Happy reading💎
"Assalamualaikum." Ucap Nada dan Tio sambil masuk ke dalam rumah mereka.
"Waalaikumsalam," ucap Nina.
"Kok sepi bi?" Tanya Nada saat menyadari rumahnya sepi.
"Nyonya sama Tuan belum pulang non," ucap Nina.
"Via?" Tanya Tio sambil duduk di sofa.
"Dia juga belum pulang den," ucap Nina.
Nada dan Tio mengerutkan dahinya bingung.
Mereka saling tatap, kemudian mengambil hp nya dan membukanya.Nada dan Tio semakin bingung saat melihat banyak panggilan tak terjawab dari Olivia.
Mendadak Nada dan Tio cemas dengan keadaan Olivia."Via dimana? Ini udah malam." Tanya Tio khawatir sambil berdiri dari duduknya.
"Kenapa tadi lo langsung pulang? Kenapa gak nunggu Via dulu? Kalau dia sampai kenapa-napa gimana, hah!" Bentak Tio karena marah dengan Nada yang langsung meninggalkan Olivia tadi di sekolah.
Nada menundukkan wajahnya. Nada sangat marah pada dirinya sendiri karena tidak menunggu adiknya. Bahkan dia langsung pulang dan memilih jalan-jalan bersama Rizky.
"Maaf, gue emang salah."
Tio menghela napasnya kasar dan langsung menghubungi nomor Via.
"Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif...."
"Lo dimana Via!" Ucap Tio sambil memutuskan panggilannya.
"Sekarang kita cari dia." Ucap Tio sambil mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar rumah diikuti Nada.
Sebelumnya mereka kerumah Alvio dulu untuk menanyakan dimana keberadaan Olivia.
"Alvio belum pulang," ucap Susi selaku pembantu dirumah Alvio.
"Oh yaudah, makasih ya bi." Ucap Tio sambil beranjak pergi dari rumah Alvio.
Tio pun menghubungi nomor Alvio, berharap dia sedang bersama Olivia dalam keadaan baik.
"Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif..."
Tio mengacak rambutnya frustasi saat nomor Alvio sama dengan Olivia. Dia segera pergi ke mobilnya yang sudah ada Nada di dalamnya.
"Tahu bang?" Tanya Nada sambil menatap Tio.
Tio hanya menggelengkan kepalanya sambil menghidupkan mesin mobilnya.
***
Cahaya matahari tergantikan dengan cahaya bulan. Menyisakan keadaan yang gelap di hutan tersebut. Sudah hampir 3 jam Alvio berlarian di hutan ini untuk mencari jalan raya. Kakinya terasa berat untuk melangkah lagi. Begitu juga tangannya yang terasa keram karena menggendong Olivia.
Alvio duduk di bawah pohon besar dan membaringkan Olivia di pahanya. Gadis itu masih pingsan, sedangkan darah di kepalanya masih terus mengalir keluar. Alvio membuka bajunya dan menutupkannya ke badan Olivia agar gadisnya tidak kedinginan.
Hawa dingin menusuk kulit sampai ke tulang Alvio. Apalagi disini gelap dan hanya ada bulan di langit sebagai penerangan samar.
Alvio memandang wajah Olivia. Kemudian dia menyusuri setiap lekuk wajah Olivia. Olivia merasakan sesuatu menyentuh wajahnya. Perlahan dia membuka matanya bersamaan dengan ringisan kecil karena kepalanya berdenyut sakit. Alvio menatap Olivia dengan senyuman terukir di wajahnya.
"Maaf, kita berhenti disini dulu, ya?" Ucap Alvio sambil menggenggam tangan Olivia.
Olivia melihat ke sekeliling, kemudian matanya menatap Alvio yang tidak menggunakan baju. Olivia melihat ke badannya yang terdapat baju Alvio. Olivia mengambil baju Alvio dan memberikannya pada Alvio.

KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA[Completed]
Fiksi Remaja|Tahap Revisi| Mohon maaf jika masih ada kesalahan dalam penulisan. Cerita ini baru mulai di revisi. Start {2/10/18} Finish {17/4/19} "Lo suami gue atau es di kulkas? Kenapa sih dingin banget?"-Olivia "Gue gak akan dingin kalau lo ingat semua tentan...