HP-17

320 17 2
                                    

Well hallo people! Kangen aku gak? Atau kangen sama tokoh-tokoh di cerita ini? Maaf ya, aku terlalu lama nelantarin cerita ini. Tapi serius aku sibuk di dunia nyata. So, aku minta maaf.

Nah, bagi yang menjalankan puasa, bagaimana? Lancar? Semoga berkah ya.

Baiklah mari kita lanjut ...

Jangan lupa tetep vote dan komen, follow juga ya!

Sorry typo

Happy reading, pembaca setiaku! Enjoy it!

⚫⚫⚫

Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya. Lara menggerutu dengan langkah yang dihentak-hentak keras, kepalanya menunduk dalam, tangannya terkepal erat. Ia tak habis pikir dengan segala perbuatan Aaron. Ia sangat kesal, marah, dan tentu perasaannya kini benar-benar buruk.

Tanpa melihat jalan di depannya ia terus melangkah tak tentu arah. Ia berjengkit ketika tubuhnya menabrak sesuatu. Sebuah pintu.

"Ruangan apa ini?" ucapnya seraya meraba pintu. Ia mengerutkan dahinya.

"Aku baru menyadari bahwa pintu ini berbeda dengan yang lainnya."

Akses diterima.

Click.

Pintu terbuka. Lara terkejut, tidak tahu bagaimana bisa, padahal ia hanya meraba pintu itu.

Karena tingkat penasarannya yang tinggi, tanpa memedulikan kelancangannya ia bergegas masuk. Gelap. Ia terus melangkah semakin dalam. Tiba-tiba lampu menyala dengan sendirinya, ruangan itu menjadi terang dan Lara bisa melihat keseluruhan ruangan itu, luas.

Lara menahan napas sejenak setelahnya. Ruangan ini bernuansa hitam putih juga polos, tidak ada satupun barang yang terletak di ruangan itu.

Ia terus memandang ke segala arah. Ada satu titik yang membuat dirinya tertarik untuk mendekat. Di sana ia melihat kaca yang sepertinya dijadikan pembatas tiap ruang, lalu dengan perlahan ia mencoba untuk menekan kaca, seketika sebuah hologram muncul.

Welcome, G.

G? Who? Batinnya terheran.

Setelah mendengar intruksi dari hologram itu, tiba-tiba terdengar suara decitan, rupanya dinding-dinding ruangan itu terbuka dan memiliki tempat penyimpanan tersembunyi yang entah apa di dalamnya.

Kerutan di dahinya semakin dalam, Lara mendekat dengan perasaan was-was.

Setelah sampai pada tujuannya, mata indah itu membulat seketika, mulutnya sulit terkatup akibat keterkejutannya. Ia melangkah mundur berniat untuk keluar dari ruang yang tak disangkanya itu.

Mustahil. Batinnya seraya menggigit jari.

Langkahnya ia percepat, napasnya kini tak karuan. Ia sudah berhasil keluar. Meskipun pikirannya berkecamuk, ia tak mengurungkan niatnya untuk melanjutkan jalannya.

Butuh beberapa gelas air untuk menenangkan dirinya. Ya, kini Lara sedang terduduk lemas di ruang makan. Napasnya masih bergemuruh akibat olahraga kecilnya tadi.

Satu tangannya bergetar saat memegang gelas, sedang tangan yang lain ia gunakan untuk memijat pelipisnya. Ia sangat dibuat pusing dengan penemuan yang tak terduga tadi di ruangan itu.

Ia merasa takut sekarang. Apa yang harus dilakukannya, memberitahukan hal ini pada Aaron? Tidak, tidak mungkin. Aaron bisa marah karena ia telah lancang memasuki salah satu ruangan di mansion miliknya.

Hundo P (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang