Part 1

4K 136 74
                                        

Happy reading😘

Brakk!!!

"Jika di tanya itu dijawab!"

"Kamu ini perempuan, dimana rasa malu kamu hah?! Cantik iya tapi suka tawuran! Gak malu kamu?" Ucap seorang polisi sambil menggebrak meja kerja nya.

Sementara yang di tanya hanya santai sambil memainkan kuku nya.

"Saya peringatkan untuk yang ke 15 kalinya, kalau saja kamu bukan keponakan udah saya masukin kamu ke penjara!" Ucap polisi.

"Banyak bacot banget sih!" Ucap Olivia.

"Heh gak ada sopan nya ya sama orang tua." Ucap Herman paman Olivia yang bekerja sebagai polisi.

"Buat apa sih sopan? Orang paman aja gak sopan sama keponakan." Ucap Olivia sambil menatap pamannya.

"Kamu ini bener-bener ya, kenapa sih abang buat anak kek gini." Ucap Herman kesal sambil memijat pelipisnya.

"Curhat lo?" Tanya Olivia sambil menaikkan alisnya.

"Pulang sana! Awas ya kalo saya denger kamu tawuran lagi. Kamu itu perempuan, seharusnya gak tawuran apalagi mabuk- mabukkan. Itu bahaya buat kesehatan, nanti mati baru tau rasa lo!" Ucap Herman yang langsung mendapat tatapan tajam dari Olivia.

"Bagus dong kalo gue mati, biar lo gak pusing lagi ceramahin gue. Lagian kehadiran gue juga gak pernah dianggap di dunia ini. Toh buat apa gue hidup?" Tanya Olivia dan berhasil membuat pamannya terbungkam. Karna tidak mendapat jawaban, Olivia pun pergi.

"Kasihan." Gumam Herman sambil menatap punggung Olivia yang sudah menjauh.

Olivia tidak pulang kerumahnya
Melainkan pergi ke klub.
Begitulah Olivia jika banyak masalah, klub menjadi teman nya setelah kasih sayang dan keadilan tidak didapatkannya.

Setelah sampai di klub, Olivia menghampiri Jessi. Jessi sahabat Olivia, dia tidak lagi sekolah dan hanya bekerja di klub malam.

"Lima gelas!" Ucap Olivia sambil duduk di kursi depan Jessi.

"Lo gila?" Tanya Jessi sambil menatap heran ke arah Olivia.

"Gue bilang lima gelas! Lo budek?" Bentak Olivia sambil menatap tajam Jessi.

"Gak! Itu kebanyakan. Lo ada masalah? Cerita sama gue," ucap Jessi.

Meskipun Jessi penjual minuman di klub, dia tidak pernah membiarkan sahabatnya minum lebih dari 3 gelas.

Olivia menghembuskan nafasnya pasrah.

"Gue lagi malas membuka luka yang udah gue perban. Meskipun luka itu gak pernah sembuh dan selalu memberikan rasa pedih. Tapi gue belum siap untuk membuka semuanya." Ucap Olivia. Kemudian dia beranjak dari kursinya dan memilih untuk pulang.

Sesampainya dirumah, Olivia langsung masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan salam ke orang tuanya dan adiknya yang berada di ruang tamu.
Orang tuanya pun tidak memperdulikan kedatangan Olivia dan hanya sibuk dengan dunianya sendiri.

"Sampai kapan sih kayak gini?" Gumam Olivia saat sampai di kamarnya.

"Ini ya yang namanya keluarga harmonis kata orang?"

"Cuma di foto aja keliatan harmonis."

"Kenyataan nya semua gak indah. Kenapa bunda sama papa cuma sayang sama Elia?"

"Tinggal satu atap, tapi kehadiran gue gak pernah dianggap."

"Gue iri sama lo dek, padahal umur kita cuma beda 1 tahun. Tapi kenapa lo lebih di manja?"

OLIVIA[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang