyuruh kalian membawaku ke mana?" Lara membuka suara memecah keheningan.

Dua pria yang duduk di depan tidak menggubris Lara, mereka hanya terfokus ke jalanan.

"Bisakah kalian memberitahuku?" kesal Lara.

Mereka berdua hanya saling melirik satu sama lain, lalu tersenyum miring dan mengangguk.

"Nona tenang saja kami akan membawamu ke surga," ucap pria berambut cepak.

Sebelum Lara mengeluarkan suaranya pria itu segera menembakkan sesuatu ke arah Lara.

⚫⚫⚫

Kembali pada balapan antara Aaron, Max, Ken, dan tentu lawan mainnya.

Mereka sudah berada di sebuah jembatan dengan sungai besar nan panjang. Suasana jalanan di sana tidak lah seramai siang hari, hal itu membuat mereka lebih leluasa dalam beradu kecepatan.

Di ujung umpatannya, Aaron menggeram keras. Fokusnya teralih setelah melihat hologram itu.

"Max, Ken, menjauhlah dari posisiku," perintah Aaron tegas lewat handsfree-nya.

"What? Wait! Mengapa?" Ken berseru.

"Aaron, apa yang terjadi?" diikuti dengan Max yang bertanya disela gencar-gencarnya menghindari kendaraan di depannya.

Posisi mereka semakin dekat dengan Aaron, namun mereka segera sadar bahwa sang penantang sudah tidak terlihat di sana. Aaron memang sengaja mengurangi kecepatan, entah apa yang telah ia rencanakan.

"Turuti perintahku, kurangi kecepatan, berhentilah dan menjauh, sekarang!" Aaron terdengar menaikan intonasinya.

Sebelum mereka menyela ucapannya, Aaron yang sudah melesat cepat mengambil arah mendekati pembatas jembatan yang berlawanan arah.

Max dan Ken yang posisi mobilnya kini bersebelahan hanya saling melirik dibalik kemudi memberikan tatapan bertanya ada apa gerangan dengan Aaron.

Nampaknya dari kejauhan mereka melihat mobil Aaron sudah semakin dekat dengan pembatas jembatan. Mereka menfokuskan pandangan dua arah pada Aaron dan jalanan.

BOOM!!!

DUAR!!!

Tanpa mereka duga ledakan dahsyat terdengar beberapa kali dari mobil yang Aaron kendarai. Api yang mengobar dan asap pekat mengepul setelah ledakan itu terjadi.

Para pengguna jalan yang kebetulan berada di dekat ledakan berhenti mendadak yang mengakibatkan beberapa kendaraan mengalami kecelakaan. Beruntungnya tidak ada yang ikut terkena imbas dari ledakan itu. Kondisi jalanan kini mengalami kemacetan. Orang-orang mulai keluar dari kendaraan masing-masing dan melihat penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

Tak jauh berbeda dengan Max dan Ken. Mereka terkejut bukan main. Mereka segera melajukan mobilnya mendekati posisi terakhir mobil Aaron. Mereka segera keluar dari kendaraan mewahnya dan berlari.

"Oh my ... apa yang terjadi?!" Ken berseru kencang seraya menjambak rambutnya dengan kedua tangan.

Lalu Ken berlari lebih mendekat pada serpihan mobil Aaron, namun segera ditarik paksa oleh Max.

"Apa yang kau lakukan jangan halangi aku!" Ken berteriak murka.

"Ken, ini berbahaya bagaimana jika sewaktu-waktu masih ada bom yang tersisa dan kau akan mati," ucap Max penuh penekanan.

"Apa kau tidak lihat di dalam sana ada Aaron dan kita harus diam saja melihat api terus membakar semuanya lalu membiarkan Aaron mati, hah?!" ucap Ken seraya menarik kerah baju Max, dia benar-benar dirundung rasa emosi, kacau, dan entahlah tidak ada yang bisa dijabarkan melihat sahabatnya sendiri ikut meledak dalam mobilnya.

Max hanya tertunduk dalam, perasaan dan kondisi dia tidak berbeda jauh dengan Ken.

Ken luruh dengan beralaskan lutut. Max hanya bisa meremas bahu Ken mengisyaratkan bahwa dia juga sama terpukulnya atas kejadian yang dialami Aaron dan mencoba untuk menguatkan sahabat barbarnya itu.

Sssrrrkk

Sssrrrkk

Mereka mengerang seraya memegang telinga yang dipasang handsfree. Suara yang dihasilkan entah dari mana terdengar memekakan telinga mereka.

"Bisakah kalian cepat menjemputku?"

Mata Max dan Ken saling beradu, mereka terpaku mendengar tipikal suara datar nan dingin dari orang yang mereka ratapi sedari tadi.

"A, it's that you?" tanya Ken menggebu.

"Ya."

Mereka berdua menutup mulut tidak percaya lalu berpelukan ala pria jantan. Aaron selamat.

"Oh my ... syukurlah ..." ucap Max diiringi tawa kecil seraya menggeleng kepala akibat ketidakpercayaannya atas apa yang telah Aaron alami.

"Lihatlah ke bawah."

Mereka mengerti apa yang Aaron pinta dan bergegas menghampiri sisi jembatan dekat mobil naas Aaron.

Langsung saja mata mereka menatap awas sungai itu, dan sebuah seringaian khas masing-masing keluar memancarkan kemenawanan mereka.

"Whoa ..." Ken berseru senang dan melayangkan tinjunya ke udara karena melihat sahabatnya terlihat baik-baik saja.

Aaron sedang berdiri di atas yacht megah. Terlihat tetesan demi tetesan air dari tubuhnya, ya, ia basah kuyup.

"Dermaga."

Kedua pria tampan di atas jembatan mengangguk paham. Mereka segera mengemudi kembali dan menghampiri sang pemimpin.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat tujuan.

Dengan gaya berjalan masing-masing mereka mendekat.

"Kau hebat, A," bangga Ken yang sudah memeluk Aaron lalu merangkulnya.

"Kau harus menceritakan apa yang sebenarnya terjadi," ucap Max seraya menyeringai.

Aaron hanya membalas dengan anggukan. "Base camp, now."

⚫⚫⚫

TBC

Terima kasih buat yang selalu mantengin cerita aku dan dukung aku.

Xoxo, L.

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang