Pada akhirnya aku tidak bisa menemui Woojin karena kesibukkan yang sedang melandaku, bagaimana tidak aku harus menerjemahkan banyak hal seharian, lalu dimalam hari aku tertidur sangking capeknya lari kesana – kesini. Dipanggil sana – sini buat menerjemahkan mereka.
Akhirnya Woojin sendiri yang menjemputku di asrama. Aku hanya memakai Hoodie oversize dan celana training yang sepasang dengan hoodienya. Aku sama sekali tidak menggunakan bedak apapun dan juga aku lupa menyisir rambutku sendiri yang panjang. Jadilah aku menggunakan tudung hoodie untuk menutupi rambutku yang berantakan.
Aku berjalan sendiri diantara lorong lantai empat untuk menuju ke lift, saat keluar dari lift aku dikejutkan dengan Kevin yang sedang asik berbincang ramah dengan athlete badminton perempuan dari Jepang aku tidak tahu siapa namanya. Aku hanya berjalan lurus tanpa memandang Kevin dan menghampiri Woojin yang sedang sibuk bermain ponselnya.
"oppa .." sapaku.
Woojin segera merentangkan kedua tangannya tanda ingin berpelukan seperti teletubis. Aku berjalan kepelukannya, dan Woojin mengungkapkan hal gila ditelingaku.
"apa kau belum mandi? Rasanya aku seperti memeluk bunga bangkai!" katanya.
"jangan bercanda! YA! Kau sudah mengganggu waktu tidurku, sekarang cepat mau kemana? Aku hanya butuh kasurku kembali" keluhku dengan menggunakan bahasa Korea.
Woojin sendiri hanya tertawa keras, saat kami akan berjalan menuju tempat yang akan kami tuju untuk makan malam. Aku mendengar Kevin memanggilku dengan keras.
"NABILLA .." panggilnya aku menoleh kearahnya, dan ternyata dia masih bersama athlete perempuan itu.
"oh .. hai ada apa?" tanyaku sebiasa mungkin, sedangkan Woojin hanya memperhatikanku dan Kevin secara bergantian.
"bisakah aku ikut?" tanyanya.
Aku mengendikkan bahuku dan berbisik ke pada Woojin, soal Kevin yang tiba – tiba saja ingin ikut bersama.
"ajaklah jika aku merasa nyaman .. jika kau merasa tidak nyaman ya sudah jangan!" sarannya.
Kevin yang masih ditempat dan mewanti – wantiku, setelah Woojin berbicara dengan raut muka yang sedikit khawatir mungkin.
"baiklah ayoo" kataku pada akhirnya. Kulihat dia berpamitan dengan teman perempuannya itu setelah itu mereka berfoto bersama.
Aku berjalan terlebih dahulu bersama Woojin dan menggandeng tangan Woojin. Woojin hanya tertawa keras.
"sebegitu takutnya kau dengan manusia" ledeknya menggunakan bahasa Korea.
"diamlah aku sedang tidak ingin berdebat denganmu! Gunakan bahasa Indonesiamu dengan baik kali ini" kataku sinis. seperti yang kalian tahu jika Woojin mulai belajar bahasa Indonesia setelah kami memutuskan untuk tinggal bersama, rumah kami berlantai empat, aku dan Yusuf memakai lantai bawan tanah dan juga lantai satu sedangkan Woojin menggunakan lantai dua dan juga loteng atas.
Kevin sendiri berjalan disebelahku yang mensejajarkan langkah kami, pada akhirnya kami berakhir direstoran ramen didekat asrama. Kami bertiga duduk diruang VIP dari restoran ramen. Entah bagaimana aku bis aberakhir duduk disebelah Kevin dan Woojin duduk didepan Kevin.
"aku gak bisa makan banyak Jin, aku sudah makan tadi saat sebelum kau menelepon .. bisakah kita berbagi ramen saja?" tanyaku pada Woojin.
"sama aku aja Billa" sela Kevin sebelum Woojin menjawab permintaanku, aku melihat Kevin sebentar.
"gak papa?" tanyaku meyakinkan.
"lagi pula aku gak boleh makan banyak – banyak" balas Kevin, aku hanya mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention (√) Complete
Fanfictionbagaimana bisa athlete badminton Men Double yang di puja - puja dunia alias rangking 1 dunia bisa memiliki hubungan rumit dengan seorang penulis bukan hanya penulis tapi julukan Ratu di dunia entertaiment korea