Happy reading💫
Olivia mengerjapkan matanya berkali kali, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke matanya.
"Lo udah bangun?" Tanya Nada sambil meletakkan bubur di meja.
"Kenapa gue disini?" Tanya Olivia sambil beranjak duduk.
"Kenapa sih lo gak berhenti mabuk? Gue udah ingetin lo berkali-kali buat jauhi barang haram itu, tapi apa? Lo gak denger kata-kata gue." Ucap Nada sedikit menaikkan volume suaranya.
"Karena vodka bisa buat gue lupain semuanya meskipun cuma sementara!" Ucap Olivia sambil menatap tajam kearah Nada.
Nada hanya tersenyum sinis.
"Lo mau menghindar dari masalah? Pengecut banget sih.""Lo gak ngerasain! Jadi semudah itu lo bilang gue pengecut!"
"Gue pernah ngerasain semuanya, gue paham rasanya di posisi lo. Tapi gue gak pernah melampiaskan semuanya ke barang haram apalagi ke fisik! Lo kayak manusia paling lemah tau gak, gak pernah berpikir jernih!" Bentak Nada sambil menatap tajam kearah Olivia.
"Gue capek ya ngingetin lo, omongan sahabat lo gak pernah lo simpan di otak apalagi di pake! Ragu gue, lo anggap gue nih sahabat lo atau bukan."
"Sekali lagi, yang terakhir kalinya. Gue mohon sama lo, jangan rusakin kesehatan lo cuman gara-gara masalah sepele. Hidup lo masih panjang Via, jangan berpikir pendek."
Olivia hanya terdiam sambil menundukkan wajahnya. Menahan air matanya yang hampir tumpah. Tiba-tiba hp nya berdering menandakan ada telpon masuk.
"Halo.." ucap Olivia saat menjawab telpon.
"...."
Tut tut tut...
Olivia langsung menjatuhkan hp nya dan menitikkan air mata. Dia menatap Nada dengan tatapan memohon.
"Tolongin gue," lirih Olivia sambil berjalan kearah Nada.
"Lo kenapa?" Tanya Nada khawatir sambil memegang bahu Olivia.
"Elia....."
****
"Bunda gimana keadaan Elia?" Tanya Olivia saat sampai di rumah sakit dan melihat kedua orang tuanya sedang menunggu di depan ruang UGD.
Bunda Via langsung memeluk Olivia dan menangis di bahu Olivia. Olivia kaget, namun akhirnya dia membalas pelukan bundanya.
"Bunda mohon Via..."
"Donorin satu ginjal kamu untuk Elia, bunda mohon. Bunda janji setelah kamu donorin ginjal, bunda akan turutin semua keinginan kamu."
Jleb
Bagai ditusuk pisau, Olivia segera menggelengkan kepalanya dan menangis. Dia bukan tidak mau mendonorkan ginjalnya, hanya saja dia tidak ingin disayang setelah melakukan sesuatu. Tidak pentingkah Via di hidup kalian? Batin Olivia."Bunda mohon..." lirih bunda sambil melepaskan pelukannya.
"Maaf, Via gak bisa," ucap Olivia sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu tega liat adek kamu sekarat di ranjang rumah sakit hah? Kakak seperti apa kamu hah?" Bentak bunda sambil menatap nanar kearah Olivia.
Olivia menggelengkan kepalanya sambil menangis.
"Apa kamu mau Elia mati? Selama ini kamu iri kan sama dia?"
"Jawab bunda! Apa semua itu benar, hah?"
"Kamu gak pantas jadi kakak untuk Elia, kamu gak berguna. Yang hanya bisa menyakiti adek kamu, saya menyesal telah menampung kamu!" Bentak bunda tanpa sadar dengan apa yang telah diucapkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA[Completed]
Novela Juvenil|Tahap Revisi| Mohon maaf jika masih ada kesalahan dalam penulisan. Cerita ini baru mulai di revisi. Start {2/10/18} Finish {17/4/19} "Lo suami gue atau es di kulkas? Kenapa sih dingin banget?"-Olivia "Gue gak akan dingin kalau lo ingat semua tentan...