Sesaat setelah kita semua makan siang, bukan makan siang sih ini mah makan sore gimana ga makan sore coba sekarang jam menunjukkan pukul lima sorea. Imel sendiri masih menyibukkan diri dengan ponselnya. Dia mengabadikan sebuah foto piring kosong dan mengirimkan sebuah pesen chat yang gue sendiri gak tau itu buat siapa.
"jadi .." kata gue menjeda obrolan kami tadi yang berusaha menyambung.
"apa yang pengen ditahu mas Kevin soal aku sama mbak Nabilla?" tanya dia yang masih mempertahankan poker facenya.
"semuanya" kata gue mantap.
"okee ..jangan ada yang menjeda ceritaku kalo begitu!" pintanya, dia terpejam sebentar sambil menarik nafas dalam – dalam yang bisa gue artikan jika dia bersaha mengurangi beban berat yang ada dalam dirinya.
"aku adik angkatnya mbak Nabilla, waktu itu aku diangkat setahun sebelum meninggalnya ibunya mbak Nabilla sama mbak Shalsa, aku asli orang Korea sebenarnya, waktu itu tempatku tinggal diguncang gempa yang berkekuatan dasyat memang, ayah dan juga ibu kandungku bahkan tidak terselamatkan. Waktu itu aku dibawa dinas sosial yang ada disana dan akan disalurkan ke sebuah panti asuhan. Ku fikir aku bisa memulai hidup baruku karena mereka membawaku ke Seoul tapi nyatanya semuanya diluar ekspetasiku. Aku dijual oleh pemilik panti ke seorang Madam pemilik bar, aku sempat ditahan disana cukup lama dan tidak diberi makan dengan layak, aku menolak dengan keras bagaimana mungkin aku akan dijadikan pelacur, ternyata panti itu memang sering sekali datang ketempat dimana ada bencana alam, lalu mereka akan mengumpulkan banyak anak – anak yang kehilangan orang tuanya lalu menjual mereka semua, yang laki – laki akan dijadikan mafia dan juga pengantar Narkoba, lalu yang perempuan akan dijual ke para Madam, sedangkan perempuan yang sekiranya tidak memuaskan para hati madam akan dijadikan pembantu. Aku kabur dari tempat terkutuk itu, dimana aku berlari di saat musim dingin tanpa sebuah alas kaki, dan aku tidak tahu dimana aku berada semuanya terasa asing karena bukan tempat dimana aku tinggal. Aku terus berlari mengindari kejaran para bandit itu hingga aku menemukan sebuah Rumah yang kelilingi tembok pagar tinggi, aku tidak tahu jika didalamnya ada sebuah rumah megah yang aku tahu itu ada pagar tinggi menjulang yang sedang akan dimasuki sebuah mobil, hingga aku berhasil masuk dan aku bertemu dengan kak Nabilla." Mendengar ceritanya gue agak sedikit miris gimana mungkin hal kayak gini menimpa dia, gue fikir hal kayak begini cuman ada di drama.
"ibu dari Kak Nabilla mulai tersentuh denganku, dimana dia melihat kakiku yang penuh dengan luka, karena berlari tidak menggunakan alas kaki sama sekali dan juga udara menunjukkan minus 10 derajat. Sampai akhirnya ibu mbak Nabilla memintaku untuk menjadi anaknya dan menjadi bagian dari keluarga mereka, dia sungguh baik hati bahkan disisa terakhir hidupanya, mbak Nabilla sendiri menerimaku sebagai adiknya dengan tangan terbuka lebar, pada awalnya aku tidak diterima oleh kakaknya mbak Nabilla yakni mbak Shalsa tapi setelah sekian lama dia mau menerimaku dengan tangan terbuka, kenapa mbak Nabilla merahasiakan ini dari semua orang karena memang proses naturalisasiku menjadi kewarga negaraan Indonesia masih belum selesai, dan kalau kau disuruhnya untuk mencariku berarti kau adalah orang yang paling berharga dalam hidupnya" ujar Imel yang mengejutkanku.
"oh! Benarkah?" kataku, Imel sendiri hanya mengangguk.
"tidak ada yang mengenalku kecuali mbak Afrina dan keluarga, bahkan teman yang dibilang sangat dekat dengan mbak Nabilla, mas Ryan sendiri tidak tahu jika mbak punya adik angkat yakni aku.. mbak Nabilla sengaja melakukan ini semua supaya aku tidak diganggu banyak media yang mengikutinya selama 24 jam dan juga agar para bandid itu melupakan wajah masa kecilku." Jelas Imel yang membuatku manggut – manggut.
"apakah Woojin juga mengenalmu?" tanyaku seketika.
"tentu saja sudah jelas dia tahu, bukankah dia keluarga paling dekat dengan mbak Nabilla?" tanya Imel.
"sorry gue lupa.." kata gue.
"jadi sekarang lo kelas berapa dek?" bukan gue yang nanya tapi Rian.
"kelas sepuluh mas Rian." Jawabnya yang masih menggunakan wajah poker face, jangan ditanya gimana dia cerita soal kehidupannya terdahulu dia juga menggunakan wajah poker face.
"aku ketoilet sebentar ya mas." Pamitnya yang segera gue angguki. Lalu dia pergi gitu aja kebelakang.
"gue gak nyangka, ternyata keluarganya Nabilla emang selain terkenal tajir tapi baik hati banget, liat aja Afrina langsung ada Imel yang diangkat keluarga mereka tanpa membedakan anak kandung dan anak angkat" komentar Rian seketika setelah mendengar bagaimana kisah Imel.
Ting!!!
From : My Fiance
Bilangin ke Kevin, gunain waktu sama Imel buat mendekatkan diri ke imel, dengan begitu Nabilla bakalan nerima dia dengan tangan terbuka. Imel juga yang nantinya akan menuntun Kevin agar bisa melamar dengan segera ke paman Nabilla atau ayahnya Woojin yang ada di Korea. Ayah Woojin yang akan mengantar Nabilla nantinya ke altar jadi semangatlah~
Aku sayang mas Jom yang ganteng juga~
Maaf ya aku sibuk, demi bisa pulang cepet ke Indo~
I Love You, Saranghae, Wo Ai Ni, Aishiteruyo~
To : Be My Wife
Okaaiiiii~
Lope you to!
"nih Vin baca chat dari Afrina buat elu" kata Rian sambil nunjukin isi pesan chat dari Afrina.
"gila aja sih Jom mesranya jangan ditunjukkin ke gue juga" protes gue ke Rian.
Gak lama Imel balik dari toilet, gue senyum aja kedia sebagai bentuk usaha gue biar bisa deket sama dia. Tapi dianya masih dengan wajah poker face.
"mas Kevin ini udah sore banget aku langsung pulang aja ya, lagi pula apartemenku ada di depan sini, jadi biar aku langsung aja ya" pamitnya.
"oiya dimana?" kata gue kaget yang tiba – tiba aja pamit minta pulang.
"itu gedung depan" katanya lagi yang bikin gue auto nengok kebelakang.
"lha sejak kapan disana ada gedung?" tanya gue polos.
"mata lo minta diculek kayaknya Pin!" komentar Rian yang bikin gue mendelik langsung sedangkan Fajar sama Koh Sinyo udah ketawa ngakak.
"ini mas nomer hpku, mulai besok jadwalnya mas kapan bisa buat belajar bahasa koreanya! Ayo waktunya gak banyak buat belajar bahasa Koreanya! Mbak Nabilla udah ada yang ngelamar soalnya.." jelas Imel yang masih menggunakan wajah poker face gue langsung dengan cepet nyatet omer hpnya.
Bahkan setelah selesai pun dia langsung pergi gitu aja, gak senyum gak apa poker face cuman bilang.
"mas pulang!" gitu doang.
"gila aja sih Mpin gue sendiri takut ama dia, kenapa dia gak banyak ekspresi gitu sih?" komentar Fajar yang gue balas dengan gendikkan bahu tanda tidak tahu.
"kata Afrina sih barusan, sabar aja anaknya emang gitu kalo baru ketemu sama orang pertama kali, ntar juga dia bisa berbaur sendiri.." kata Rian yang langsung berdiri.
"yuk cus cabut waktunya latihan ekstra nih kita, bakal langsung dimarahin pelatih nih" kat Koh Sinyo yang tadi sibuk main hp.
"ibu ini semua makannya kita habis berapa ya?" tanya gue ke ibu – ibu penjual.
"semuanya gratis mas Kevin .." kata ibu – ibu itu yang bikin gue melongo buakan gue aja tapi yang lain juga.
"kok gratis bu?" tanya Rian sekarang ngewakilin gue.
"udah dibayar sama nengnya tadi." Jelas ibu itu yang bikin gue shock sampek mau jantungan rasanya. Kok bisa itu yang jadi pikiran gue.
"udah ayuuukk lain kali lo ganti pakek hadiah, keburu kita gak bisa tidur semaleman kalo kita gak balik – balik!" ujar Koh Sinyo yang gue angguki akhirnya gue memilih buat balik ke Pelatnas.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention (√) Complete
Fanfictionbagaimana bisa athlete badminton Men Double yang di puja - puja dunia alias rangking 1 dunia bisa memiliki hubungan rumit dengan seorang penulis bukan hanya penulis tapi julukan Ratu di dunia entertaiment korea