Follow, vote, dan komen!
Sorry typo
Happy reading!
⚫⚫⚫
"Dia anggota shadow mask."
Kalimat pertama dari Aaron yang memulai pembicaraan dengan serius setelah mereka berkumpul di base camp megah itu.
Kedua pria gagah di depannya itu membulatkan matanya.
Ken sudah menggebrak meja, "Sialan! Andai saja aku mengetahui dia musuh kita, sudah kupastikan saat itu juga dia lah yang akan meledak hancur lebur!" sulut Ken.
"Aku setuju denganmu, Ken. Tapi, bagaimana kau mengetahuinya, A?" ucap Max mencoba mengusut lebih dalam kejadian naas itu.
"Dia menunjukkan dirinya dengan sukarela saat kita mulai memasuki area jembatan."
"Cih, cari mati ternyata!" Ken masih saja tersulut emosinya.
"Lalu?" Max mengabaikan Ken.
"Dia menembakkan sesuatu padaku, lebih tepatnya pada kaca depan mobil, lalu muncul sebuah hologram yang berisikan tulisan ..." Aaron menjeda ucapannya, kemudian ia menghela napas berat.
Sang pendengar hanya menunggu penasaran.
"Berikan hal BERHARGA yang masih menjadi misteri padaku dan aku akan mengembalikan hal BERHARGA di istanamu ... begitu isi pesannya," Aaron menyelesaikan ucapannya.
"Hal berharga yang masih menjadi misteri? Apa maksudnya?" tanya Max dengan kerutan di dahinya.
"Entah, tapi aku ingat ayahku pernah bercerita dulu bahwa pemimpin mereka memiliki sesuatu yang berharga itu namun mereka tidak mengetahui apa yang tersembunyi di dalamnya."
"Apa mungkin yang mereka cari adalah hal yang disembunyikan oleh pemimpin kita terdahulu?" Ken menimpali.
"Menurutku ada benarnya. Tapi, yang menjadi masalahnya adalah ayahmu saja tidak mengetahui hal apakah itu, lantas bagaimana dengan kita?" ujar Max.
"Rasanya kita seperti orang bodoh di dalam organisasi besar," decak Ken.
Aaron hanya terdiam tanpa ekspresi. Namun, di sisi lain dia juga terlihat sedang berpikir keras.
"Apa yang kau pikirkan, A?" tanya Max yang langsung duduk tegak.
"Kita melupakan satu hal."
"Apa?"
"Kalimat terakhir yang mengatakan mereka akan mengembalikan hal berharga dalam istanaku."
"Mengembalikan?" gumam Ken, "shit! Berarti mereka sudah mengambil sesuatu milikmu, A," lanjut Ken keras.
"Ya, kau benar, sesuatu apa yang berharga bagi kau A?" Max mulai berspekulasi dalam pikirannya, Aaron tidak terlalu membanggakan atas kekayaannya, menjadi pemimpin organisasi juga bukan hal yang sangat istimewa bagi Aaron.
"Apa mungkin--"
Ddrrrtt
Ddrrrtt
Belum selesai Aaron berbicara, deringan keras dari ponsel Aaron mengganggunya.
"Hallo, Tuan. Maaf saya mengganggu waktu Anda, ada hal penting yang ingin saya tanyakan ..." ucap seseorang tanpa basa-basi di seberang sana yang tak lain adalah Lisa, suaranya terdengar gugup.
"Bicaralah."
"Apa benar Tuan memerintahkan seseorang untuk membawa Nona Lara kepada Tuan?" tanyanya harap-harap cemas.
Aaron sedikit terkejut namun ia kembali menormalkan raut wajahnya.
"Tidak."
"Oh astaga! Be-benarkah?"
"Ya."
"Tu-tuan, maafkan saya dengan mu-mudahnya menuruti mereka untuk membawa nona," ucap Lisa dengan suara yang sudah bergetar menahan tangis dan takut akan murka sang tuan.
Satu kesimpulan dari apa yang Aaron tangkap adalah Lara dibawa tanpa seizinnya, ya, diculik.
Aaron sudah mengepalkan tangannya erat. Raut wajahnya berubah seakan-akan ingin melahap siapa saja yang menjadi musuhnya. Sorot membunuh bisa sewaktu-waktu menembus semuanya kapan saja.
Ia memutuskan sambungannya sepihak. Lantas ia membuka alat canggih miliknya dan jari tangannya segera mengulik layar itu dengan cermat.
"Sial!" umpatnya keras.
Ya, ia melihat cctv di mansion-nya yang sudah tersambung pada alat bernama eagle eye itu. Dua orang telah membawa Lara keluar dari istananya dengan mobil range rover hitam.
Max dan Ken hanya saling melirik tak tahu.
"Ada apa?" Max memilih untuk bertanya.
"Lara diculik."
"Shit! Apa mungkin hal berharga yang mereka maksud adalah ..." jeda Ken.
"Lara," sambung Aaron geram.
"Apa yang mereka inginkan sehingga mereka melibatkan Lara yang tidak tahu apa-apa, mereka sungguh membuatku naik pitam!" Ken sudah berdiri dalam duduknya.
"Lebih baik sekarang kau perintahkan pengawal kita untuk segera mengejar para bedebah itu," ujar Max ikut terbangun.
Aaron yang sedari tadi memang sudah mengaktifkan tombol darurat pada eagle eye yang langsung terhubung pada pengawalnya bergegas berjalan menuju garasi, diikuti dengan dua sahabatnya.
"Motor."
Mereka mengangguk patuh.
Brum
Brum
Deru motor terdengar mereka terlihat gagah dalam balutan jaket hitam dan memakai helm fullface. Mereka langsung menancapkan gasnya dengan kecepatan di atas batas normal.
"Kau sudah tahu posisi Lara di mana, A?"
"Ya, follow me."
⚫⚫⚫
Sebuah lahan kosong yang luas di tengah hutan dengan berdiri satu bangunan yang sedikit kumuh terlihat dari luar, di sinilah tempat penyekapan Lara.
Para pria berbadan besar menyambut kedatangan mereka dengan seringaian tajam, apalagi setelah melihat tubuh mulus Lara yang terkulai lemah.
"Apakah pesta akan segera dimulai?" sambutan awal dari sang penjaga pintu.
"Ya, dan persiapkan diri kalian," ucap sang pembopong tubuh Lara.
Mereka tertawa menyeramkan setelah melihat mangsanya dibawa ke dalam sarang buas.
Rumah itu berlantai dua. Di atas sana ada sebuah kamar yang hanya memiliki satu ranjang tidak terlalu besar. Lara dibawa ke kamar dan tubuhnya diikat di atas ranjang tak bertuan itu.
Lara ditinggal seorang diri. Kesadarannya belum pulih. Sepertinya apa yang mereka tembakkan memiliki efek yang besar.
Tap tap tap
Langkah tegas seorang pria terdengar menghampiri pintu kamar yang di tempati sosok cantik itu.
Seseorang itu semakin mendekat dan melihat Lara dengan tatapan layaknya ingin melahap santapan lezat yang sudah terhidang di atas kasur.
"Kau terlihat nikmat apalagi jika aku benar-benar menikmatimu," ucapnya dengan diiringi tawa.
Ia membungkuk dan menelusuri setiap jengkal wajah Lara dengan tangannya, lalu ia mengendus aroma tubuh Lara.
"Wow, menggiurkan. Tapi aku harus lebih bersabar untuk mencicipimu. Sampai jumpa sweetie pie."
Ia menatap sebentar mangsanya dengan senyuman mengerikan dan segera meninggalkan Lara.
⚫⚫⚫
TBC
Kuy pantengin terus ceritaku ya!
Xoxo, L
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundo P (On Going)
General FictionSatu hari kelam mengubah segalanya. Rentetan peristiwa menuntun terungkapnya rahasia dan jati diri. ⚫⚫⚫ [Sneak Peek] "Who the hell are you?" "Kau harus mengenalku terlebih dahulu." "Cih, apa yang kau inginkan?" "Aku ingin kau." ... "Tubuhmu." ... "M...