Part 41

1.5K 54 9
                                        

Happy reading😊

Olivia berjalan perlahan memasuki kantor Alvio. Banyak yang berbisik-bisik saat Olivia menginjakkan kakinya di kantor.
Olivia hanya bodo amat dan tetap melanjutkan jalannya menuju ruang Alvio.

"Apa suami saya ada di ruangannya?" Tanya Olivia saat melihat Bram, sekretaris Alvio.

"Maaf nyonya, pak Vio sedang ada rapat." Jelas Bram yang membuat Olivia memutar bola matanya malas.

"Panggil dia ke ruangannya. Saya menunggunya disana." Olivia berjalan ke ruangan Alvio tanpa menunggu jawaban Bram.
Terserah jika Bram tidak setuju atau marah kepadanya karena menyuruh Alvio meninggalkan rapatnya. Yang Olivia mau sekarang adalah suaminya.

Sesampainya di ruangan Alvio, Olivia langsung duduk di sofa.
Di usapnya perutnya yang sudah memasuki 7 bulan itu. Olivia tersenyum kecil membayangkan anaknya sendiri yang sampai sekarang belum tau jenis kelaminnya.
Hari ini Olivia berencana ingin pergi ke dokter bersama Alvio.
Dia penasaran dengan jenis kelamin anaknya.

Ceklek

Olivia tersenyum hangat saat melihat suaminya berjalan mendekatinya. Alvio duduk di samping Olivia sambil melonggarkan dasinya.

"Kamu kenapa tiba-tiba ke kantor? Yang ngantar kamu kesini siapa?"

"Kamu gak suka aku disini?" Olivia mengerucutkan bibirnya saat mendengar pertanyaan Alvio.

"Aku khawatir. Kamu gak boleh kemana-mana sendirian. Apa lagi sekarang kandungan kamu udah besar." Ucap Alvio sambil mengusap perut Olivia.

"Buktinya aku gak apa-apa kan? Aku selamat kok." Bantah Olivia yang membuat Alvio menghembuskan nafasnya pasrah.

"Yaudah. Lain kali jangan pergi sendiri lagi."

"Aku mau cek kandungan hari ini. Aku mau tau anak kita cowok atau cewek. Sekalian nanti kita belanja semua keperluan anak kita."

"Yuk." Alvio berdiri dari duduknya diikuti Olivia.

Alvio menuntun Olivia berjalan dengan hati-hati. Banyak pasang mata yang menatap mereka. Ada yang baper melihatnya ada juga yang iri dengan Olivia karena sangat beruntung memiliki suami yang tampan dan perhatian itu.

                          ****

"Selamat ya anak kalian kembar."

Alvio dan Olivia terdiam saat melihat anak mereka di layar monitor. Rasa hangat menjalar di hati mereka saat melihat buah hatinya.

"Ini laki-laki dan yang satunya gak keliatan. Dia menghadap ke belakang." Jelas dokter itu yang bername tag Ily.

"Yang satunya tunggu lahir aja." Ucap Alvio sambil menatap Olivia meminta persetujuan. Olivia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Baiklah. Jaga pola makannya ya. Bayi laki-laki sehat tapi yang satunya tidak sesehat bayi laki-laki kalian."

Mendadak Olivia khawatir saat mendengar penjelasan Ily, begitu juga Alvio. Ily tersenyum singkat saat melihat raut wajah Alvio dan Olivia.

"Jangan khawatir. Saya akan berikan vitamin agar bayi kalian sehat, begitu juga ibunya. Mereka akan baik-baik saja dan lahir dengan selamat." Ucap Ily yang membuat sepasang suami-istri itu menghembuskan nafas lega.

"Terima kasih dok." Ucap Alvio dan Olivia bersamaan.

  

Setelah selesai, Alvio dan Olivia langsung berbelanja di salah satu mall. Mulai dari perlengkapan bayi mereka sampai perabotan rumah mereka. Sepertinya mereka sepakat untuk menetap di Perancis.

"Pengen makan es krim."

"Yuk ke toko es krim."

Alvio menggandeng tangan Olivia dan berjalan menuju toko es krim yang tak jauh dari mereka.

                         ****

"Vio..."

Olivia berjalan mendekati suaminya yang sedang sibuk dengan laptop nya. Olivia langsung duduk di pangkuan Alvio dan menyingkirkan laptop itu ke tengah ranjang.

"Kamu kenapa?" Tanya Alvio khawatir saat melihat mata Olivia yang berkaca-kaca.

Olivia tidak menjawab. Dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alvio dan menangis. Alvio bingung sekaligus terkejut saat Olivia menangis. Entah apa yang telah terjadi dengan istrinya sampai membuatnya menangis seperti ini.
Alvio mengusap pelan rambut Olivia sambil memeluknya, berharap Olivia akan tenang.

Perlahan tangisannya mereda. Olivia melepaskan pelukannya dan menatap Alvio. Wajahnya sangat berantakan. Matanya merah dan sedikit sembab, ditambah hidungnya yang memerah.

"Aku takut.."

"Apa yang buat kamu takut sampai nangis kayak gini?" Tanya Alvio lembut sambil  mengusap rambut Olivia.

"Aku takut waktu lahiran nanti aku gak kuat. Aku takut mereka kenapa-napa." Ucap Olivia sambil menundukkan wajahnya dan mengusap pelan perutnya.

Ucapan Ily tadi siang terngiang-ngiang di telinganya. Bagaimanapun dia sangat takut jika terjadi sesuatu pada anaknya.

Alvio memeluk Olivia kembali. Sekarang dia mengerti kenapa istrinya menangis seperti ini. Dia sebenarnya juga takut.
Umur Olivia masih muda dan dia mengandung 2 anak sekaligus. Banyak pikiran negatif yang bergentayangan di pikirannya.

"Tenang sayang. Berpikir positif, kalian pasti akan selamat. Buang semua pikiran negatif yang ada di pikiran kamu. Aku yakin semuanya akan berjalan dengan lancar."

"Aku takut Vio.. kamu gak ngerasin makanya kamu bisa bilang gitu." Ucap Olivia sambil menangis. Kali ini tangisannya lebih histeris daripada tadi.

"Aku ngerti apa yang kamu rasain. Jangan terlalu dipikirin, aku gak suka kamu selalu mikir negatif. Kamu sayang sama mereka kan? Mulai sekarang berhenti mikir negatif."

"Aku sayang sama kalian bertiga. Kalau pun bisa, aku rela ngasih nyawa aku ke kalian. Aku juga sama khawatirnya kayak kamu. Banyak pikiran negatif yang menghantui aku, tapi aku coba tepis itu semua. Kamu juga harus bisa kayak gitu."

"Aku coba mikir positif dari sekarang. Kamu harus doain aku supaya aku dan anak kita selamat." Ucap Olivia di sela-sela tangisannya.

"Aku selalu doain kalian. Sekarang kamu tidur ya." Ucap Alvio sambil melepaskan pelukannya dan membaringkan Olivia di ranjang. Olivia hanya menurut tanpa berkata-kata lagi.
Alvio memasangkan selimut di tubuh Olivia sampai lehernya.

"Selamat malam." Ucap Olivia sebelum memejamkan matanya.

Alvio tersenyum tipis, kemudian dia mencium singkat kening Olivia.

"Selamat malam sayang.."

                       ****

Assalamualaikum readers😊
Voment jangan lupa ya😉

OLIVIA[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang