Sama seperti pagi biasanya, aku terbangun dalam sebuah dorm apartemen yang kutinggali seorang diri selama di Jepang. Aku menerima program pertukaran pelajar yang sering kali di adakan di universitasku di Korea yakni Kyunghee University.
Sebenarnya ada banyak sekali pilihan negara untuk kami para mahasiswa, tapi aku menjatuhkan pilihanku di Jepang lebih tepatnya aku tertarik untuk lebih mendalami dunia film di Jepang. Selama ini banyak sekali orang bahkan dari pihak managementku Woollim Entertainment untuk mengerjakan MV (music video) dari para artis agensi untuk debut Jepang mereka, karena aku tidak tau bagaimana style yang disukai oleh orang - orang Jepang sendiri dan aku tidak mau disalahkan dalam kegagalan proyek debut para anggota boy atau girlgroup yang ingin melakukan debut Jepang.
Ada hal yang membuatku memilih untuk pergi ke Osaka University, yakni mereka yang memiliki prody sastra Indonesia. Entah kenapa aku merasa tertarik untuk bisa berada di universitas itu. Aku bertemu dengan salah satu teman bernama Akihiro Sugisono, dia anak yang ceria dan juga konyol dia mengambil jurusan sastra Indonesia kami saling mengajari bahasa satu sama lain. Aku mengajarinya bagaimana bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sedangkan dia mengajariku bahasa Jepang. Sebenarnya tidak usah diajari aku sudah bisa tapi dari hal yang seperti ini aku bisa menemukan banyak sekali cerita yang bisa menjadi bahan atau contentku setiap saat.
Pagi ini memang aku berencana untuk pergi keluar bersama Sono, mumpung hari ini cuaca sedang bagus, musim panas di Jepang itu beda sama Korea. Kalok Korea meskipun panas tapi masih ada suasana dingin kalok di Jepang sama aja kayak di Indonesia.
Aku sudah banyak berkemas sejak semalam, hanya tinggal Sono menjemputku dan aku siap berangkat. Hingga suara pesan ponselku berbunyi.
"Hey tuan puteri Solo! Cepatlah keluar aku sudah berada di lobby depan apartemenmu!"
Begitulah isi pesan dari pemilik nama Akihiro Sugisono, aku berlari keluar apartemen dengan menggunakan baju atasan kaos seperti biasa dan celana jins trenddy saat ini jangan lupakan blazzer penunjang penampilan dan juga tas sligbag.
"Kau sudah menunggu lama?" tanyaku pada Sono yang sedang berlindung dari sengatan matahari pagi dalam sebuat pohon besar yang ada di halaman apartemen.
"Tidak juga, apa kau berlari? Hahaha aku hanya bercanda tadi di pesan" jelasnya sambil tertawa.
" ayookkk kita akan pergi kemana sekarang?" tanyaku pada Sono yang bersemangat untuk menelusuri Osaka, sebenarnya bukan hanya Osaka saja tapi kami sudah banyak pergi ke Osaka dan juga Tokyo.
"Ayoookkk jalan aku yakin kau akan menyukainya" katanyabyang langsung menyeret tanganku, aky hanya mengarahkan kamera yabg aku gunakan untuk merekam perjalanan kami ini saja menuju perjalanan kami.
Aku memang selalu melakukan ini denagn alasan siapa tahu yang aku teakm ini bisa aku gunakan sebagai sebuah content itu saja. Berakhirlah kami di sebuah warney dekat dengan apartemenku dan juga rumahnya.
"Apa maksudmu ini?" tanyaku ketika melihat edaran online soal tata cara menjadi seorang penerjemah sekaligus voluntir untuk acara olimpiade Jepang.
"Ayoolah kau maukan melakukannya bersamaku, ini adalah sebuah kesempatan untukku siapa aku bisa menjadi penerjemah handal untuk Indonesia dan Jepang, tapi aku tidak mau berada disana sendiri" jelasnya yang membuatku melongo seketika.
" Sono aku tidak bisa begitu saja utuskan untuk mengikuti ajang ini, aku tahu bukan jika pekerjaanku bisa mengganggu jalanan acara ini? " krluhku yang diangguki antap.
" justru itu mari mencoba, aku yakin semuanya akan baik - baik saja, lagi pula ini akan menjadi pengalaman terbaik aku jamin!" kata Sono bersemangat.
"baiklah karena aku baik hati aku akan mengikuti ajang ini jika aku gagal aku tidak akan kembali mencobanya.." kataku yang langsung mengisi sebuah forum online berisi data diri sebagai calon volunter olimpiade Jepang yang akan diadakan tahun depan.
Setelah mendaftar aku fikir aku tidak akan lolos sama seperti Sono sayang. Harapanku tidak lolos bahkan saat masa pertukaran pelajarku hampir habis aku malah masuk secara eksklusif langsung ke tahap wawancara, sedangkan Sono melalui banyak step walaupun dia juga lolos da masuk kedalam tahap wawancara.
Saat wawancara entah bagaimana banyak orang yang mengenaliku dengan baik, semuanya merasa aneh dengan kedatanganku pada seleksi yang hampir dihadiri oleh 1000 peserta dan aku mendapatkan nomer urut 1. Aku hanya diwawancara untuk bahasa yang aku kuasai oleh para diploma dari berbagai bahasa, dan sempat diminta untuk menjadi penerjemah Jerman, Spanyol, dan juga Hongkong, pada saat terakhir aku diawancara oleh diploma drai Indonesia yang kaget melihatku.
"loh .. sebentar .. sek .. sek .. bukanne iki Nabilla yo iku lo penulis buku Life Without Dead? Iyoo tho sek – sek mbak iki lak pernah tinggal ndek Indonesia, sek tak liate sek reviewne .." kata bapak tersebut yang mengenaliku, aku hanya tersenyum cerah mendengar bapak ini berbicara.
"loh mbak e malah sek jadi warga negara Indonesia wes, mbak jadi penerjemah Indonesia aja, mbak e bisa bahasa jepang lancar tok? Iyoe disini wes tertulis berbagai tes hingga level tinggi bahkan menang juara debat nonnativ.." tambah bapak yang aku tidak ketahui namanya ini yang terus berbicara hingga tidak memberikanku jeda untuk berbicara.
"jadi piye mbak?" tanya bapak itu kemudian yang kubalas dengan alis terangkatku.
"boleh deh pak tapi saya boleh milih?" tanyaku pada bapak itu.
"untuk cabornya mbak boleh milih, oiya nama saya Harianto panggil aja saya Anto, saya suka banget baca bukunya mbak Nabilla bahkan ngoleksi semuanya baik yang versi Indonesia sama Jepangnya. .." kata bapak Anto aku hanya tersenyum maklum.
"iya pak nanti kalo ada temen saya yang namanya Akihiro Sugisono, saya ditepatkan satu tim aja di cabor Badminton bisa?" kataku yang disambut gembira oleh pak Anto yang begitu saya langsung mengangguk setuju dan memintaku memberikannya tanda tanganku. Aku memberikannya dengan catatan untuk ulang tahun putri semata wayangnya.
Aku keluar ruangan dan Sono ada didepan pintu, dia bertanya bagaimana hasilnya dan aku mengangguk, sebagai tanda oke semua beres, aku hanya duduk kembali ketepatku. Sebenarnya aku bisa pulag tapi aku menunggu Sono selesai melakukan interviewenya. Sono sendiri mendapatkan nomor urut 20 dan itu cukup lama sedangkan kami harus memasuki ruangan satu - persatu.
Banyak orang yang melihatku dan juga Sono tapi aku hanya diam saja, aku sedikit takut untuk berkenalan dengan banyak orang apalagi ditempat atau situasi seperti ini, Sono mengenalkanku pada seorang yang bernama Dyah Ayu dia juga orang Indonesia yang bekerja di Jepang. Aku sedikit banyak berbicara dengannya dengan menggunakan aksen Jawa karena Dyah sendiri orang Surabaya sambil menunggu Sono selesai.
Setelah Sono selesai melakukan wawancaranya akhirnya akmi memutuskan untuk menunggu Dyah sekalian untuk makan siang bersama.
"jadi kau ditempatkan dimana?" tanyaku pada Sono
"sama dengamu di badminton, tapi not bad banyak athlete badminton yang aku tahu seperti Susi Susanti lalu ada juga Taufik Hidayat.." jawab Sono yang membuatku mengerutkan dahi.
"kau bodoh atau bagaimana? Itu pemain bulu tangkis tahun berapa? Kau bercanda" kataku dan sono tertawa keras setelah mendengar jawabanku.
Dyah telah menyelesaikan tahap wawancaranya dan dia diterima untuk menjadi penerjemah cabor Karate, kami memutuskan untuk makan siang bersama lalu kembali kerumah masing – masing.
TBC
Selamat menikmati, cerita Kevin dan Nabilla yang penuh dengan konflik akhirnya dibuka semoga suka ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention (√) Complete
Fanfictionbagaimana bisa athlete badminton Men Double yang di puja - puja dunia alias rangking 1 dunia bisa memiliki hubungan rumit dengan seorang penulis bukan hanya penulis tapi julukan Ratu di dunia entertaiment korea