Hari ini kebahagiaanku berlipat ganda, bagaimana tidak Kevin berhasil mendapatkan juara olimpiade. Dia berhasil mendapatkan emas seperti yang dia inginkan dan cita – citakan. Aku perhatikan Kevin juga masih mengenakan gelang pemberianku dipergelangan tangan kanannya.
Setelah pertandingan aku tidak tahu siapa yang dia cari, dia tampak mengelilingi semua area penonton hingga mata kami saling bertatapan. Dia berjalan menuju ke arahku, aku disuruh Polli Unni untuk segera menghampirinya. Sayang sekali memang grup putri harus berpuas diri dengan mendapatkan Perak.
Aku selalu mengatakan kata – kata penyemangat yang biasa aku lakukan ke Woojin jika dia menyelesaikan konsernya. Tampaknya itu berpengaruh sangat besar kepada Kevin sendiri. Hingga aku mendengar kata – kata dimana dia mencintaiku. Aku sempat tidak percaya.
Saat ini aku dikamar bersama Poli dan juga Apri unni yang sedang memainkan ponsel mereka masing – masing termasuk aku yang sedang melihat penayangan berita soal wawancara Kevin yang dimana dia banyak ditanya soal hubungannya denganku.
Q : pertanyaan ini sedikit melencejg, tapi bisakah anda jelaskan bagaimana hubungan anda dengan Nabilla saat ini?
K: hubungan saya dengan Nabilla masih baik – baik saja, saya juga gak mau menutupi apapun dari media juga, soal hubungan saya dengan dia memang kami masih menjalani masa perkenalan dulu dengan baik, masih mencoba untuk lebih mengenal satu sama lain dengan baik dulu.
Q: bagaimana dengan perempuan yang waktu lalu dihubungkan dengan anda?
K : dia hanya teman biasa saja tidak lebih..
"dek ada Kevin tuh didepan" kata Poli Unni, aku segera marapikan Hoodieku dan rambutku yang berantakan menguncirnya menjadi satu.
"ada apa mas Kevin?" tanyaku padanya yang duduk di sofa ruang tamu asrama.
"keluar dulu yuk cari apa gitu sebelum makan malem seluruh athlete" ajak Kevin, aku melihat jam sebentar lalau mengangguk dan mengambil hp dan juga tas slingbag.
"gak mau ganti dulu?" tanya Kevin heran.
"enggak males" jawabku.
"sukanya sama baju gini yaa.. kayaknya dari kemaren – kemaren bajunya gini semua.." tanya Kevin. Aku hanya tertawa keras.
"suka aja, gak ribet .." kataku Kevin hanya mengelus kepalaku gemas, aku dan Kevin tinggi badannya beda jauh aku yang cuman 153 sedangkan dia 170. Aku masih diantara pundaknya Kevin.
Kami berdua akhirnya berjalan ke daerah Shibuya, mecari oleh – oleh. Saat kami berdua berjalanpun kami tidak lepas dari pandangan orang – orang yang bejalan di daerah ini yang selalu padat penduduk. Kevin selalu memegang tangaku dengan erat, tidak lupa sesekali tangan ku dibawa untuk diciumnya. Aku hanya bisa tersenyum saja.
"aku gak tahu mau gimana ngomongnya sama kamu Bil.." kata Kevin saat kami berjalan menyeberang.
"hmm? Maksudnya gimana?" tanyaku maish bingung dengan semuanya.
"mau mencoba jalan bareng?" tanya Kevin lagi yang membuatku berfikir.
Aku tidak segera menjawab pertanyaannya, kami hanya lanjut berjalan dari toko satu ke toko yang lain, aku hanya membeli banyak oleh – oleh untuk The Crew teman dan juga keluargaku dalam merintis karir dari nol. Mereka juga punya andil sangat besar dalam kehidupanku.
Saat kami akan menuju restoran yang menjadi tempat kami makan bersama dengan yang lain, tiba – tiba saja aku terbayang dengan perkataan Kevin tadi selama kami dijalan sebelum memasuki banyak toko.
"aku mau mas, ayo jalani semua ini bareng - bareng" kataku yang membuatnya langsung menoleh.
"kamu mau? Sungguh?" tanyanya masih tak percaya.
"semoga tuhan selalu memberkati kita ya mas! Aku mau kita bisa membawa hubungan ini menjadi lebih positif lagi untuk kita masing – masing dan bisa sampai ke pelaminan .. aku hanya ingin kau menjadi pelabuhan terakhirku .." jelasku yang langsung mendapat pelukan dan ciuman dahi bertubi – tubi dari Kevin ditengah jalan raya dan banyak orang yang mengabadikan moment kami.
" untuk kedepannya ayo berjalan di jalan bunga bersama – sama " tambahku lagi yang membuatnya mengangguk semangat.
Akhirnya kami berjalan menuju restoran dengan hati yang hangat dan membuncah. Aku dan juga Kevin memilih tempat duduk yang strategis. Ditengah – tenagh ruangan. Kami semua berkumpul untuk merayakan kemenangan grup badminton Indonesia.
Tiba – tiba saja layar tv yang tadinya gelap berubah menjadi banyak sekali pesan video dari teman dekatku yang mengucapkan rasa syukur mereka bisa mengenalku dengan baik. The Crew, Yerim unni si G-Boy Korea, lalu ada Yena Unni pemain badminton Korea, Lee Young Dae oppa, Park Woojin, Wanna One, lalu keluarga Woollim entertaiment, manajerku, lalu Donhee dan Conhee Samchonduel (paman), dan terakhir film yang berdurasi selama 4 hingga 5 menitan dimana disana ada dua gambar yang dipisah yang menggambarkan kegiatan kami masing – masing selama kami saling berjauhan.
Aku tidak bisa membendung air mataku, bagaimana aku bisa tidak merindukan sahabat tersayangku ini sejak lama. Ku fikir dia akan menunjukkan sebuah pesan Video, tapi ternyata tidak. Kevin sendiri yang melihatku menangis hanya bisa membantuku menghapus air mataku yang banyak menetes dipipiku, dan berkata sudah jangan cengeng.
"aku baru tahu kau cengeng .. sama sepertiku jika aku menerima kekalahan." Katanya lagi, aku hanya tersenyum.
Tidak lama aku mendengar suara seorang perempuan yang bernyanyi lagu selamat ulang tahun. Aku mengenal betul bagaimana suara ini bernyanyi, segera kutolehkan kepalaku dan betapa terkejutnya aku. Ada Afrina dibelakangku sedang membawa kue dan lilin diatasnya yang masih menyala.
Semua yang ada di ruangan itu terfokus pada kami, kami saling bertukar kabar dan endingnya kami saling berpelukan dengan erat. Aku masih menangis sesenggukan, tidak menyangka dia akan datang kemari dari Inggris.
"atutuu .. kenapa kau menangis nak?" tanya Afrina yang masih memelukku.
"huaahh hiks .. hiks ... elo jahat! Gak bisa dihubungi seminggu ini, gak ngasih pesan video disana gue kira lo lupa, nyatanya elu malah disini" omelku yang masih sesenggukan.
"maaf deh .. idenya mas Hansol" katanya.
Tiba – tiba salah satu athlete yang aku kenal sebagai teman sekamar Kevin kemana – mana ternayta menghampiri kami. Aku sedikit kebingungan dengan hubungan yang dibuat Afrina dan juga Rian, aku hampir tidak pernah mendengar cerita Afrina yang sedang dekat dengan lelaki manapun. Hingga dia menjelaskan jika dia anak dari seorang pasien ibu – ibu yang waktu itu kita tolong sewaktu aku berlibur ke Jogja.
Jadi anaknya ibu itu Rian Ardianto yang ini, keren juga ibu itu pikirku. Hingga suara Afrina yang membisikkan sesuatu kepadaku.
"aku dimintak ibunya mas Rian buat jadi mantunya" bisisknya ditelingaku sebelum dia aku izin kembali menuju hotelnya saat kami cipika – cipiki ala – ala emak komplek.
Aku mengangguk dan berkata akan menghubunginya lewat ponsel. Acara makan malam tim berubah menjadi ajang party ulang tahunku, manajerku yang datang membawa banyak sekali buku terbaruku untuk dibagian kepara athlete.
Mereka semua berbondong – bondong meminta tanda tanganku. Aku sudah tidak bisa berkonsentrasi dengan ini semua, bahkan Kevin saja sudah aku tidak hiraukan lagi. Saat dikamarpun aku hanya bercerita panjang lebar dengan Afrina apa yang sedang aku alami selama dia tak menguhubungiku. Dari huruf A hingga Z, dia juga melihat pemberitaannya.
Hingga aku teringat jika aku masih menyimpan File kecelakan ibunya mas Rian, akhirnya aku mengerjakan editan video itu satu persatu hingga menujukkan pukul 2 dini hari, akhirya aku memasukkannya pada Ipad aku harus memberikannya pada mas Kevin besok biar diberikan kepada Rian.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention (√) Complete
Fanficbagaimana bisa athlete badminton Men Double yang di puja - puja dunia alias rangking 1 dunia bisa memiliki hubungan rumit dengan seorang penulis bukan hanya penulis tapi julukan Ratu di dunia entertaiment korea