Happy reading💎
Seminggu berlalu..
Alvio semakin dekat dengan Olivia. Dia selalu menjaga istrinya dengan hati-hati. Tak jarang dia mengeluh karena permintaan Olivia yang aneh. Dia juga harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, karena Olivia selalu saja muntah.Mereka sudah memberitahukan kabar kehamilan Olivia pada keluarganya. Dan keluarganya nyaris saja menyusul ke Perancis jika tidak Olivia yang melarang.
Hari ini Alvio bekerja di kantor Papanya. Sudah dipastikan dia sangat cemas sekarang, apalagi Olivia hanya sendirian dirumah.
Setiap jam dia selalu menghubungi Olivia.Sementara dirumah, Olivia hanya tiduran di kamarnya. Tidak ada kegiatan yang ingin dilakukannya, kecuali bermain game. Sepertinya dia kecanduan saat Alvio mengajarinya bermain game kemarin.
"Apaan sih! Ganggu orang main game aja." Gerutu Olivia saat sebuah panggilan masuk ke hp nya. Sudah dipastikan itu suaminya.
"Halo, kamu baik-baik aja kan?"
Olivia memutar bola matanya malas. Dia bukan anak kecil lagi. Dia hanya sedang hamil, dan dia tau cara menjaga dirinya sendiri.
"Hm."
"Kamu mau makan apa?"
"Es krim rasa coklat." Jawab Olivia seadanya. Entahlah, tiba-tiba saja es krim yang terlintas di pikirannya.
"Bentar lagi aku pulang, jangan kemana-mana, ok?"
Tut..tut..
Olivia berdecak kesal sambil melempar asal hp nya. Bodo amatlah jika dia kalah, toh itu hanya game bukan perang di dunia nyata.
Olivia beranjak duduk dan menatap dirinya di cermin yang ada di samping tempat tidurnya. Perlahan bibirnya membentuk senyuman, bayangan dia akan mempunyai bayi seakan terpapar di depannya. Olivia mengusap perutnya yang masih datar."Tetap sehat disana ya, mama gak sabar nunggu kamu lahir."
"Sebenernya mama belum siap. Tapi karena kamu udah ada di rahim mama, mama jadi lebih siap sekarang."
"Mama gak sabar buat peluk kamu, cium kamu, ngerawat kamu. Mama gak sabar banget..."
Olivia tersenyum membayangkan semua yang diucapkannya. Bagaimanapun, dia sangat bahagia akan hadirnya janin di rahimnya. Entahlah, dia tidak tau menggambarkannya seperti apa. Yang pasti dia sangat bahagia saat ini.
Ceklek
Olivia menoleh ke arah pintu dan melihat Alvio yang berjalan kearahnya sambil membawa kopernya.
"Kusut banget." Ucap Olivia sambil menatap Alvio.
Alvio mengerutkan dahinya dan duduk di samping Olivia.
"Apanya?" Tanya Alvio.
"Mukanya," ucap Olivia sambil mengusap pelan wajah Alvio yang sedikit berminyak."Padahal kantornya pakai AC, tapi muka kamu kok minyakkan?"
"Kamu gak suka?"
"Iya, kayak gak keurus banget. Buat apa coba kamu punya istri?" Tanya Olivia sambil menaikkan alisnya.
"Buat aku jagain," ucap Alvio sambil tersenyum gaje.
"Dasar gombal!"
"Buat melengkapi kekurangan aku."
Olivia terdiam sesaat, pipinya merona. Entah kenapa dia jadi baperan seperti ini, padahal Alvio tidak mengatakan sesuatu yang berlebihan.
"Mana es krimnya?" Tanya Olivia mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Aku simpan di kulkas."
Olivia langsung berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari kamarnya. Meninggalkan Alvio yang masih menatapnya dari kamar.
****
"Aku mau kamu yang buatin! Ini permintaan anak kamu loh."
Alvio mengacak rambut nya frustasi. Bagaimana tidak? Dia sedang mengerjakan pekerjaannya yang tidak selesai tadi di kantor. Dan tiba-tiba saja Olivia datang mengganggunya dan meminta sesuatu yang tidak bisa dilakukannya.
"Tapi aku gak bisa masak Via." Ucap Alvio seperti terdengar memohon agar Olivia membatalkan niatnya untuk menyuruhnya masak.
"Cari aja di google. Kalau kamu gak masak aku gak akan makan."
Olivia langsung keluar dari kamarnya dan turun kebawah.
Alvio menarik rambutnya kesal, jika sudah begini terpaksa dia harus mengalah."Sabar Vio, sabar.."
Alvio menutup laptop nya dan turun kebawah, tepatnya kedapur.
Saat sampai di dapur dia melihat Olivia yang duduk di kursi dengan banyak makanan di meja makan. Alvio menganga tak percaya, Olivia menyuruhnya duduk dan langsung di turuti Alvio."Makan."
"Tapi tadi kamu bilang..."
"Biar kamu makan. Jangan karena kerjaan kamu nunda makan. Kalau kamu sakit yang jagain aku nanti siapa?" Ucap Olivia sambil mengambilkan nasi untuk Alvio yang masih menatapnya.
"Nih makan," Olivia memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauknya.
"Tapi sayang, kerjaan aku masih banyak."
"Nanti aja ya aku makan, aku__"
Alvio langsung berhenti berbicara saat sesuap nasi masuk ke mulutnya. Olivia meletakkan kembali sendok ke piring Alvio dengan santai.
"Kalau kamu gak makan aku tidur di kamar lain."
Alvio langsung makan saat mendengar ucapan Olivia.
Tentu saja dia tidak mau pisah ranjang dengan Olivia. Dengan cepat dia makan tanpa berbicara apa pun. Begitu juga Olivia yang terlihat tenang dengan makanannya.******
Assalamualaikum readers😉
Ada yang setuju gak kalau cerita Olivia di percepat?
Soalnya author mau buat seasons 2 nya. Dan insyaallah seasons 2 nya nanti gak kayak gini lagi, tapi udah beda semuanya. Seolah kalian diajak refresing otak..wkwkVoment jangan lupa oke😉
![](https://img.wattpad.com/cover/160448393-288-k89454.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA[Completed]
Подростковая литература|Tahap Revisi| Mohon maaf jika masih ada kesalahan dalam penulisan. Cerita ini baru mulai di revisi. Start {2/10/18} Finish {17/4/19} "Lo suami gue atau es di kulkas? Kenapa sih dingin banget?"-Olivia "Gue gak akan dingin kalau lo ingat semua tentan...