Hujan pertama di musim gugur, musim yang akan datang besok berarti akan menjadi bulan ke empat sejak gue dan juga Kevin memutuskan untuk kembali bersama. Tidak ada yang spesial dari hubungan kami. Komunikasi kami juga masih lancar dan terus berlanjut, hubungan kami juga berkembang menjadi lebih positif.
Seperti yang saat ini kita lakukan, di sela – sela kesibukan kami, kami akan melakukan panggilan video sebagai ungkapan rasa rindu yang menumpuk. Gue sendiri gak pernah kepikiran buat gelakuin panggilan video karena menurut gue kurang efektif aja. Jadi selama gue pacaran sama Kevin setahun itu yang gue lakuin cuman panggilan biasa dan juga chat doang.
"lagi dimana kamu Bear?" tanya Kevin yang memiliki panggilan baru untukku.
"Dimana? Masih dirumah sweet, mau ke agensi ada hal yang mau diurus tapi masih nunggu Hansol Oppa jemput dulu." Jelas gue ke Kevin yang katanya lagi ada di paris buat pertandingan Freanch Open super 750.
"hmm gitu okeeyyy jangan deket – deket sama Bomin okey!" peringatnya yang gue bales dengan gelengan.
"gak janji ya hari ini mau pemilihan lagu utama buat comeback Golcha untuk dua bulan lagi." Kataku lagi yang sukses bikin dia manyun, jadi dia udah tahu semua gimana kerjaku dan bekerja dengan siapa gue ini dikantor.
"yaudah deh terserah! Tapi shooting nanti sama Woojin kan?" tanya Kevin lagi yang segera kuangguki.
"tentu saja aku tidak akan datang jika tidak ada Woojin" kataku meyakinkannya.
"oke oke .. se you bye love!" katanya aku membalasnya dengan kata – kata cinta pula, lalu Kevin akan memutuskan sabungan telpnya.
Hujan diluar sana semakin deras, gua sendiri gak yakin bakal bisa ke agensi sekarang. Akhirnya gua memilih untuk keluar kamar menuju ke ruang keluarga yang letaknya sebelah tangga yang menghubunkan dengan ruang lantai basement area milik Bang Yusuf dan juga mas Arif.
Gue sendiri memilih buat pergi keruang keluarga, setelah gue bikin secangkir coklat panas, ruang keluarga gue cuman satu yang langsung terhubung dengan pintu kaca lebar dan besar yang multi fungsi, bisa digunakan sebagai jendela sekaligus pintu yang langsung menghubungkan dengan pemandangan halaman belakang rumah. Halamannya masih sangat luas hampir seperti lapangan golf.
"apa yang kau pikirkan?" tanya seorang laki – laki yang mengejutkan gue, ya emang dari tadi gue ngelamun.
"Oppa .. duduklah aku akan membuatkan kopi kesukaanmu.." kataku pada Woojin.
"tidak perlu, aku tidak membutuhkan kopi saat ini, aku sudah menghabiskan Ice Americano dua cup tadi." Jelas Woojin yang langsung mengambil tempat duduk di sebelahku sesaat sebelumya dia membuka lebar pintu kaca.
Woojin menyalakan Tv dan mengganti banyak saluran televisi yang dia inginkan.
"baiklah ayo lihat bagaimana Park Woojin yang tampan bisa ada di televisi dengan banyak fans yang menggelitir." Pujinya pada diri sendiri aku hanya mengangkat alisku.
"jangan seperti itu jika melihatku, bisa – bisa kau berubah menjadi Woonigizer." Kata Woojin yang menyebutkan nama Fansclubnya.
"apa yang ingin kau bicarakan denganku? Hmm?" kataku yang langsung membuka sebuah topik pembicaraan.
Akan menjadi sesuatu hal yang tidak biasa jika melihat Woojin yang tiba – tiba saja turun dari area kekuasaanya di lantai atas yang penuh sekali dengan dunianya soal game dan juga permainan yang menjadi koleksi – koleksinya.
"apa kau bahagia?" tanya Woojin yang makin membuatku heran.
"why?" tanyaku seketika, kulihat dia menampilkan senyum tipisnya.
"kapan aku bisa mengantarmu pergi ke altar? Apa aku atau ayahku yang akan melakukannya?" kata Woojin bermonolog, sedangkan aku hanya diam dan fokus mataku terpaku pada sebuah acara di Tv yang menampilkan kita berdua yang berada di Idol Room.
"apa kau mengalami masalah?" tanyaku lagi. Kulihat dari ekor mataku jika Woojin menggelang dengan sangat keras.
"tidak ada, hanya saja aku merasa akan kehilanganmu itu saja .." kata Woojin menjeda kalimatnya.
"sebentar lagi kau pasti akan memilih menikah dengan Kevin bukan? Bukankah dia akan menjadi pilihan terbaikmu saat ini? Aku merasa iri sekali denganmu bisa menjalin hubungan dengan cara yang bebas sedangkan aku harus mempertimbangkan banyak hal dengan pekerjaanku.." keluh Woojin yang bisa gue lihat sedikit ada kekawatiran yang sedang dirasakannya.
"apa .. kau bisa mencium bau tanah yang baru saja tersiram oleh air hujan?" tanyaku tiba – tiba.
"hmm tentu saja aku bisa menciumnya" balasnya yang membuatku tersenyum simpul.
"kau tahu? Jika semua hal yang sulit dan juga rasa putus asamu bisa terhapuskan oleh air hujan! Percayalah semua akan baik – baik saja, tidak ada pengaruh sama sekali jika aku nantinya akan menikah dengan Kevin atau tidak aku akan selalu ada berada di sampingmu .. kau tahu bukan jika aku adalah adikmu yang terbaik?" kataku sambil tersenyum pepsoden.
"ya kau yang terbaik ... sungguh .." katanya sambil berkaca – kaca.
"terimakasih sudah hadir dalam kehidupan keluarga kami, terimakasih banyak atas segala semua yang kau lakukan untukku .. aku masih belum memikirkan bagaimana aku bisa membayar semua kebaikan yang sudah kau berikan kepadaku?" kata Woojin yang membuatku melihat ke arah jendela pintu yang terbuka, gue sendiri bisa lihat bagaimana hujan semakin deras.
"berbahagialah adikku .. " kata Woojin dalam lirihnya yang hampir saja seperti bisikkan.
"tentu, bahagia ada karena dicari. Kau juga harus mencari kebahagiaanmu.. dengan begitu kita bisa berbahagia bersama – sama.." kataku padanya.
"akan sangat lucu bukan jika aku dan kau memiliki seorang anak – anak kecil dan berlari disana lapangan hijau sana .." kata Woojin yang membayangkan jika kami suatu saat memiliki seorang anak yang bisa berlarian di halaman belakang rumah.
"jadi bagaimana kontrakmu?" tanyaku seketika yang membuatnya terdiam.
"apa aku akan sangat egois jika meninggalkan grup?" tanya Woojin kembali.
"mungkin menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya mungkin akan jauh lebih baik .." saranku yang membuatnya memandang jauh.
"oh benarkah?" tanya Woojin yang masih terlihat ragu.
"hmm .. kau harus menjadi dirimu sendiri jika ingin bahagia." Kataku lagi sambil meminum coklat yang tadi kuseduh.
"ya kau memang benar .. ngomong – ngomong kapan Kevin akan datang kemari?" tanya Woojin.
"aku tidak tahu tidak mungkin dalam waktu dekat pastinya dia tidak ada turnamen di Korea." Jelasku yang membuatnya manggut – manggut.
Kami menghabiskan waktu berdua cukup lama dengan membicarakan banyak hal, mulai dari masalah pekerjaan, pasangan lebih ke gue sama Kevin sih mah kalo ini, terus ngomongin si Naeun sama Ajun. Hingga panggilan manager yang mengintrupsi kegiatan kami, sungguh disayangkan gue terus terang gak ada waktu buat nyantai bareng sama Woojin, kalo pun ada waktu luang kita pasti milih buat nyenengin diri sendiri dulu kayak gue yang langsung telp sama Kevin atau Afrina, sedangkan Woojin pasti bakal langsung milih buat bergulat sama gamenya, bahkan Kevin sendiri diracuni sama dia buat beli alat – alat game kayak dia. Pada akhirnya gue menikmati hujan pertama dimusim gugur ini dengan bersantai dengan Woojin, sepupu terbaik sepanjang masa.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention (√) Complete
Fanfictionbagaimana bisa athlete badminton Men Double yang di puja - puja dunia alias rangking 1 dunia bisa memiliki hubungan rumit dengan seorang penulis bukan hanya penulis tapi julukan Ratu di dunia entertaiment korea