Dalam dua bulan kedepan aku akan mempersiapkan diriku dan juga rekan satu timku untuk berlaga dalam kejuaraan dunia yakni Olimpiade Jepang, arena game olahraga tertinggi dunia. Apa targetku dalam Olimpiade sudah jelas bukan jika aku menginginkan kemenangan, sudah pasti aku menginginkan gelar juara disetiap pertandingan yang sedang aku lakukan.
Hanya saja aku sudah mulai jenuh dan juga bosan dalam melakukan ini semua, bukan berarti aku membenci dunia badminton, hanya saja aku sudah jenuh dengan segala sorotan dan juga beban yang selalu ada dipundakku dimanapun kami aku dan Koh Sinyo alias Marcus Gideon bertanding.
Aku bosan dengan segala kritikkan jika aku dan Marcus atau yang sering sekali disebut dengan sebutan Koh Sinyo melakukan kesalahan dan berakhir dengan kekalahan, aku juga lelah dengan segala gosip yang menerpaku aku sedang berhubungan dengan perempuan ini dan juga itu hingga menyebabkan kekasihku yang sudah menemaniku berjuang hilang kepercayaannya karena semua pemberitaan yang belum tentu kebenarannya.
Biasanya aku akan memiliki banyak mimpi jika aku usai menjuarai setiap gelar, namun berbeda beberapa gelar memang tahun ini sudah aku kantongi bersama dengan Koh Sinyo namun bedanya aku tidak memiliki banyak mimpi lagi. Aku sudah tidak ingin merangkai banyak tujuan, hidupku rasnaya begitu kosong. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa merasakan ini semuanya.
"Vin .. Vin ,, KEVINNNNNNN JANCUK" teriak seseorang ditengaku yang membuatku terjugkal dari kursi tempat dudukku.
"apaan sih lo Jar gak lucu bego .." kesalku yang setelah dikagetkan oleh Fajar.
"lo tuh yang dari tadi dipanggil gak nyaut – nyaut diem mulu .." sewot Fajar yang memebuatku menaikkan alis.
"apaa?" sewotku.
"tuh dipanggil coach kayaknya ada yang mau diomongin ama elu.. " ujar Fajar yang membuatku langsung berdiri dari tempatku terjungkal tadi.
Ternyata coach hanya memberitahukan jika latihanku dan juga Koh Sinyo akan diperketat lagi agar kami bisa membawa emas untuk Indonesia. Sebenarnya aku tidak masalah dengan semua ini toh aku juga sangat mencintai olahraga ini, yang bermula hanya sekedar suka saat memainkannya tapi sekarang justru malah menjadi sebuah pekerjaan tersendiri untukku.
Hanya saja aku sudah mulai jenuh dengan banyaknya sorotan dan juga berita miring tentangku, sungguh – sungguh menganggu. Apalagi jika wartawan wanita PBSI itu harus terus mengeroyokku dengan berbagai pertanyaan klarifikasi untuk bisa menjawab banyak sekali pertanyaan para pecinta bulutangkis Indonesia.
"kenape lu Pin? Badmood apa gimana?" tanya Koh Sinyo yang langsung mengambil tempat disebelahku seusai latihan.
"ya gitu deh Koh mulai capek, jenuh, bosen sama sorotan pengennya gue tenggelem aja ke laut.." keluhku yang membuatnya tertawa keras.
"mangkanya buruan cari pengganti lagi, biar gak banyak gosip miring soal lo sama cewek lain yang bentukannya kayak begitu semua.." saran Koh Sinyo yang hanya bisa kubalas dengan hembusan nafas kasar.
"bukannya gitu Koh ada gak yang kayak ci Agnes, yang sabar gitu bahkan harus punyak ekstra sabar sama gue .." kataku pada Koh Sinyo yang mengerutkan dahi tanda berfikir.
"mau gue kenalin ke temen cewek bini gue?" tanya Koh Sinyo yang langsung dengan tegas aku gelengkan kepalaku. Aku gak mau ya punya bini yang berprofesi sebagai dokter atau apapun yang banyak menyita waktu. Aku aja kerjanya udah menyita waktu apalagi dia ntar apajadinya rumah tangga kita ntar kalo udah nikah.
"gak deh makasih .." kataku Koh Sinyo hanya mengangguk paham.
"gue juga gak mau ganggu urusan pribadi lo juga sih Vin, terserah juga mau lo gimana kedepannya, gue sebagai partner dan juga kakak lo baik di lapagan juga luar lapangan cuman bisa semangatin elu .. jangan lupa berdoa juga semoga tuhan memberi jalan yang terbaik atas segala apa yang udah kita laluin.. nih lo mulai jarang ke gereja jadi begini deh.." nasehat Koh Sinyo yang bikin gue langsung sadar kalo gue terlalu disibukkan oleh kegiatan dunia sampek lupa sama tuhan.
Akhirnya setelah latihan gue memilih ke Gereja sendirian. Ge berdoa semoga dipertemukan dengan wanita terbaik yang memiliki banyak kelebihan yang bisa melengkapi. Setelah gue berdoa digereja gue memutuskan untuk pergi menyusul temen – temen PBSI yang lagi maka bareng di salah satu restoran ternama di Jakarta.
Saat sampai disana semuanya udah pada ngumpul, dengan meja mereka masing – masing. Aku langsung menuju meja yang ditempati oleh Koh Sinyo yang memang disana sudah ada pemain bulu tangkis yang lain speerti Jonatan Criestie, Ginting, Fajar dan juga Jombang yang dari tadi kulihat dari arah aku masuk hanya diam saja.
"nih dia nih Milyadernya dateng .. abis dari mana lo? Jalan ya?" tanya Fajar yang hanya kubalas dengan senyuman miring.
"gak usah belagak sok mysterius gak cocok sama kelakuan lo inget .." tambah Fajar yang membuat satu meja tertawa keras.
"apaan sih lo garing tau gak! Tuh si Jombang ngapain ngelamun mulu kesambet kuntilanak baru tahu rasa loh!" ujarku yang langsung saja yang menjadi bahan ledekkanku jutek sengtengah mati.
"tau gak si Jombang barusan curhat soal cewek.." kata Koh Sinyo yang langsung diangguki semangat Ginting dan juga Jojo yang masih dengan senyum kalemnya.
"siapa? Jom kok lo gak cerita ke gue? jadi lo anggep gue apa selama ini yang duah sekamar ama lo sejak dari jaman sebelum negara api menyerang!!" kataku dengan intonasi yang kubuat – buat.
"gak usah lebai deh! Edan tenan koe kan wes tahu toh soal dokter cewek yang aku ceritain itu!" sinis Jom yang langsung kubalas dengan kata Oh doang sambil manggut – manggut.
"elo udah tahu Mpin?" tanya Fajar yang langsung kuangguki.
"udah dari lama.." kataku singkat yang langsung menyomot makanan yang ada di meja.
"kok lo gak cerita ama gue?" protes Fajar.
"berani berapa lo nyuruh gue cerita ke elu? Sini kalo lo berani beliin gue mobil langsung gue beberin semua busuknya Jombang!" kataku yang langsung dapet lemparan gelas dari Jombang alias Rian.
"SAKIT BODOH!!! Coach Jombang bikin saya cidera kepala.." aduku yang bikin Jombang malah makin mendekatiku saat akan bersiap lari dia sudah menjegalku.
"mampus loh .. jan macem – mecem ama Jombang ..." tawa Fajar yang sudah membehana.
"UHUKK .. UHUUKKK.."batuk Fajar.
"mampus – mampus setannya Roy Kiyosi muncul inilah contoh nyata KARMA UDAH TAU TEMENNYA SUSAH MALAH KETAWA!!" ujarku yang berdiri dan balik duduk ditempatku tadi.
"lo kadang suka gak ngaca juga ya?" tanya kalem Jombang yang awalnya aku mau masukin makanan ke mulut aku gak jadi dan saat itu juga meja tertawa terpingkal – pingkal.
"aduh perut gue kaku gila parahh" kata Jojo yang memegangi perutnya.
"Koh ini perutnya Jojo cidera katanya gara – gara liat Fajar bisulan" kataku yang mengadukan ke Coach, pecahlah tawa satu meja.
"aduh makin kaku perut gue . gila kalo Kevin dateng mah yahh gak jauh – jauh dari ketawa.. " komentar Ginting.
"yaudah jan ketawa .. yang nyuruh lo ketawa kan gak ada .." balasku yang langsung dapettempelangan dari Fajar.
"ya mangkanya lo dateng jangan bikin rusuh!" tutupnya.
Kami semuapun melanjutkan makan dan bercerita banyak hal, soal pertandingan, athlete dari negara lain, pola permainan mereka dan masih banyak lagi. Tinggal menghitung hari sudah aku akan segera berangkat ke Jepang untuk mengikuti turnaen kelas dunia.
TBC
Tolong semangatin saya ya teman dengan banyak dukungan wkwkwk
Soalnya aku dilanda males ngetik tapi masih banyak ide yang berseliweran...
Typo dimana - mana..See you next page
With love jungnim~
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention (√) Complete
Fanfictionbagaimana bisa athlete badminton Men Double yang di puja - puja dunia alias rangking 1 dunia bisa memiliki hubungan rumit dengan seorang penulis bukan hanya penulis tapi julukan Ratu di dunia entertaiment korea